tirto.id - Sejumlah informasi mengenai figur-figur yang akan bertarung di Pemilhan Umum (Pemilu) 2024 berseliweran dan tersebar di media sosial. Forum diskusi dan berbagai informasi, terutama yang membahas calon presiden ataupun wakil presiden, kian banyak dan mudah dijumpai.
Salah satu informasi yang tersebar di media sosial belakangan, menyebut calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan, menerima dukungan dari kelompok radikal.
"Fix! Wan Abud r4dik4l 🤣🤭," begitu bunyi unggahan (arsip) akun prabowo_jagoanku di Instagram, 12 Desember 2023 lalu.
Dalam unggahan tersebut terdapat video singkat berdurasi 24 detik dengan narasi serupa.
"Anies mengakui bahwa dirinya menerima dukungan dari kelompok radikal," begitu isi teks yang tertulis dalam video.
Unggahan tersebut berhasil menarik perhatian sampai lebih dari 250 ribu penonton. Selain itu tercatat juga ada lebih dari 1.300 tanda suka (likes) dan 355 komentar yang menyertai unggahan.
Di media sosial lain, konten serupa juga ditemukan. Di Facebook ditemukan setidaknya lima klaim serupa yang tersebar di berbagai akun meski tidak mendapat perhatian seperti di Instagram. (tautan 1, 2, 3, 4, 5). Fenomena serupa juga ditemui di X (dulunya Twitter). Setidaknya ditemukan empat unggahan dengan klaim serupa (tautan 1 ,2, 3, 4).
Lalu, bagaimana faktanya? Apakah benar Anies mengakui mendapat dukungan dari kelompok radikal?
Penelusuran Fakta
Tirto mencermati isi video pendek tersebut. Di awal video, terlihat ada potongan judul artikel, "Di Malaysia Anies Minta Diakui Bersama Kelompok Radikal," yang menjadi sumber informasi dari klaim ini.
Hasil penelusuran di mesin pencarian Google mengarahkan ke tulisan dari situs Kata Logika berikut. Narasi dalam artikel tersebut kurang lebih sejalan dengan isi klaim, yakni Anies meminta relawan di Malaysia untuk tidak membantah kalau dirinya mendapat dukungan dari kelompok radikal.
Informasi dalam artikel tersebut bersumber dari kunjungan Anies ke Kuala Lumpur pada Oktober 2023 lalu, untuk menemui dan silaturahmi, serta deklarasi relawan di Negeri Jiran.
Kami kemudian coba menelusuri apa yang disampaikan Anies pada acara tersebut. Hasil pencarian di YouTube mengarahkan ke video ini dan ini, yang masing-masing diunggah oleh kanal bernama "Lon Tegur Sapa" dan "Dapur Ngeh". Dua video ini mendokumentasikan pidato Anies di acara silaturahmi dan deklarasi dukungan terhadap Anies dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) di Kuala Lumpur, Malaysia.
Anies memang sempat mengatakan untuk relawannya agar tidak membantah pernyataan dari kelompok lain terkait intoleransi dan radikalisme, tetapi dalam konteks penyebaran informasi hoaks. Lebih lanjut dia menyarankan para relawannya untuk meminta contoh dari aksi intoleran ataupun radikal yang dituduhkan.
Menurut Anies, kerap kali, aksi saling bantah terkait isu intoleransi atau radikalisme berujung dengan debat yang tidak ada ujungnya. Oleh sebab itu, sebaiknya menanggapi kondisi tersebut dengan kepala dingin.
Berikut petikan dari pidato Anies di Malaysia terkait mencegah penyebaran informasi hoaks soal intoleransi dan radikalisme:
"Saya titip Bapak-Ibu, kalau nanti bertemu warga Indonesia yang menyampaikan kabar-kabar yang berisi hoaks, yang berisi tudingan, tolong jangan dibantah. Misalnya (dibilang), 'Jangan itu intoleran, jangan itu radikal, jangan itu diskriminatif.' Bapak-Ibu jawab, 'Barangkali memang dia begitu.' Di-iya-kan saja. Jangan panas dulu. Sesudah itu kasih pertanyaan, 'Kalau dia radikal, kalau dia ekstrem, kalau dia intoleran, ada contohnya tidak?'. Begitu diminta contohnya, saya yakin orang itu tidak punya contoh untuk disampaikan. Kalau tidak ada contohnya, batal dong tudingannya," katanya.
Anies kemudian menutup bagian itu dengan pesan, "Tolong jangan gunakan hoaks untuk menilai saya."
Pesan serupa juga kerap dibawa dan disampaikan Anies kepada relawannya. Pesan serupa pernah dia sampaikan saat bertemu dengan relawannya di Jawa tengah seperti yang dirangkum Detik.comberikut.
Dari situ, dapat disimpulkan bahwa maksud pernyataan Anies lebih ke arah mencegah debat saling bantah soal informasi yang mengaitkan Anies dan intoleransi.
Anies juga tidak pernah mengakui soal dukungan dari kelompok radikal seperti yang disebutkan dalam klaim di media sosial.
Sementara itu, Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) juga sempat membuat pernyataan terkait isu intoleransi dan radikalisme yang disematkan kepada pasangan capres-cawapres nomor urut 01 ini.
Juru Bicara Timnas AMIN, Billy David Nerotumilena, menyebut isu tersebut tidak relevan dan tidak berdasarkan bukti.
"Pernah tidak satu kali saja Pak Anies itu intoleran selama memimpin DKI? Pernah tidak beliau memberikan fasilitas atau memberikan keleluasaan bagi kelompok radikal untuk berkembang? Justru yang beliau tunjukkan pembuktian selama lima tahun di DKI banyak pemberian izin rumah ibadah," ujar Billy, Desember 2023 lalu, dikutip dari Antara.
Menurutnya, rekam jejak Anies selamat menjabat Gubernur DKI Jakarta justru menunjukkan adanya toleransi beragama.
Penelusuran di mesin pencarian Google juga tidak mengarahkan ke pernyataan resmi ataupun artikel dari media kredibel yang mendukung narasi Anies mengakui dukungan dari kelompok radikal.
Kesimpulan
Hasil dari penelusuran fakta menunjukkan, klaim Anies mengakui dukungan dari kelompok radikal bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Informasi yang disampaikan dalam media sosial berasal dari sebuah artikel dari sebuah situs yang konteks pernyataannya kurang tepat. Bantahan Anies soal kelompok radikal dan intoleransi terkait dengan informasi yang menurutnya tidak berdasarkan bukti.
Anies diketahui tidak pernah mengakui adanya dukungan dari kelompok radikal dan intoleran. Pun tidak ada bukti soal Anies menerima dukungan kelompok tersebut dari keterangan resmi maupun informasi dari media kredibel soal itu.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty