tirto.id - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan, para teroris yang nekat melakukan bunuh diri masuk dalam kategori penjahat yang sulit terdeteksi. Menurut JK, kegiatan mereka juga sulit dilacak karena apa yang teroris itu lakukan tidak masuk akal.
"Teroris yang bunuh diri itu paling susah dideteksi. Karena semua yang dilakukannya itu tidak wajar, tidak masuk akal. Contohnya bagaimana anak-anak dilibatkan, coba bayangkan," ujar JK di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Komentar itu disampaikan JK menanggapi rentetan teror bom yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo sejak Minggu (13/5/2018). Tercatat ada 5 ledakan terjadi hingga Senin (14/5/2018). Bom diledakkan oleh tiga keluarga berbeda.
Pada masing-masing ledakan, ada anak-anak yang dilibatkan pelaku. Aksi pertama yang dilakukan keluarga Dita Oeprianto pada tiga gereja menewaskan empat anak. Kemudian, ledakan di rusunawa di Sidoarjo juga menewaskan seorang anak.
Pada ledakan ketiga di Markas Polres Kota Surabaya, seorang anak juga dilibatkan. Anak itu tidak meninggal dan sedang menjalani perawatan usai diselamatkan polisi. JK mengaku sedih mengetahui fakta itu.
"Saya bayangin, apa yang dia [pelaku] bilang kepada anaknya sebelum pergi. Musti dia bilang 'nak ya kita ketemu di Surga lah'. Bayangkan itu," ujar JK.
Teror bom di Surabaya dan Sidoarjo menelan puluhan korban jiwa dan luka-luka. Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin mengatakan, hingga kini ada 33 korban ledakan bom di Surabaya yang masih dirawat di sejumlah rumah sakit. Ada 6 polisi yang ikut dirawat.
Jumlah korban jiwa, termasuk terduga pelaku, mencapai 28 orang. Ada 18 korban tewas dari ledakan di tiga gereja, 3 korban di Rusunawa Wonocolo Sidaorjo, dan 4 korban tewas dari bom bunuh diri di Markas Polres Surabaya. Selain itu ada tiga orang yang ditembak petugas saat penyergapan.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Alexander Haryanto