tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan tak lagi memberikan kisi-kisi pertanyaan saat debat pilpres putaran kedua, 17 Februari 2019. Keputusan ini diambil setelah banyak pihak mengkritiknya.
"KPU RI berupaya mengartikulasikan harapan publik sehingga untuk debat berikutnya abstraksi soal yang dibuat panelis tidak diberitahu ke kandidat," ujar Komisioner KPU Wahyu Setiawan dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/1/2019).
Sebetulnya, selain kisi-kisi, ada banyak hal lain yang patut dikritisi. Setidaknya demikian menurut Najwa Shihab, wartawan senior cum pendiri Narasi TV.
Misalnya soal keberadaan suporter yang duduk di belakang paslon. Dalam opini di Tirto, ia mengatakan para suporter—yang banyak diisi politikus dan pejabat—mengganggu pemandangan pemirsa TV.
Pemirsa jadi tak fokus melihat mimik paslon karena terganggu dengan gerak gerik suporter yang kerap ngobrol sendiri hingga mengacung-acungkan papan nomor urut.
"Posisi duduk tokoh-tokoh pendukung dan suporter yang berjejer di belakang paslon membuat kehadiran fisik para kandidat pun terganggu," tulis Najwa.
Sementara pengajar Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan yang harus diperbaiki pada debat selanjutnya adalah moderator. Moderator debat pertama, Ira Koesno dan Imam Priyono, kata Hendri, terlalu kaku.
"Kalau moderator tegang, paslon juga tegang. Kalau moderator agak santai, bukan berarti santai ketawa cengengesan, tapi [moderator] membuat aura panggung lebih bersahabat dengan paslon dan masyarakat, akan sangat baik." jelas Hendri.
Kemudian ada pula kritik soal waktu debat yang terlalu malam. Ini diungkapkan Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini. Kata Titi, mungkin jam 8 malam ideal untuk masyarakat yang tinggal di barat, tapi tidak dengan yang ada di tengah dan timur, yang waktunya lebih cepat satu dan dua jam.
"Jadi perhatian soal waktu itu harus dipertimbangkan agar lebih akomodatif bagi masyarakat Indonesia bagian tengah dan timur," kata Titi.
KPU Setuju
Komisioner KPU Wahyu Setiawan mengatakan lembaganya akan mengevaluasi debat secara menyeluruh, baik substansi maupun teknis penyelenggaraan. Dia mengaku mendengar semua kritik dan masukan, meski enggan menyebut kalau debat pertama kurang sukses.
"Bukan [banyak kesalahan]. Itu [kritik dan masukan] kan diakomodir masukan-masukan supaya debat berikutnya bisa lebih baik," kata Wahyu kepada reporter Tirto, Senin (21/1/2019).
Beberapa yang diakomodir di antaranya tak akan ada lagi kisi-kisi pertanyaan dan suporter di belakang paslon. Semua perubahan ini dibicarakan dan disetujui oleh tim sukses masing-masing paslon.
"Untuk debat kedua konsepnya tidak ada audiens di belakang paslon," tambah Wahyu.
Selain yang telah disebutkan, Wahyu mengatakan KPU tengah mempertimbangkan agar panelis diberi kesempatan untuk bertanya kepada kandidat. Tujuannya agar panelis bisa membuat lalu lintas perdebatan lebih dinamis.
Namun, untuk hal ini masih harus dibicarakan dengan kedua tim sukses. Begitu pula dengan aspek-aspek lain agar penyelenggaraan debat lebih baik.
"Akan kami evaluasi, tapi kemungkinan [debat selanjutnya] tetap melalui moderator," kata Wahyu.
Debat kedua nanti hanya akan dihadiri Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Tema yang akan dibahas adalah energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. Debat tersebut akan disiarkan langsung oleh TVRI, Kompas TV,Rajawali Televisi, dan Radio Republik Indonesia.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Rio Apinino