tirto.id - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menggelar uji profisiensi laboratorium COVID-19 di Indonesia dan sejumlah negara lainnya. Hal itu sebagai upaya pemantauan kualitas kinerja lab dalam pengujian COVID-19.
Dalam keterangan tertulis, Jumat (30/9/2022), WHO menerangkan sistem manajemen kualitas lab adalah hal penting untuk memastikan lab COVID-19 di Indonesia menyediakan hasil yang akurat dan dapat diandalkan.
Salah satu cara untuk memeriksa sistem manajemen mutu adalah program jaminan mutu eksternal (external quality assurance programme/EQAP) yang mengevaluasi kinerja menggunakan metode uji profisiensi, pengujian ulang, dan evaluasi di lokasi laboratorium.
Uji profisiensi dalam EQAP ini akan memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja lab COVID-19 di tingkat global dan nasional kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Pengujian ini memungkinkan perbandingan kinerja, peringatan dini untuk masalah sistemik, memberikan bukti obyektif dari kualitas pengujian, menunjukkan hal yang perlu diperbaiki, dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof Sri Oemijati Kemenkes, yang merupakan laboratorium rujukan COVID-19 nasional, menjadi koordinator kegiatan ini.
WHO menyatakan lab tersebut akan menggunakan hasil uji profisiensi sebagai dasar melakukan kunjungan supervisi dan bimbingan teknis. Dengan begitu, lab dengan kinerja kurang baik dapat meningkatkan akurasi dan keandalannya.
Data hasil pengujian lab ini akan membantu WHO menyempurnakan dukungan teknis COVID-19 ke negara-negara anggota termasuk Indonesia.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan terdapat 1.034 lab di 34 provinsi yang akan menerima panel pengujian. Setiap lab akan menguji panel tersebut dan Kemenkes akan memasukkan hasilnya secara daring.
“Hasil tersebut dievaluasi serta dianalisis, dan laboratorium akan diberitahu tentang kinerjanya. Proses EQAP ini penting agar kita bisa melihat laboratorium mana yang kinerjanya baik dan mana yang membutuhkan dukungan,” ujar Budi dikutip dari siaran pers, Jumat (30/9/2022).
Ketika suatu lab mematuhi standar global dan mampu menyediakan layanan yang andal, masyarakat Indonesia akan mendapatkan manfaatnya. Lalu, masyarakat dapat memperoleh hasil yang dapat dipercaya dari lab serta mendapatkan perawatan yang tepat berdasarkan hasil tersebut.
“Keamanan kesehatan kita tergantung pada apakah tingkat penularan COVID-19 dapat dikendalikan di wilayah kita. Australia mendukung Indonesia dengan kebijakan ahli dan saran teknis untuk mengurangi penyebaran virus,” kata Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams lewat siaran pers yang sama.
Penny mengatakan bahwa Royal College of Pathologists of Australasia Quality Assurance Programs (RCPAQAP) akan mengkompilasi hasil dari lab di Indonesia, Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste. Kompilasi ini dikirim ke WHO dan mereka akan menganalisis hasilnya untuk menghasilkan laporan EQAP COVID-19 global.
Hal senada Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket. UE juga memberi dukungan pada distribusi panel dan kunjungan supervisi ke lab COVID-19 di Indonesia.
Hal ini sebagai bagian dari program WHO-UE "Respons dan Kesiapsiagaan untuk Pandemi Kesehatan di Asia Tenggara".
“Kerja sama ini menegaskan kembali komitmen UE yang berkelanjutan untuk mendukung respons Indonesia terhadap COVID-19 dan memperkuat sistem kesehatannya. Kerja sama dan solidaritas global adalah cara untuk mengalahkan virus dan memulai pemulihan global yang berkelanjutan,” tutur Vincent dalam siaran pers yang sama.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan