tirto.id - Sebagian warga Bukit Duri merespon antusias terhadap hasil Debat Calon Gubernur DKI Jakarta Jilid 1 pada Jumat (13/1/2017) malam. Korban penggusuran pada (29/09/2016) itu menyatakan pembahasan soal nasibnya di debat itu sudah tepat.
Pembahasan tentang kasus penggusuran Bukit Duri, yang belakangan dibatalkan oleh PTUN Jakarta, sempat memanaskan jalannya debat. Pasangan calon nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, dan pasangan nomor urut 3, Anies Baswedan- Sandiaga Uno, memakai isu Bukit Duri untuk mengkritik rivalnya, pasangan nomor urut 2, Basuki Tjahaya Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
Salah satu warga Bukit Duri, Jasandi mengatakan masalah penggusuran kampungnya, yang diungkap oleh Anies-Sandi dan Agus-Sylvi dalam debat merupakan fakta yang benar.
“Itu benar, memang benar. Kita ini kecewa. Kemarin kami menang di pengadilan PTUN, tapi kemarin saya tanya, pemerintah mau banding,” kata Jasandi saat dihubungi oleh Tirto seusai debat berlangsung.
Jasandi menambahkan saat ini para korban penggusuran Bukit Duri terpaksa mengikuti perintah Pemerintah Kota Jakarta Selatan untuk pindah ke Rusun Rawa Bebek karena tak memiliki pilihan lain.
“Di Rawa Bebek itu juga belum layak, coba saja lihat,” kata Jasandi.
Sayangnya, menurut dia, meskipun Anis-Sandi dan Agus-Sylvi berjanji tidak melakukan penggusuran, mereka belum membuat kontrak politik dengan warga Bukit Duri.
“Janji mungkin, kita lihat nanti. Kita nggak punya kontrak politik. Janji seperti itu, keduanya (Anies-Sandi dan Agus-Sylvi) juga bagus, tapi kita belum tahu. Cuma janji-janji atau seperti apa?” ujar dia.
Saat debat di Gedung Bhidakara, Jakarta berlangsung, Sandiaga sempat menyinggung nasib salah satu warga Bukit Duri bernama Nurhayati.
“Saya melihat ibu Nurhayati di Bukit Duri. Dia dulunya berjualan nasi uduk, 12 liter (beras) sehari. Karena kebijakan Pemrov sekarang, yang tidak memastikan lahan usaha, tidak memberikan permodalan, tidak memberikan pendampingan, dia terus menerus tergerus usahanya,” kata Sandiaga.
Agus Yudhoyono juga memanfaatkan isu penggusuran untuk mengkritik Ahok-Djarot.
“Bapak sudah nonton film Jakarta Unfair mungkin ya? Itukan documentary yang menggambarkan duka nestapa warga Jakarta, rakyat kecil, yang hidupnya sudah sulit dan tergusur ke tempat lain,” ujar Agus. Agus lalu menanyakan perasaan Ahok dan Djarot saat melihat pengakuan warga korban penggusuran.
Sylviana juga memakai isu penggusuran Bukit Duri untuk melontarkan kritik ke Ahok-Djarot.
“Saya jadi bingung, bagaimana dengan Bukit Duri bisa menang (di PTUN),” ujar dia. Sylviana melanjutkan, “Menggusur tak pernah memikirkan dampaknya, siapa yang bertanggungjawab.”
Adapun Ahok membalasnya dengan menyatakan pendapat rivalnya soal penggusuran tak masuk akal. Dia mengatakan penggusuran di masa pemerintahannya selama ini justru untuk menghidarkan Jakarta dari banjir parah saat anomali musim La Ni Na berlangsung. Ahok mengklaim berhasil mengurangi 2/3 banjir Jakarta.
“Saya bukan menggusur. Saya menata....Tapi ya sudahlah, namanya juga mau jadi Gubernur,” kata Ahok menyindir rivalnya dalam debat.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom