tirto.id - Nama Zannuba Arrifah Chafsoh atau dikenal Yenny Wahid kembali jadi perbincangan. Kali ini, Yenny disebut-sebut masuk bursa bakal calon wakil presiden (bacawapres) yang akan mendampingi bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Perubahan Anies Rasyid Baswedan.
Setidaknya sudah dua partai yang mendorong Yenny untuk menjadi pendamping Anies, yakni Partai Nasdem dan PKS. Partai Demokrat mengakui bahwa nama Yenny masuk radar yang layak mendampingi Anies di Pemilu 2024.
Teranyar, Yenny sempat mengunggah swafoto lama dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di akun Instagramnya, @yennywahid, di tengah isu yang beredar bahwa namanya masuk bursa cawapres Anies.
Pihak Demokrat menyebut bahwa unggahan Yenny sebagai sinyal dukungan kepada AHY sebagai calon wakil presiden.
"Ya unggahan itu, kan, menunjukkan bahwa Ibu Yenny Wahid juga ingin memberikan sinyal kepada publik bahwa sebenarnya juga mendukung Mas AHY menjadi salah satu tokoh kandidat dalam seleksi kepemimpinan nasional di masa yang akan datang," kata Waketum Partai Demokrat Benny K Harman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/7/2023).
Namun, Benny enggan berspekulasi lebih jauh perihal unggahan Yenny itu. "Ya saya enggak tahu. Ya tanya dia, tanya dia," ucap Benny.
Di tengah isu Yenny Wahid masuk bursa bacawapres Anies, Prabowo Subianto, bacapres dari koalisi Gerindra-PKB, mengajak Yenny untuk bertemu di kediamannya di Hambalang, Bogor.
Hal ini disampaikan saat Prabowo menghampiri Sinta yang berada di kursi roda didampingi oleh Yenny Wahid. Prabowo terlihat membungkuk duduk sejajar dengan Sinta. Pertemuan berlangsung usai acara HUT ke 77 Polri yang digelar di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (1/6/2023).
Mereka nampak bersalaman dan berbincang akrab seraya tertawa bersama. Tidak hanya itu, Yenny pun sempat menuturkan akan berkunjung ke Hambalang.
“Saya juga nanti mau ke Hambalang lho, katanya mau ditraktir kopi,” kata Yenny pada Prabowo, Sabtu (1/6/2023).
“Iya, kapan?” jawab Prabowo.
Yenny pun kemudian mendoakan Prabowo untuk kesehatannya, juga memberikan semangat.
“Mas Bowo sehat-sehat ya, semangat terus ya,” ujar Yenny.
Pertemuan tersebut tentu menimbulkan spekulasi kemungkinan Yenny menjadi pendamping Prabowo. Analis politik dari PRP-BRIN Wasisto Raharjo Jati menilai pertemuan Yenny-Prabowo hanya sebatas silaturahmi politik, tetapi tidak menutup kemungkinan Prabowo ingin Yenny bisa menjadi cawapresnya di kontestasi Pemilu 2024.
"Ya itu tergantung pada dinamika politik ke depan," kata Wasisto, Senin (3/7/2023).
Namun, PKB, lewat Ketua DPP PKB Daniel Johan mendorong Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar untuk tetap menjadi cawapres Prabowo.
"PKB sejauh ini cuma ada satu calon yakni Cak Imin," kata Daniel saat dihubungi reporter Tirto, Senin (3/7/2023).
Di sisi lain, Daniel juga bicara soal niat Prabowo yang sempat ingin Ganjar Pranowo menjadi cawapresnya. Ganjar sendiri saat ini didaulat PDIP menjadi bakal calon presiden pada Pilpres 2024. Ganjar juga didukung PPP, Hanura, dan Perindo.
Daniel ragu Ganjar mau menjadi cawapres Prabowo. Namun, jika Ganjar mau dipinang Prabowo, PKB tak gentar sedikit pun.
"Memang Pak Ganjar mau? PKB tidak gentar apa pun nanti," tukas Daniel.
Posisi Yenny Wahid jadi "Rebutan" Anies dan Prabowo
Wasisto menilai bahwa nama Yenny layak masuk sebagai cawapres. Ia beralasan, posisi Yenny bisa menciptakan keseimbangan dan menjadi penyambung antar-pemilih.
"Munculnya nama YW [Yenny Wahid] menjadi salah satu nama potensial dalam bursa bacawapres karena merepresentasikan keseimbangan gender dan juga menjembatani antara pemilih yang berbeda latar belakang," jelas Wasisto, Senin (3/7/2023).
Wasisto menilai, nama Yenny bisa menjadi jembatan pemilih nasionalis dan kelompok muslim. Ia juga beranggapan Yenny cocok disandingkan dengan ketiga bacapres potensial saat ini. Wasisto beralasan, Yenny punya basis massa akar rumput.
Selain itu, Yenny juga adalah salah satu inisiator narasi moderasi beragama dan juga advokasi lintas iman. Kedua aktivitas ini dipandang mampu merajut pluralisme di ruang publik.
Namun, pemilihan Yenny sebagai cawapres tergantung pada kebutuhan kampanye. Ia menilai, tim sukses perlu mengatur narasi kampanye karena perlu menyocokkan kompatibilitas ide capres dan cawapres.
Sebagai contoh, tim sukses yang mengangkat narasi kampanye pembangunan akan mendorong figur teknokrat atau pebisnis. Sementara kalau yang diangkat soal kepedulian mungkin bisa aktivis. Nama Yenny bisa membawa efek elektoral positif selama menggunakan pendekatan kampanye yang tepat.
"Ya kembali lagi pada kebutuhan capresnya dan keputusan koalisinya," kata Wasisto.
Analis politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai kemunculan nama Yenny Wahid sebagai bacawapres, terutama di kubu Koalisi Perubahan untuk mendampingi Anies Baswedan positif. Ia menilai, nama Yenny mampu bersaing dengan kandidat yang selama ini sudah masuk dalam bursa cawapres seperti Erick Thohir maupun Sandiaga Uno.
Dalam kacamata Ujang, Yenny tidak hanya cocok untuk mendampingi Anies, melainkan juga Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto. Namun, nama Yenny baru bisa menjadi cawapres tergantung partai yang mengusung.
Dalam kasus Koalisi Perubahan, setidaknya dua dari tiga partai, Nasdem dan PKS sudah mendukung Yenny sebagai bacawapres.
"Ya itu pun tentu dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki Yenny Wahid. Ya dia cocok-cocok saja jika disandingkan dengan Anies memang namanya sudah diusung Nasdem dan PKS, dan cocok dengan Ganjar dan Prabowo," kata Ujang, Senin (3/7/2023).
Ujang menilai ada beberapa faktor yang membuat Yenny layak jadi cawapres. Pertama, Yenny adalah anak mantan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Kedua, Yenny adalah tokoh NU dan mempunyai basis massa pendukung Gusdurian. Ketiga, Yenny adalah perempuan yang bisa membawa representasi tertentu.
Dalam kasus Anies, Yenny bisa menjadi representasi perempuan dan tokoh muslim sementara Anies dilabeli sebagai tokoh nasionalis. Dengan kerja politik yang tepat dari tim sukses, Yenny bisa membawa dampak elektoral positif untuk memenangkan salah satu kandidat.
Ujang pun beranggapan nama Yenny masih punya kans dipilih meski belum memiliki elektabilitas kuat di berbagai lembaga survei. Ia mengutip kesuksesan Maruf Amin yang mampu membawa Jokowi memenangkan Pemilu 2019 lalu. Kala itu, kata Ujang, Jokowi memilih Maruf demi faktor mencegah narasi negatif Islam yang muncul seperti kisah penangkapanaktivis Islam di masa lalu.
"Ya Yenny Wahid mirip-mirip seperti itu walaupun beda situasi dan kondisi dan beda tahun pemilu," pungkas Ujang.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri