tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakini pertumbuhan ekonomi RI tahun 2021 bisa mencapai 4,5-5,5 persen alias membaik dari prediksi pemerintah di 2020 yang terpuruk di angka minus 1,1 persen sampai 0,2 persen. Menurutnya, ada 4 syarat yang mendasari asumsinya bahwa target itu bisa dicapai oleh pemerintah.
“Sangat tergantung pada skenario penanganan COVID-19 dan apakah berhasil dan apabila tersedia vaksin pada 2021. Yang bisa didistribusikan pada porsi populasi kita secara signifikan,” ucap Sri Mulyani dalam rapat dengar pendapat bersama Badan Anggaran, Selasa (1/9/2020).
Syarat penanganan COVID-19 merupakan kriteria pertama yang menurutnya memengaruhi pertumbuhan 2021 nanti. Namun, dalam strateginya Sri Mulyani tak menyebutkan upaya melakukan tes lebih masif dan tracing. Sebaliknya, strategi yang ia paparkan adalah ketersediaan vaksin.
Syarat kedua Sri Mulyani mematok perbaikan pada produktivitas, daya saing, dan iklim investasi. Ia yakin pemerintah dapat menggenjot investasi di 2021 sehingga bisa menopang pertumbuhan ekonomi berbekal porsi 32,3 persen terhadap PDB.
Syarat ketiga menurutnya bergantung pada seberapa baik kemampuan fiskal pemerintah untuk mendukung pemulihan ekonomi. Hal ini menurutnya menjadi alasan mengapa defisit APBN 2021 masih relatif tinggi di angka 5,5 persen di atas batas disiplin pemerintah selama ini di kisaran 3 persen.
Ia mengatakan defisit nantinya diperlukan agar pemerintah dapat mendorong sisi permintaan melalui bansos maupun bantuan langsung tunai (BLT). Di sisi lain pemerintah juga perlu menggelontorkan stimulus demi pemulihan sektor produksi sehingga menjaga supply.
Syarat terakhir relatif berada di luar kendali pemerintah. Menurut Sri Mulyani pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bergantung pada seberapa cepat perekonomian dunia pulih.
Masalahnya hal itu bergantung pada peran negara-negara besar. Misalnya Eropa, Jepang, Cina, sampai Amerika Serikat untuk mengembalikan arah pemulihan ekonomi.
“Tahun depan seperti kami sampaikan berbagai institusi internasional melakukan forecast masih dalam range dan suasana ketidakpastian,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti