tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menginginkan penelitian pengembangan benih unggulan di Indonesia yang saat ini dikerjakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kembali dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Zulhas menilai peran BRIN tidak berjalan efektif dengan fasilitas penelitian yang ada di kawasan Bogor, Jawa Barat.
Hal ini dikatakan Zulhas dalam rapat koordinasi Kemenko Pangan di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, pada Selasa (24/12/2024). Menurut Zulhas, pengalihan tugas dari Kementerian Pertanian (Kementan) ke BRIN dapat menghambat produksi benih kualitas unggul.
"Sekarang kementan tidak bisa melakukan penelitian karena sudah ada BRIN. Saya bilang siapa yang bikin konsep begini. Sekarang laboratorium di Bogor jadi besi tua, tuh," kata Zulhas, dikutip dari keterangan tertulis pada Selasa (24/12/2024).
Dalam rakor itu, Zulhas juga turut memberikan apresiasi kepada Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, atas dedikasinya dalam meningkatkan ketersediaan pupuk. Zulhas menyebut Amran telah berhasil meningkatkan volume pupuk hingga 9,5 juta ton untuk pembangunan sektor pertanian nasional.
"Saat ini, ketersediaan pupuk sudah sangat banyak, berkat perjuangan Pak Mentan (Amran) yang luar biasa. Memang harus begitu semangat kerjanya," ucap Zulhas.
Sementara Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mengungkapkan ketersediaan pupuk hingga saat ini mencapai 9,5 juta ton dengan rincian Urea sebanyak 4,6 juta ton, NPK 4,2 juta ton, NPK Formula khusus 147 ribu ton, dan Organik sebanyak 500 ribu ton.
Sudaryono juga menjelaskan bahwa selain ketersediaan pupuk yang meningkat, regulasi terkait distribusi pupuk juga telah dipermudah. Dia menyebut proses birokrasi yang sebelumnya rumit, kini telah disederhanakan dengan melakukan pengurangan prosedur yang melibatkan banyak kementerian.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Irfan Teguh Pribadi