tirto.id - Angka kasus corona COVID-19 di seluruh dunia terus meningkat. Menurut laporan situs Worldometers, hingga Rabu, 6 Januari 2021 pukul 16.23 WIB, angka kasus corona secara global telah menyentuh angka 86,900,891 atau nyaris 87 juta.
Angka kematian secara global saat ini sebanyak 1,877,450, dengan kasus aktif tercatat 23,399,440. Jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 61,624,001.
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan angka kasus corona tertinggi di seluruh dunia, yaitu mencapai 21,579,641, kemudian menyusul India di posisi ke-2 dengan kasus sebanyak 10,375,478.
Brasil berada di posisi ke-3 dengan catatan jumlah kasus sebanyak 7,812,007. Rusia di posisi ke-4 mendapat tambahan kasus baru sebanyak 24,217 dan 445 kematian baru, dan total kasus mencapai 3,308,601.
Selanjutnya, Inggris menempati posisi ke-5 dengan jumlah kasus sebanyak 2,774,479 disusul Prancis di posisi ke-6 dengan 2,680,239 kasus.
Sementara itu, Indonesia saat ini berada di urutan ke-20 dengan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 23,109 dan yang telah dinyatakan sembuh seba nyak 645,746.
Worldometers melaporkan, total jumlah kasus di Indonesia saat ini sebanyak 779,548.
WHO: Pandemi COVID-19 Masih Jadi Krisis Kesehatan Masyarakat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataan terbarunya menyatakan bahwa Pandemi COVID-19 masih menjadi krisis kesehatan masyarakat yang utama.
"Kami berlomba untuk menyelamatkan nyawa, mata pencaharian, dan mengakhiri pandemi ini. Namun, WHO tidak hanya memerangi pandemi, kami juga memerangi berbagai wabah penyakit di seluruh dunia, mengambil dan menganalisis ratusan potensi sinyal setiap minggu," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Seperti yang ditunjukkan pada tahun lalu, ujar Tedros, WHO bekerja siang dan malam untuk mempercepat sains, memberikan solusi untuk tantangan di lapangan, dan membangun solidaritas global. Hal ini sama pentingnya untuk mengatasi pandemi seperti halnya mendapatkan kembali layanan penting dan berjalan kembali.
Menurut Tedros, hal-hal yang dimaksud mulai dari mencegah ibu dan anak-anak mereka meninggal saat melahirkan, menangani keadaan darurat diam-diam seperti resistensi antimikroba dan kesehatan mental, hingga pencegahan, skrining dan pengendalian HIV, TB, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan.
"Kami telah belajar banyak dalam setahun terakhir; paling tidak kesehatan adalah investasi dalam pembangunan secara keseluruhan, penting untuk ekonomi yang berkembang dan pilar utama keamanan nasional. Kesehatan tidak bisa dipikirkan setelah kita dalam keadaan darurat," terangnya.
Tedros berharap agar semua pihak terlibat untuk memastikan sistem perawatan kesehatan primer benar-benar terintegrasi yang secara efektif mencegah, menyaring, mengobati penyakit menular dan penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker, serta penyakit jantung dan paru-paru.
"Yang terakhir ini secara telah kolektif menyebabkan kematian lebih dari 40 juta orang setiap tahun," imbuh Tedros.
"Pandemi COVID-19 telah menunjukkan kepada kita sekali lagi bagaimana virus menular baru menempatkan mereka yang memiliki kondisi mendasar pada risiko kematian tertinggi," tukasnya.
Editor: Agung DH