tirto.id - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengakui terjadi kelangkaan vaksin di sejumlah daerah. Pemicunya adalah penetapan skala prioritas bagi daerah dengan populasi rentan.
Wiku bilang pemerintah telah berupaya menambah jumlah dosis vaksin dengan mengimpor dari dari luar negeri. Sedangkan di dalam negeri produksi vaksin dimaksimalkan dengan mengolah bahan mentah.
“Sejauh ini vaksinasi masih diprioritaskan terlebih dahulu untuk daerah dan populasi rentan dan secara paralel mengejar cakupannya secara nasional secara luas,” kata Wiku dalam konferensi pers, Selasa (3/8/2021).
Meski demikian pemerintah, kata Wiku, berkomitmen untuk mempercepat vaksinasi salah satunya lewat TNI dan Polri. Hal itu untuk memastikan distribusi dapat dilakukan secara maksimal dan tepat waktu.
Data vaksinasi per 3 Agustus 2021, terdapat 48.106.208 yang sudah menerima vaksin pertama. Sedangkan yang telah dilakukan vaksin kedua atau penuh mencapai 21.436.908. Sementara target vaksinasi yang dicanangkan pemerintah sebanyak 208.265.720.
Di tengah keterbatasan vaksin, Menteri Kesehatan menargetkan pada Agustus bisa mencapai 2 juta suntikan per hari. Namun pada hari ini hanya mampu mencapai sekitar 1 juta suntikan vaksin pertama dan kedua.
Salah satu kawasan rentan penularan dan perlu vaksin di Pulau Jawa-Bali adalah Provinsi Jawa Tengah.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan sejumlah kabupaten/kota telah melaporkan kehabisan stok vaksin COVID-19.
Ia menyebut terdapat persoalan pelaporan, yang membuat data di lapangan tak sesuai dengan yang terlapor ke pemerintah pusat.
“Kemarin saat saya sampaikan ke pusat, hampir seluruh kabupaten protes. Lho kami sudah menyuntikkan banyak, dan sudah habis, kok datanya seolah-olah kami masih menyimpan stok, ” kata Ganjar, Selasa (3/8/2021).
Selain di Jawa Tengah, di Kota Surabaya Jawa Timur stok vaksin, khsusunya merek Sinovac juga sudah habis sehingga pemerintah kota tidak dapat melakukan vaksinasi dosis kedua. Hal itu dikatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Febria Rachmanita.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Zakki Amali