Menuju konten utama

Warga Kelapa Dua Keluhkan Dampak Kerusuhan di Mako Brimob

Sejumlah warga Kelapa Dua, mengeuhkan dampak kerusuhan di Mako Brimob yang berlangsung sejak Selasa (8/5/2018) malam hingga Kamis (10/5/2018) pagi.

Warga Kelapa Dua Keluhkan Dampak Kerusuhan di Mako Brimob
Petugas Kepolisian Brimob berjaga di depan Blok C, Rumah Tahanan Mako Brimob pasca proses pemindahan narapidana teroris, Depok, Kamis (10/5/2018). tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Kerusuhan di Rutan Cabang Salemba pada Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob) Kelapa Dua, Depok, berdampak langsung pada kehidupan warga sekitar lokasi kejadian. Peristiwa itu bahkan mempengaruhi kondisi keuangan warga yang memiliki usaha di sana.

Erni (49), salah satu warga Kelapa Dua, merupakan contohnya. Wanita yang memiliki usaha grosiran itu mengeluhkan dampak kerusuhan di Mako Brimob yang berlangsung sejak Selasa (8/5/2018) malam hingga Kamis (10/5/2018) pagi.

Ia mengaku kesulitan berlalu lalang lantaran rumah dan toko grosirnya berasa persis di sebelah Mako Brimob. Erny berkata, saat awal kerusuhan tokonya sempat buka. Operasional toko mulai berhenti sehari setelah kerusuhan terjadi.

"Kemarin [Rabu 9/5/2018] itu tetap buka tapi ya ga ada yang beli, kan jalan ditutup," ujar Erni.

Kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua memang menyebabkan penutupan jalan di sekitar lokasi kejadian. Akses dari dan menuju Jalan Komjen Pol M. Jasin ditutup pihak kepolisian sejak Rabu dinihari. Keputusan itu diambil seiring pengetatan penjagaan di sekitar wilayah Mako Brimob Kelapa Dua.

Erny mengaku sempat ikut menonton keramaian peliputan peristiwa di Mako Brimob. Akan tetapi, ia tak bisa bergerak bebas lagi pasca pembatasan aktivitas dilakukan polisi.

"Itu dampaknya banyak langganan saya yang harus muter untuk ke warung saya di tempat lain. Pengaruh paling besar ya di omset jadi ga ada," ujar Erny.

Sambil tertawa kecil Erny berkata, jika kerusuhan berlanjut hingga beberapa hari saja, besar kemungkinan ia akan mengalami kesulitan keuangan. Ia mengucap syukur peristiwa itu sudah berakhir.

Keluhan serupa juga dirasakan Rakhmat Hakim (28), warga yang tinggal di sekitar Mako Brimob Kelapa Dua. Pria yang bekerja di Jakarta Selatan itu mengaku kesulitan menempuh perjalanan karena penutupan akses.

"Ya ini sangat menyulitkan. Biasanya gampang kan mau lewat ke sana-sini [arah Universitas Indonesia dan Jalan Raya Bogor] jadi ribet harus muter," kata Rakhmat.

Meski mengeluh, Rakhmat mengaku paham dengan alasan polisi menutup akses jalan. Ia bahkan mengutuk keras kerusuhan yang dilakukan napi teroris di wilayah tempat tinggalnya.

Gereja Tutup

Tak hanya berdampak pada aktivitas ekonomi dan mobilitas warga, peristiwa di Mako Brimob juga mempengaruhi ibadah umat Kristen dan Katolik di Hari Kenaikan Isa Almasih yang tiba 10 Mei ini.

Ada dua gereja di dekat Mako Brimob Kelapa Dua, yakni GPIB Gideon dan Gereja Katolik Santo Thomas, yang memutuskan tak menggelar misa Kenaikan Isa Almasih. Peniadaan kegiatan ibadah harus dilakukan lantaran akses menuju dua gereja itu terkena dampak pembatasan jalan oleh polisi.

Keberadaan dua gereja di dekat Mako Brimob itu masuk parameter pengamanan insiden kericuhan para narapidana teroris. Kadiv Humas Polri Setyo Wasisto yakin pihak Brimob sudah berkoordinasi dengan pihak pengurus gereja tentang rencana itu.

Baca juga artikel terkait KERUSUHAN MAKO BRIMOB atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Hukum
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Yandri Daniel Damaledo