tirto.id - Dunia hingga hari ini masih belum mampu mengerem peningkatan dampak pandemi virus corona (Covid-19). Laju penambahan jumlah kasus penularan Covid-19 memperlihatkan grafik yang terus menanjak.
Hingga Selasa sore, 28 Juli 2020, total jumlah kasus positif infeksi corona di dunia telah mencapai 16.495.309 orang, dengan angka kematian secara keseluruhan mencapai 654.327 jiwa. Data ini merupakan versi update dari CSSE Johns Hopkins University per pukul 17.00 WIB.
Data yang sama menunjukkan 9.590.929 pasien positif corona sudah dinyatakan sembuh. Dengan demikian, apabila merujuk data CSSE Johns Hopkins University ini, jumlah kasus aktif atau pasien corona yang sedang dirawat di dunia sampai hari ini masih berjumlah 6.250.053.
Di antara lebih dari 200 negara yang dilanda pandemi, lima negara yang terdampak paling parah dan memiliki jumlah kasus terbanyak di dunia saat ini adalah Amerika Serikat, Brasil, India, Rusia dan Afrika Selatan.
AS sejauh ini sudah melaporkan total kasus positif corona sebanyak 4.294.770 orang, dengan angka kematian mencapai 148.056 jiwa. Sementara Brasil, secara total, kini memiliki 2.442.375 kasus positif, dengan pasien meninggal berjumlah 87.618.
Total data kasus infeksi virus corona di India pun semakin mendekati angka 1,5 juta, tepatnya adalah 1.480.073 orang. Sebanyak 33.408 pasien corona di India tercatat sudah meninggal. Sedangkan angka kasus di Rusia pun terus merangkak naik hingga hari ini mencapai total 822.060 orang, dengan jumlah kematian: 13.483 jiwa.
Sementara Afrika Selatan yang mengalami peningkatan angka infeksi lebih belakangan, hingga hari ini sudah memiliki 452.529 kasus positif corona. Secara total, jumlah pasien corona di Afrika Selatan kini sudah mencapai 7.067 jiwa.
Sebagai data pembanding, situs Worldometers mencatat total kasus positif corona secara global mencapai angka 16.671.726 orang per pukul 17.14 WIB, pada Selasa sore, 28 Juli 2020. Laman agregator data statistik ini juga menginformasikan, sebanyak 657.256 pasien corona di dunia sudah meninggal. Sementara 10.261.878 pasien corona yang lain berhasil sembuh.
Peringatan WHO dan Kekhawatiran Gelombang Kasus Baru
Badan Kesehatan Dunia (WHO) kembali meminta semua negara mewaspadai risiko peningkatan angka penularan virus corona (Covid-19). Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa skala pandemi corona di dunia akan terus membesar.
Tedros mencatat, jumlah kasus baru corona di dunia berlipat ganda dalam enam minggu terakhir, hampir enam bulan setelah peringatan darurat kesehatan diumumkan oleh WHO kepada publik internasional. Pada hari Kamis mendatang (30/7/2020), tepat 6 bulan setelah WHO mengeluarkan peringatan darurat kesehatan internasional untuk menyikapi penularan virus corona.
"Ketika saya menyatakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada 30 Januari, tingkat alarm tertinggi di bawah hukum internasional, ada kurang dari 100 kasus di luar Tiongkok, dan tidak ada kematian," ujar Tedros dalam pernyataan resminya awal pekan ini, seperti dilansir laman WHO.
Dia menambahkan, pandemi virus corona sekaligus menunjukkan bahwa kesehatan bukan sekedar buah dari proses pembangunan, melainkan sekaligus pondasi stabilitas sosial, ekonomi dan politik.
Peringatan Tedros tersebut disampaikan bersamaan dengan jumlah kasus positif corona yang telah menembus angka 16 juta, dengan angka kematian lebih dari 650 ribu jiwa.
Di sisi lain, sebagaimana dilansir The Guardian, kekhawatiran akan peningkatan angka infeksi kini muncul di Eropa. Sejumlah negara, seperti Jerman, Prancis dan Belgia kembali memberlakukan sejumlah aturan pembatasan sosial, seperti jam malam, social distancing (penjagaan jarak fisik), dan kebijakan karantina.
Belgia kembali memperketat pembatasan sosial setelah negara itu menemukan 1.952 kasus baru dalam seminggu terakhir, naik 70 persen lebih dibanding pekan sebelumnya.
Di Antwerp, salah satu kota besar di Belgia, jam malam kembali diberlakukan sejak Senin pekan ini. Bar dan restoran di kota itu harus tutup pada pukul 11 malam dan warga di sana diwajibkan berada di rumah sejak pukul 11.30 malam hingga 6 pagi. Mulai Rabu pekan ini, pemerintah Belgia juga membatasi jumlah orang yang bisa berkumpul menjadi maksimal lima orang, selain anggota keluarga.
Jam malam juga diberlakukan pemerintah Prancis di pantai-pantai tepi samudera Atlantik, setelah ada temuan banyak kasus baru di kawasan-kawasan wisata itu.
Jerman pun akan memberlakukan aturan tes corona bagi para pelancong yang kembali dari daerah berisiko. Hal ini, menurut Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, penting untuk mencegah rantai penularan baru. Kemenlu Jerman memberikan peringatan perjalanan baru, agar warga negara itu tak berkunjung ke 3 wilayah di Spanyol Utara.
Lonjakan kasus baru di Jerman membuat Robert Koch Institute (RKI), lembaga pengendalian penyakit di negara itu, mendesak semua warga untuk menjaga jarak fisik dan memakai masker.
"Kita harus mencegah risiko virus corona menyebar cepat dan tidak terkendali. Perkembangan terakhir jumlah kasus COVID-19 sangat memprihatinkan bagi saya dan kita semua di RKI," kata kepala RKI Lothar Wieler, dikutip dari Aljazeera.
Adapun sektor industri pariwisata Spanyol yang sedang berupaya bangkit harus menerima kabar tidak menggembirakan karena para pelancong asal Inggris membatalkan kunjungan. Hal itu terjadi setelah pemerintah Inggris kembali memberlakukan aturan karantina bagi wisatawan yang kembali ke negara itu.
Padahal, akibat lockdown yang diberlakukan di Spanyol selama pandemi, jutaan warga negara itu menganggur. Data Institut Statistik Nasional Spanyol menunjukkan angka pengangguran melonjak tajam pada kurun April sampai Juni 2020, yakni dari 55 ribu menjadi 3,4 juta.
Tidak hanya di Eropa, kekhawatiran terhadap kemunculan gelombang kasus baru juga muncul di kawasan lain yang selama ini memiliki kasus baru relatif rendah.
Bahkan, pemerintah Vietnam yang tercatat memiliki capaian impresif dalam meredam pandemi, memutuskan untuk menangguhkan seluruh penerbangan dari dan menuju Kota Danang selama 15 hari, setelah ada penemuan 15 kasus baru akibat transmisi lokal di kawasan itu.
Editor: Abdul Aziz