Menuju konten utama

Bahaya di Balik Kegembiraan Melepas Balon Gas

Kegiatan melepas balon gas ke angkasa jadi sarana untuk kegembiraan. Terkesan sepele, tapi balon gas terbukti punya rekam jejak bahaya yang merusak.

Bahaya di Balik Kegembiraan Melepas Balon Gas
balon warna-warni dan confetti dalam festival

tirto.id - Melody “JKT48” pernah mengunggah foto di akun Twitter miliknya selepas lulus sidang skripsi pada 11 Agustus 2016 silam. Ia mengabadikan akhir masa kuliah dalam balutan pakaian wajib sidang, mahkota di kepala, selempang bertuliskan 'Melody N. Laksani', kincir kertas, dan tak lupa tiga balon gas.

Aksesoris terakhir yaitu balon gas seolah menjadi salah satu bagian yang wajib dalam perayaan kelulusan atau wisuda mahasiswa dalam beberapa tahun terakhir. Rupa-rupa warnanya, terkadang mengikuti warna favorit orang yang diberikan atau warna kebanggaan jurusan suatu kampus.

Sifa Maulida (21), mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) juga diberikan balon gas oleh teman-temannya pasca sidang tugas karya akhir di penghujung tahun lalu. Balon ini seolah jadi penghibur dari tekanan ujian sidang yang telah dilaluinya.

“Senang! Jadi lebih berwarna dan heboh deh sidangku,” katanya saat ditanya perasaan saat diberikan balon.

Balon gas juga hadir di beragam kesempatan, seperti pesta ulang tahun, prosesi pembukaan tahun ajaran baru, acara amal, foto pra-pernikahan, dan beragam momen suka cita lainnya. Balon gas bisa diterbangkan ke angkasa sebagai simbol kebebasan dan kegembiraan.

Terbangnya balon ke udara tak terpisahkan dari kandungan gas khusus di dalamnya. Gas yang mengisi balon ada dua jenis, hidrogen dan helium. Balon berisi hidrogen lebih mudah terbakar jika terkena api dan harganya lebih murah daripada balon gas helium. Keduanya sama-sama menyimpan potensi bahaya.

“Apakah bahaya melepas balon ke udara? Kira-kira balon itu jatuh di mana?" Beberapa pertanyaan mendasar ini memang ada benarnya.

Infografik Balon Gas yang merugikan

Lembaga non-profit di AS, yang fokus dalam persoalan dampak balon gas, Balloons Blow mengampanyekan potongan balon gas yang mendarat setelah terbang jauh bisa mengotori lingkungan karena susah terurai di tanah. Dalam banyak kasus, pecahan karet balon disangka sebagai makanan oleh hewan. Penggunaan balon gas juga dianggap membuang-buang helium yang pasokannya terbatas di alam.

Balloons Blow yang diinisiasi oleh dua perempuan pembersih pantai di Florida, Amerika Serikat yang geram dengan sampah balon gas yang setiap hari menumpuk dan banyak hewan yang ditemukan mati atau terluka karena menelan potongan balon. Pantai di Florida hanya contoh kecil saja, persoalan ini terjadi juga di banyak bagian dunia.

Beberapa kasus potongan balon masuk ke perut kura-kura hijau karena dianggap sebagai makanan, burung terjatuh setelah terlilit tali balon, balon-balon tersangkut di pohon, sampah balon mengotori pantai, dan lumba-lumba yang berenang bersama balon gas berbentuk cinta.

Pada 2011, seorang peternak sapi di Kent, Inggris bernama Richard Vant menemukan balon gas di mulut sapi miliknya yang seketika mati. Pada balon yang dikunyah sapinya terdapat logo Sekolah Dasar Lyndhurst yang berlokasi di London, berjarak 50 mil dari Kent. Ternyata, sekolah tersebut baru saja melepaskan banyak balon gas sebagai perayaan acara amal Red Nose Day bersama program TV Comic Relief. SD Lyndhurst mau tidak mau harus membayar ganti rugi sebesar 889 Pound Sterling kepada peternak sapi.

Selain itu, Los Angeles Times pernah mengabarkan berita kecelakaan pesawat pribadi yang diduga jatuh di sekitar Brea, California, AS pada 15 November 1993 karena ada banyak balon gas tersangkut di mesin pesawat. Hal-hal serupa juga pernah terjadi di Indonesia.

Ini membuat banyak peneliti dan aktivis lingkungan mendesak larangan penggunaan balon gas. Beberapa negara bagian di Amerika Serikat seperti California, Connecticut, Florida, Tennesse, dan Virginia punya aturan tegas terkait penjualan, pemakaian, dan pelepasan sejumlah balon gas yang tidak bertanggung jawab.

Di Inggris, setidaknya Kota Plymouth melarang pelepasan balon gas demi melestarikan lingkungan dan binatang laut. Dua daerah di Australia, New South Wales dan Sunshine Coast juga punya peraturan daerah terkait ini. Pemerintah New South Wales bisa mendenda 200-400 dolar Australia untuk orang yang melepas dan memberi izin pelepasan 20 balon atau lebih. Untuk pelepasan di atas 100 balon, dendanya mencapai 375-750 dolar Australia.

Di Indonesia, adanya tren balon gas di kalangan mahasiswa dan juga masyarakat umum, terdapat imbauan di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran untuk tidak memakai balon gas pasca sidang skripsi atau wisuda. Mengingat banyak dampak buruk yang ditimbulkan, melepas balon gas ke angkasa nyatanya bukan hal yang sepele. Saatnya untuk berpikir ulang kala Anda akan merayakan kegembiraan dengan balon gas.

Baca juga artikel terkait SOSIAL BUDAYA atau tulisan lainnya dari Rahman Fauzi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Rahman Fauzi
Penulis: Rahman Fauzi
Editor: Suhendra