Menuju konten utama

Walhi Khawatir Indonesia Kehabisan Stok Batu Bara pada 2030

Sawung ingin Pemerintah Indonesia membatasi ekspor batu bara ke luar negeri.

Walhi Khawatir Indonesia Kehabisan Stok Batu Bara pada 2030
Alat berat membawa batu bara di Area Penambangan Batu bara Kaltim, Jumat (19/8). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Manajer Kampanye Urban dan Energi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Dwi Sawung khawatir stok batu bara Indonesia akan habis karena terlalu banyak dieksploitasi untuk sumber pembangkit listrik.

Sawung menyatakan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026 yang memperluas pembangunan PLTU Batu bara dapat membuat Indonesia defisit batubara. "Tahun 2030 kita bisa kekurangan batu bara," kata Sawung, di Kantor Greenpeace Indonesia, Senin (9/10).

Dalam draf RUPTL PLN, batubara menjadi salah satu dari tiga sumber energi primer selain bahan bakar minyak dan gas. Pada tahun 2026, penggunaan batu bara untuk sumber energi listrik sebesar 155 juta ton.

Jumlah tersebut berbanding lurus dengan rencana realisasi penyediaan 77,9 gigawatt listrik pada 2026 dan yang paling besar dihasilkan dari PLTU sebesar 31,9 gigawatt.

"Nasib batu bara bisa seperti minyak. Indonesia akan menjadi importir batu bara," kata Sawung.

Selanjutnya, Sawung mengatakan proyek 35.000 megawatt listrik Presiden Joko Widodo juga mengancam stok batu bara. Pasalnya, kata dia, mayoritas pembangkit yang akan dibangun berada di Jawa-Bali semuanya menggunakan batu bara.

"Setiap pembangkit paling sedikit 1000 watt," kata Sawung.

Di antaranya, kata Sawung, pembangkit Tanjung Jati dengan kapasitas 2000 megawatt, Batang 2000 megawatt, Cilacap 1000 megawatt, Cirebon 2x660 megawatt, Indramayu 1000 megawatt, Banten 1000 megawatt, dan 3 pembangkit lainnya dengan total 4000 megawatt.

"Belum yang gas di Muara Karang. Itu yang kelihatan besar," kata Sawung.

Padahal, kata dia, saat ini Indonesia telah mengalami over capacity produksi listrik dengan 30 persen reserved energy dan itu terjadi di pulau Jawa-Bali.

"Pada RUPTL 2017 clear bahwa adanya surplus membuat pembangunan kabel bawah laut dari Jawa ke Sumatera. Bukan lagi dari Sumatera ke Jawa," jelas Sawung.

Dalam hal ini, Sawung juga ingin Pemerintah Indonesia membatasi ekspor batu bara ke luar negeri. Menurutnya, tidak seharusnya batu bara menjadi sumber energi dijual ke negara lain sementara di dalam negeri terancam.

"Cina itu menghasilkan batubara yang besar. Tapi mereka tidak menjualnya ke luar negeri sebagai stok mereka," kata Sawung.

Sawung merasa khawatir ini karena batubara tergolong energi yang tidak dapat diperbarui. Sehingga, ketika batu bara habis, Indonesia tidak akan bisa menghasilkannya kembali.

Baca juga artikel terkait BATUBARA atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Ekonomi
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Alexander Haryanto