Menuju konten utama

Usaha Bermukim di Planet Mars

Upaya manusia untuk menempuh perjalanan dan bermukim di Planet Mars bisa saja jadi kenyataan. Sebuah proyek bernama Mars One tampak begitu meyakinkan. Apakah misi ini bisa jadi kenyataan bagi umat manusia?

Usaha Bermukim di Planet Mars
Penggalan film berjudul The Martian. Kisah tentang bertahan hidup di Planet Mars [Foto/Century Fox]

tirto.id - Mark Watney merupakan salah satu kru yang ikut dalam tim misi pendaratan di Planet Mars. Setibanya di Mars, mereka diterpa badai yang tengah melanda dan mengakibatkan Mark terpisah dari timnya. Para rekan timnya berusaha melakukan kontak, tetapi Mark tidak juga menjawab. Di tengah badai yang masih berlangsung, pesawat memutuskan untuk pulang ke Bumi meninggalkan Mark.

Mark juga tidak kalah berusaha untuk menghubungi rekannya. Semua kemampuan dan peralatan yang tersisa di kapal induk dicobanya untuk melakukan perbaikan, dia harus mempertahankan diri, termasuk terus melakukan kontak dengan dunia luar, untuk mendapatkan sinyal barangkali dapat terkirim ke awak pesawat tim sebelumnya atau ke kantor pusat NASA.

Mark telah mencoba segala usaha untuk tetap hidup, termasuk menanam tanaman di dalam ruang laboratorium yang memang seharusnya disiapkan untuk misi mereka. Tanaman itu digunakannya untuk bekal bertahan.

Kisah Mark bertahan hidup merupakan penggalan dari novel fiksi ilmiah berjudul The Martian yang difilmkan pada 2015 lalu.

Perjuangan manusia mencapai Mars sesungguhnya tidak hanya dalam novel fiksi. Dalam dunia nyata, sudah banyak upaya manusia untuk mencapai Mars.

Setidaknya proposal awal untuk misi ke planet merah telah ada sejak 1950-an dengan perencanaan realisasi untuk 10-30 tahun ke depan sejak proposal itu diperkenalkan. Puluhan pesawat ruang angkasa, termasuk pengorbit, pendarat, dan penemu, telah dikirim ke Mars oleh berbagai negara seperti Uni Soviet, Amerika Serikat, Eropa, dan India. Tujuan mereka untuk mempelajari permukaan planet, iklim, dan geologi yang ada di sana.

Rencana membuat sebuah permukiman dan dapat dihuni manusia juga tengah disiapkan. Salah satu diantaranya lewat misi berjuluk Mars One dari organisasi nirlaba asal Belanda. Proyek yang digagas oleh Bas Landsdorp dan Arno Wielders ini memproyeksikan pada 2027 para awak manusia sudah mendarat dan bermukim di planet merah tersebut.

Misi Mars One ini sejatinya sudah ramai dibicarakan sejak 2012 lalu. Setelah empat tahun berjalan, seperti apa perkembangannya?

Sejak dibuka pendaftaran untuk perjalanan ke Mars, sebanyak 4.227 orang telah melengkapi formulir pendaftaran dengan biaya pendaftaran bervariasi mulai dari 5 sampai 75 dolar tergantung pada kekayaan rata-rata di negara pemohon. Seleksi pertama telah dilakukan pada Desember 2013 lalu dengan hasil sebanyak 1.058 pelamar dari 107 negara yang lolos di tahap pertama ini. Jumlah ini masih dikerucutkan lagi pada seleksi ketiga menghasilkan 100 peserta dengan proporsi 50 wanita 50 laki-laki.

Seleksi dalam beberapa ronde ini masih terus dilakukan termasuk pada September ini yang mengumpulkan 40 orang sampai nantinya dikerucutkan menjadi 24 orang yang dianggap telah lolos memenuhi syarat dan siap diberangkatkan untuk bermukim di planet merah tersebut.

Di saat proses seleksi yang masih berlangsung, kerja sama Mars One terhadap dua robot yang digunakan untuk kebutuhan pengorbitan sarana komunikasi dan yang satu sebagai pendarat di Mars mengalami penangguhan. Sebagai gantinya, kontrak baru telah disepakati dengan perusahaan Lockheed Martin dengan desain yang sama seperti Phoenix yang telah pergi ke Mars sebelumnya.

Seperti yang disampaikan dalam situs resmi milik Mars One mars-one.com, peluncur yang digunakan dalam misi ini kemungkinan akan menggunakan Space X Falcon Heavy yang juga digunakan oleh perusahaan teknologi luar angkasa Space X saat ini. Sedangkan perusahaan yang menyediakan peralatan lainnya sejauh ini belum memiliki perubahan.

Dari susunan jadwal yang dibuat, ada sejumlah perubahan penyesuaian jadwal sejak bergulirnya program ini 2012 lalu. Diantaranya, misi untuk menguji teknologi yang diperlukan manusia ketika di Planet Mars dan peluncuran satelit komunikasi yang diproyeksikan awal pada 2018 mundur menjadi tahun 2020. Sebuah kendaraan pengelana untuk mencari lokasi yang cocok untuk permukiman di Mars akan diluncurkan dari semula 2020 mundur ke 2022 mendatang.

Rencana tahun 2024 akan diluncurkan enam kargo dengan satu kendaraan pengelana, dua unit pendukung kehidupan, dan dua unit pemasok kebutuhan lainnya diluncurkan dari jadwal semula tahun 2022. Dua tahun setelahnya, enam kargo tersebut akan berkembang sesuai letak dan fungsinya. Sedangkan para kru peserta akan mendarat di Mars pada 2027 dan kru kedua datang pada 2028.

Misi luar biasa ini tentu menelan biaya yang besar untuk merealisasikannya. Situs resmi Mars One yang beralamat di mars-one.com merilis, dana berasal dari berbagai kegiatan terkait Mars One yang sedang disiarkan termasuk hak siar dari kehidupan para awak di Mars, hak kekayaan intelektual, dan pendirian Mars One Foundation.

Donasi dan hasil penjualan marchandise yang terkumpul sampai pada Juli 2016 ini sebesar 928.888 dollar. Mars One rencananya akan menjalankan misi dengan dana 6 miliar dollar, atau sekitar Rp78 triliun.

Sekalipun terlihat menakjubkan dengan roadmap yang tertata matang, sejauh ini berbagai tudingan miring juga dialamatkan kepada proyek Mars One. Misalnya dianggap janggal dalam mencari sumber pendanaan. Daily Mail menyebutkan alasan mengapa proyek tersebut tidak akan terjadi dan memanggilnya sebagai proyek bodoh karena tidak memiliki dana yang pasti untuk saat ini dan sumber pendanaan di masa mendatang. Organisasi ini juga tidak memiliki pesawat ruang angkasa, roket atau nilai kontrak di muka yang ditawarkan untuk memberikan garansi sebuah pesawat ruang angkasa atau roket.

Meskipun begitu, proyek Mars One masih terus berlangsung hingga saat ini, berbagai agenda sedang terus dijalani. Andai saja proyek ini gagal sebelum benar-benar berangkat, bukan berarti misi manusia mendarat dan bermukim di Mars akan seketika runtuh. Sederet misi lain juga sedang mengarah ke upaya mengembangkan kehidupan di planet merah tersebut. Dan mungkin saja kepadatan bumi yang kian bertambah nantinya akan berkurang jika sebagian memilih eksodus ke Mars.

Baca juga artikel terkait MARS atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Humaniora
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti