tirto.id - Masyarakat di lereng Gunung Merapi, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta siap mematuhi segala instruksi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terkait peningkatan aktivitas Merapi.
"Fenomena guguran lava di Merapi sebenarnya merupakan hal yang wajar, karena Merapi sedang punya "gawe" (hajat). Namun yang jelas apapun nanti instruksi dari BPPTKG kami siap mematuhi," kata Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan Heri Suprapto di Sleman, Selasa (18/12/2018).
Sebelumnya, Minggu sore (16/12), gunung Merapi kembali mengalami guguran lava sekitar pukul 18.55 WIB. Namun tidak ada suara gemuruh yang menyertai guguran kubah lava Merapi.
Terkait dengan terjadinya guguran lava tersebut, Heri menyatakan BPPTKG tidak mengeluarkan instruksi baru di mana status Merapi masih pada level dua atau "waspada" dengan radius aman maksimal tiga kilometer dari puncak Merapi.
"Saat ini aktivitas warga masih berjalan normal. Sebab, dengan status Merapi yang masih ada di level dua (Waspada) rekomendasi BPPTKG terkait jarak aman masih radius tiga kilometer dari puncak," katanya.
Menurut dia, selama pihaknya mengikuti arahan BPPTKG tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Selama masih level dua masih aman, kalau sudah level tiga baru kami siap-siap sembari menunggu instruksi BPPTKG," katanya.
Sementara itu, Totok Hartanto, warga Desa Wukirsari Cangkringan menjelaskan tidak ada tanda-tanda bahkan suara gemuruh saat guguran lava terjadi.
"Kejadian guguran lava kemarin tadi tidak terpantau," katanya.
Ia mengatakan, saat ini masyarakat di lereng Merapi telah siap apabila keadaan mulai memburuk.
"Kalau sudah level tiga kami juga harus bersiap kendati jaraknya lumayan jauh," katanya.
Dari informasi BPPTKG, volume kubah lava Merapi per 13 Desember 2018 adalah sebesar 359.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 2.200 meter kubik per hari. Laju pertumbuhan itu masih tergolong rendah.
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno