tirto.id - Peningkatan kasus virus Corona masih terjadi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Inggris bahkan melaporkan adanya mutasi baru virus Corona yang penularannya 70% lebih cepat dibanding virus COVID-19 sebelumnya.
Dikutip Worldometers, Rabu (23/12/2020) pagi, kasus virus Corona global secara kumulatif telah mencapai 78.360.768 kasus, dengan jumlah kematian 1.723.771 orang.
Sementara untuk kesembuhan, tercatat ada 55.121.982 orang. Sedangkan untuk kasus aktif per hari ini ada 21.515.015 kasus dengan rincian 21.408.662 (99,5%) kasus dalam kondisi ringan dan 106.353 (0,5%) kasus berada dalam kondisi serius atau kritis.
Inggris yang mengonfirmasi adanya penemuan mutasi baru virus Corona B.1.1.7 berada di posisi ke-6 dengan 68.307 orang meninggal dunia dari jumlah 2.110.314 kasus kumulatif.
Berikut daftar terkini 10 negara dengan kasus Corona terbanyak, di mana Jerman sekarang posisinya berada pada 10 besar mengejar Argentina yang sebelumnya berada di urutan tersebut.
- Amerika Serikat: 18.684.628 kasus, 330.824 orang meninggal dunia, dan 10.945.097 pasien sembuh.
- India: 10.099.308 kasus, 146.476 orang meninggal dunia, dan 9.662.697 pasien sembuh.
- Brasil: 7.320.020 kasus, 188.285 orang meninggal dunia, dan 6.354.972 pasien sembuh.
- Rusia: 2.906.503 kasus, 51.912 orang meninggal dunia, dan 2.319.520 pasien sembuh.
- Prancis: 2.490.946 kasus, 61.702 orang meninggal dunia, dan 186.058 pasien sembuh.
- Inggris: 2.110.314 kasus dan 68.307 orang meninggal dunia.
- Turki: 2.062.960 kasus, 18.602 orang meninggal dunia, dan 1.866.815 pasien sembuh.
- Italia: 1.977.370 kasus, 69.842 orang meninggal dunia, dan 1.301.573 pasien sembuh.
- Spanyol: 1.838.654 kasus dan 49.520 orang meninggal dunia.
- Jerman: 1.556.611 kasus, 28.241 orang meninggal dunia, dan 1.136.700 pasien sembuh.
Mutasi Baru Virus Corona di Inggris
Inggris yang melaporkan adanya penemuan mutasi baru virus Corona telah menyebabkan kekhawatiran di benua Eropa sehingga membuat negara-negara di Uni Eropa (UE) mengeluarkan larangan perjalanan ke Inggris dalam upaya menghentikan mutasi menyebar secara lokal.
Deutsche Welle (DW) mewartakan, selama akhir pekan, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan bahwa varian baru virus yang bergerak cepat itu 70% lebih mudah menular daripada jenis yang ada dan mengatakan kemungkinan itu adalah kekuatan pendorong di balik lonjakan cepat infeksi baru di London dan Inggris selatan.
Meski demikian, Inggris menekankan bahwa otoritas kesehatan masyarakat tidak menemukan bukti bahwa mutasi baru virus Corona ini lebih mematikan atau menyebabkan penyakit yang lebih parah atau vaksin akan kurang efektif melawannya.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (European Center for Disease Prevention and Control / ECDC) mengatakan pada hari Senin bahwa diperlukan upaya tepat waktu untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran jenis baru COVID-19.
Tetapi perlu dicatat bahwa infeksi dengan mutasi baru virus Corona telah dilaporkan di beberapa negara Eropa. Beberapa kasus dengan mutasi baru Corona telah terdeteksi di Islandia, Denmark dan Belanda.
Kemudian pada bulan Desember, peneliti Inggris menemukan prevalensi varian saat mereka mengumpulkan sampel dari orang yang terinfeksi di Inggris bagian tenggara dan sepertinya menyebar dengan cepat.
"Garis keturunan ini muncul cukup cepat," kata Nick Loman, salah satu peneliti dan profesor genomik mikroba di Universitas Birmingham.
Sejak itu, Australia, Denmark, dan Belanda juga telah mengidentifikasi kasus mutasi baru virus Corona di negara mereka.
Selain itu, larangan bepergian juga diberlakukan di Afrika Selatan, karena diyakini bahwa mutasi virus Corona baru dari Inggris juga ditemukan di sana.
Namun, pejabat kesehatan dan ilmuwan Afrika Selatan mengatakan bahwa virus yang mirip dengan varian Inggris ini dikenal sebagai 501.V2 dan berbeda dari yang ada di Inggris.
Editor: Agung DH