Menuju konten utama
IIMS 2019

Wuling Confero ACT: Transmisi ala Motor Bebek, Apa Plus Minusnya?

Meski tampak serupa, transmisi AMT dan ACT punya perbedaan mendasar.

Wuling Confero ACT: Transmisi ala Motor Bebek, Apa Plus Minusnya?
Wuling Motors (Wuling) menampilkan satu unit Confero S edisi istimewa pada GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 yang diselenggarakan pada 2-12 Agustus 2018 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Minggu (5/8/2018). FOTO/Wuling Motors

tirto.id - "Saatnya memanjakan kaki kiri Anda dengan mobil matik"

Ada pemeo di masyarakat untuk menunjukkan keunggulan mobil bertransmisi automatik atau matik dibandingkan mobil transmisi manual.

Dengan mobil matik, pengendara memang cukup menggunakan kaki kanannya untuk menginjak gas atau rem, sementara itu kaki kiri bisa beristirahat. Namun, perkembangan teknologi bisa mengubah segalanya, kehadiran teknologi automated manual transmission (AMT) atau transmisi manual semi matik, jadi pilihan bagi yang gemar dengan kendaraan transmisi manual tapi bisa juga merasakan sensasi kenyamanan mobil matik.

Sistem AMT menggabungkan kenyamanan pada transmisi matik dengan perpindahan gigi responsif khas mobil manual. Transmisi AMT dapat beroperasi selayaknya transmisi manual, namun pengemudi tidak perlu mengoperasikan pedal kopling. Transmisi ini menggunakan aktuator kopling elektro-mekanis yang mengoperasikan kopling bila dibutuhkan.

Komponennya pun lebih ringkas ketimbang transmisi otomatis dengan torque converter. Pada transmisi ini, AMT melakukan tugas seperti menarik dan melepaskan kopling serta persneling. Pada saat tertentu mereka juga bisa membantu pengemudi untuk berpindah gigi lewat Transmission Control Unit (TCU).

Komponen inilah yang jadi komponen elektronik paling cerdas, untuk mengatur pengoperasian seluruh sistem ini. TCU memperhitungkan kondisi berkendara, seperti respons pengemudi dan mesin. Data-data ini akan diproses untuk menentukan gigi mana yang paling sesuai.

Secara umum, desainer transmisi AMT menggabungkan semua komponen hidrolik secara bersama-sama dan memasangnya dalam satu unit gearbox. Hal ini membuat sistem transmisi AMT lebih ringkas, sehingga tak memakan banyak tempat pada ruang mesin. Pada transmisi tak ada oli transmisi seperti pada mobil matik.

Saat ini mulai banyak mobil-mobil kompak yang mengusung transmisi jenis ini di Indonesia, antara lain Suzuki Karimun Wagon R, hingga Wuling Cortez dan lainnya.

Infografik ACT vs AMT

undefined

Plus Minus Mobil ACT

Belakangan muncul juga transmisi model baru, contohnya seperti yang digunakan Wuling Confero S ACT (Automatic Clutch Transmission) yang dipamerkan di IIMS 2019. Sama halnya dengan AMT, sistem transmisi ini memberikan kemudahan bagi pengendara di balik kemudi untuk berpindah gigi tanpa menginjak kopling.

Namun, transmisi ACT ini ada kelemahannya, akibat tak sepenuhnya bekerja otomatis maka pengemudi masih dituntut untuk berpindah gigi melalui tuas transmisi. Sebab yang otomatis bukan perpindahan giginya, melainkan hanya kerja koplingnya saja. Kerjanya telah digantikan oleh sensor dalam manajemen sistem yang disebut e-Clutch.

Oleh karena itu, pengemudi tak bisa membiarkan tuas transmisi berada di satu posisi gigi dalam waktu yang lama saat kendaraan melaju. Seperti transmisi manual pada umumnya, tuas harus dipindahkan ke gigi yang lebih tinggi atau lebih rendah saat kendaraan bergerak.

Melalui panel indikator, pengemudi akan diingatkan oleh lampu peringatan jika harus menaikkan atau menurunkan gigi. Artinya pengemudi harus selalu sigap berkendara, tak bisa bila hanya gas dan rem saja, seperti halnya pada transmisi otomatis.

Pengemudi mobil bertransmisi ACT juga tak dapat melakukan apa yang biasa disebut 'setengah kopling'. Melansir dari Eureka, aktuator elektronik pada sistem ACT memang dapat menutup dan membuka kopling dalam semua situasi berkendara.

Namun, efek pelepasan kopling secara mekanikal yang dihasilkan dari kekuatan pedal, tak bisa digantikan oleh sensor pada e-Clutch. Makanya di mobil dengan transmisi manual, mobil terasa lebih bertenaga karena kopling dapat dilepas perlahan sambil menaikkan putaran mesin. Torsi mobil seperti melimpah sejak mulai start dan siap dibutuhkan kapan saja.

Menurut laporan Drive Spark, pengendara kendaraan ACT disarankan untuk tidak menurunkan gigi saat putaran mesin sedang tinggi. Sebab proses ini dapat mengakibatkan keausan yang lebih cepat pada kopling dan transmisi.

Hal ini terutama karena transmisi harus menyesuaikan kecepatan flywheel dengan kecepatan roda. Proses ini dikenal juga sebagai clutch braking, yang punya efek buruk pada mobil. Sebab engine braking sering kali berakhir juga dengan clutch braking.

Sistem ACT bisa memberikan perpindahan gigi yang cepat dan tepat. Sehingga transmisi ACT bisa memberikan penghematan BBM lebih dibanding transmisi manual dalam kondisi berkendara di perkotaan.

Salah satu keuntungan dari transmisi ACT lain adalah komponennya yang sederhana dan lebih sedikit ketimbang transmisi otomatis bahkan transmisi AMT sekalipun. Danang Wiratmoko, Product Planning Wuling Motors, mengatakan hal ini membuat biaya perawatan mobil jadi lebih rendah.

“Pertama transmisi ACT tidak menggunakan oli seperti transmisi otomatis pada umumnya. Kemudian banyak kasus pengguna mobil manual kampas kopling cepat habis karena penggunaan atau faktor lainnya, namun dengan e-Clutch semua diatur secara sistem. Hal ini membuat usia kampas kopling bisa lebih awet yang berpengaruh ke efisiensi dalam perawatan berkala,” terangnya saat ditemui Tirto.

Efek engine brake tetap bisa dirasakan pada mobil transmisi AMT maupun ACT karena basisnya dibangun dari transmisi manual. Pengendara butuh melakukan penurunan gigi secara bertahap dari kecepatan tinggi, sampai mobil melambat dan berhenti.

Selain itu gejala jeda atau efek penumpang terdorong ke depan saat momentum perpindahan gigi, yang sering ditemukan pada mobil bertransmisi AMT, juga tak ditemukan pada kendaraan bertransmisi ACT. Entakan pada mobil ini bisa dibilang lebih minim, ilustrasinya seperti saat kita mengendarai motor bebek biasa. Pengendara hanya menaikkan atau menurunkan gigi, lalu membetot gas.

Baca juga artikel terkait MOTOR BEBEK atau tulisan lainnya dari Dio Dananjaya

tirto.id - Otomotif
Penulis: Dio Dananjaya
Editor: Suhendra