tirto.id - Yayasan Cahaya Guru (YCG) mengajak dunia pendidikan, terutama para guru, untuk mengutamakan kebhinekaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh fenomena menguatnya identitas kelompok dan sikap intoleran di lingkungan pendidikan.
Dalam keterangan pers YCG, Jumat (19/5/2017), YGC menyebut terjadinya berbagai praktik pengutamaan di berbagai sekolah negeri. Keluhan para guru mengenai pengutamaan dilakukan secara tertutup. Pengutamaan pada “identitas tertentu” itu dinilai sebagai awal dari sikap intoleransi, bahkan diskriminasi.
Lantaran itu YCG mengupayakan terjadinya perjumpaan pada komunitas yang beragam melalui seni pertunjukan, penerbitan buku, dan film dalam kegiatan bertajuk Sekolah Guru Kebinekaan (SGK).
"Pengalaman YCG selama enam tahun fokus pada isu kebinekaan, dirangkum menjadi Sekolah Guru Kebinekaan yang dibuka tahun 2016." Hasil dari SGK 2016 adalah buku refleksi guru "Meretas Sekat Prasangka Merajut Harmoni Perjumpaan," kata Ketua YCG, Henny Supolo Sitepu.
"SGK merupakan ruang perjumpaan yang diharapkan dapat menginspirasi para guru." Di tahun 2017 ini YCG kembali menyelenggarakan SGK yang akan diikuti oleh 35 guru yang terpilih dari 100 pendaftar,” ujar Henny menambahkan.
Henny menjelaskan SGK merupakan salah satu alternatif pengembangan kapasitas guru yang didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI.
Perintis Komnas Perempuan Prof. Saparinah Sadli menilai kegiatan itu penting di tengah simpang siur informasi saat ini.
“Perilaku guru, penampilan, maupun pemikiran dan pilihan kata dalam menyampaikan informasi tentang kebinekaan sebagai kekayaan bangsa sangat urgent, di tengah simpang siurnya informasi yang kini mengelilingi anak didik berbagai usia,” kata dia.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH