Menuju konten utama

Warisan dan Kegalauan Si Anak Menteng

Pemilihan Presiden Amerika Serikat hampir mencapai garis akhir. Tanggal 8 November ini, negara demokrasi terbesar di muka bumi itu akan berpesta demokrasi, menyambut akhir era kepemimpinan Presiden Barack Obama selama dua periode. Sesungguhnya, apa saja yang diwariskan Obama kepada presiden masa depan AS?

Warisan dan Kegalauan Si Anak Menteng
presiden barack obama mengunakan twitters u dari kantor oval, 18 mei 2015. [foto/official gedung putih foto oleh lawrence jackson]

tirto.id - Hari Selasa (8/11/2016) mungkin adalah hari yang paling menegangkan bagi dua insan manusia Amerika Serikat. Dua kandidat yakni Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik, akan "berhadapan" satu lawan satu di bilik suara, untuk menentukan siapa yang paling populer di antara mereka.

Hasil dari popular vote yang diselenggarakan pada hari ini akan menjadi modal besar mereka untuk bertarung dalam lobi bisnis yang akan terjadi pada electoral college, di mana keduanya kemudian akan ditahbiskan sebagai presiden AS melanjutkan legitimasi Presiden Barack Obama yang telah memimpin Negara Adi Daya tersebut selama dua periode berturut-turut.

Namun demikian, perpindahan tampuk kepemimpinan tersebut bukanlah hal yang mudah. Hal itu karena Obama bukanlah figur presiden semenjana.

Obama berhasil membukukan beberapa pencapaian ekonomi yang luar biasa, meski terdapat pula sejumlah hal yang perlu mendapat perhatian penuh oleh siapa pun yang pada akhirnya meneruskan rezim Obama, entah itu Clinton ataupun Trump.

Salah satu pencapaian penting Barack Obama di bidang ekonomi adalah semakin menurunnya tingkat pengangguran di Amerika Serikat selama hampir 8 tahun ia memimpin. Sejak aktif menjabat sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2009 silam, tingkat pengangguran memang sempat melonjak tajam pada bulan Oktober di tahun yang sama.

Pada bulan tersebut, tingkat pengangguran meroket hingga 10 persen. Akan tetapi, angka tersebut terus menurun hingga mencapai titik terendah dalam tujuh tahun terakhir, yakni pada tingkat 5 persen di akhir tahun 2015. Angka tersebut bahkan terus turun. Pada Juni 2016, angka tersebut bahkan mencapai tingkat 4,9 persen.

Selain itu, di sektor pasar saham, pemerintahan Obama mungkin dapat disebut sebagai salah satu pemerintahan terbaik yang mampu memicu pertumbuhan pasar saham dalam sejarah Amerika modern. Fortune mencatat, dalam tujuh tahun terakhir, indeks S&P 500 – yang sering kali disebut sebagai salah satu indikator pasar saham paling penting – naik 106 persen.

Pada 2 Januari 2009 indeks S&P 500 berada pada posisi 931.80 dan terus turun hingga mencapai titik terendah sejak krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008, yakni pada posisi 672.88 pada 9 Maret 2009. Dari sana, grafiknya terus naik meski sempat jatuh pada semester II/2015 lalu dan mengalami start yang cukup berat pada awal tahun ini.

Di sisi lain, pemerintahan Obama banyak mendapat kritikan sebab tidak mendorong dengan baik peningkatan pertumbuhan pendapatan masyarakat. Seperti dikutip dari CNN Money, masyarakat AS sering khawatir dengan keadaan finansial mereka. Sebanyak 3 dari 5 orang mengatakan bahwa mereka “terkadang” atau “secara teratur” khawatir terhadap kondisi keuangan mereka.

Pendapatan median rumah tangga di Amerika Serikat pada tahun 2014 adalah $53,650, tidak berbeda jauh dengan pada waktu tahun 1996 setelah penyesuaian terhadap inflasi. Menurut catatan Fortune yang mengolah data dari Biro Statistik Buruh AS, pendapatan rata-rata rumah tangga AS per jamnya hanya naik sekitar 7 persen dalam tujuh tahun terakhir. Pada tahun 2009, pendapatan rata-rata per jam berada pada tingkat $15,95. Sementara pada tahun 2014, angkanya mencapai tingkat $17,09 per jam.

Infografik Pilpres AS

Kesenjangan juga tampaknya terus melebar antara mereka yang merupakan bagian dari 1 persen penduduk AS dengan kekayaan luar biasa dengan mereka yang berada pada papan bawah perekonomian AS. Orang super kaya di AS mengalami peningkatan pendapatan riil sebesar 2,7 persen dari tahun 2009 hingga 2014. Sementara 99 persen masyarakat lainnya hanya mengalami kenaikan pendapatan riil sebesar 4,3 persen, seperti dikutip dari Fortune.

Ironisnya, dalam esai yang ditulis oleh Obama beberapa waktu lalu di The Economist, isu ketimpangan menjadi salah satu yang ia sorot bagi pemerintahan selanjutnya untuk dapat diselesaikan. "Di masa depan, kita harus lebih agresif dalam memberlakukan langkah-langkah untuk membalikkan naiknya ketimpangan tersebut yang telah terjadi selama beberapa dekade,”" tulis Obama.

Sementara itu, tingkat utang masyarakat AS di luar utang perumahan terus meningkat, terutama disebabkan oleh naiknya utang pendidikan yang pada tahun kedua pemerintahan Obama melampaui total utang kartu kredit masyarakat AS.

Pada 2009, utang masyarakat AS untuk pendidikan berada di kisaran $6,9 miliar. Angka itu terus naik hingga pada kuartal II/2016 ini mencapai $1,26 triliun. Sementara utang kartu kredit masyarakat AS tetap berada di kisaran $7 miliar sejak 2009.

Pertumbuhan ekonomi selama masa kepemimpinan Obama juga cenderung lesu. Tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada masa pemerintahan Obama selalu berada di bawah 3 persen per tahun, di mana dalam sejarah AS, angka pertumbuhan 3 persen merupakan tingkat rata-rata pertumbuhan per tahun.

Resesi global pada tahun 2008 merupakan titik tolak dari lesunya perekonomian AS, dan sejak saat itu, ekonomi AS selalu kesulitan untuk kembali pada situasi semula.

Terlepas dari prestasi dan kekurangan yang terjadi selama masa pemerintahannya, Presiden Obama ternyata memiliki kekhawatiran tersendiri terhadap masa depan ekonomi AS di bawah dua kandidat kuat calon presiden AS, Clinton dan Trump. Pasalnya, kedua kandidat tersebut bergerak ke arah yang berlainan dari visi yang telah ia bangun selama ini akan perdagangan bebas maupun globalisasi.

Sebagai catatan, baik Clinton maupun Trump menyatakan penolakan terhadap Kerjasama Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP).

Ia percaya bahwa globalisasi tetap menjadi kunci keberhasilan ekonomi AS ke depan. Globalisasi, menurutnya, hingga saat ini telah memberikan banyak dampak positif bagi perekonomian AS.

"Meski sejumlah komunitas telah menderita dari persaingan asing, perdagangan telah membantu perekonomian kita jauh lebih dari hal itu menyakiti kita. Ekspor telah membantu memimpin kita keluar dari resesi. Perusahaan-perusahaan Amerika yang melakukan ekspor membayar pekerja mereka hingga rata-rata 18% lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak, menurut laporan yang dibuat oleh Dewan Penasihat Ekonomi saya."

Apapun itu, rezim Obama sudah hampir menjadi masa lalu, dan masa depan AS akan berada di tangan pemerintahan yang baru, entah itu Trump, Clinton atau kandidat yang lainnya. Pesan sudah dititipkan oleh sang Presiden, kini semuanya terserah pada pemimpin yang baru.

Baca juga artikel terkait PILPRES AS atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Politik
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Maulida Sri Handayani