tirto.id -
"Harus dibuka aja pelanggannya siapa. Kenapa jadi heboh kan gitu. Buka saja pelanggannya di situ. Buka semua cctvnya. Biar masyarakat tahu. Mana yang munafik mana yang enggak," kata Taufik di komplek gedung DPR, Jakarta, Rabu (1/11/2017).
Menurut Taufik sejak ramai pemberitaan seputar penutupan Alexis, isu-isu kerakyatan menjadi tertutup. Sebaliknya, di media sosial menurutnya banyak orang bergunjing dan saling tuduh siapa saja pelanggan Alexis.
"Rakyat masih banyak kelaparan, pekerjaan, kemiskinan masih banyak. Masa berhari-hari beritanya Alexis aja gitu. Malah dibuka sekarang beritanya bathup-nya begini begitu. Yang kepingin malah sekarang jadi telat semua," kata Taufik.
Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk tidak memperpanjang izin usaha Hotel Alexis, tempat hiburan malam elite di kawasan Ancol, Jakarta Utara. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beralasan ditolaknya perpanjangan izin tersebut salah satunya lantaran indikasi dan laporan warga terkait adanya praktik prostitusi.
"(Izinnya) sudah habis, per dikeluarkan. Suratnya sudah keluar hari Jumat kemarin," ungkap Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2017).
Pihak manajemen Alexis pun telah menyatakan tidak lagi beroperasi sejak Selasa (31/10) kemarin. Divisi Legal dan Corporate Alexis Group M. Fajri dalam jumpa pers, Selasa (31/10), menyampaikan izin Alexis memang sudah habis.
"Griya pijat sudah kita tutup per tanggal 31 karena memang izinnya sudah habis dari tanggal 30," kata Fajri seraya menambahkan bahwa akibat dari penutupan Griya Pijat Alexis, sekitar 150 pegawai berhenti sementara.
Anggota Divisi Legal dan Corporate Alexis Group Lina Novita mengatakan jumlah pegawai yang terancam dihentikan justru lebih banyak lagi. Ia mengatakan, sekitar 1000 orang pegawai bekerja di Alexis.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Agung DH