tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan kontraksi pertumbuhan ekonomi akan berlanjut sampai kuartal IV (Q4) 2020. Prediksi ini mengalami pemburukan karena sebelumnya pemerintah menyatakan kontraksi hanya terjadi di Q3 2020 dan Q4 2020, pertumbuhan ekonomi sudah bisa kembali positif.
“Dari prediksi kami menunjukkan di kuartal ketiga kita masih mengalami negatif growth dan bahkan Q4 masih dalam zona sedikit di bawah netral,” ucap Sri Mulyani dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (2/9/2020).
Sri Mulyani mengatakan prediksi pemerintah pada Q3 2020 beberapa waktu yang lalu sudah mengalami pemburukan. Dari semula minus 1 sampai positif 1,2 persen menjadi minus 1,1 persen sampai positif 0,2 persen.
Sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi secara satu tahun penuh. Prediksi Sri Mulyani pada Maret-April 2020 berada di angka minus 0,4 persen sampai 2,3 persen. Namun, belakangan dipangkas menjadi minus 1,1 sampai 0,2 persen.
Sri Mulyani mengatakan dengan perubahan prediksi ini, bukan tidak mungkin kontraksi masih berlanjut sampai Q4 2020. Ia pun memberi sinyal kalau pertumbuhannya bisa di bawah posisi netral alias nol persen.
Jika prediksi Sri Mulyani benar, maka Indonesia terancam mengalami resesi lebih panjang. Sebab dengan kontraksi di Q3 2020, Indonesia sudah resmi memasuki resesi karena memenuhi syarat kontraksi dua kuartal berturut-turut sejak Q2 2020 yang minus 5,32 persen.
Imbasnya, keseluruhan pertumbuhan ekonomi 2020 pun ikut terkerek ke bawah. Sebab pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menyentuh batas atas prediksi 0,2 persen dengan catatan terjadi pemulihan dan perbaikan di Q3 dan Q4. Tanpa dukungan positif dari Q3 dan Q4, kontraksi 2020 hampir pasti terjadi.
“Kalau [pertumbuhan 2020] 0,2 persen mengasumsikan di Q3 dan Q4 recovery bisa terjadi lebih untuk mengkompensasi kontraksi yang dalam di Q2,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri