Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Update Corona di RI: 309 Positif, 25 Meninggal & Rapid Test Belum

Pasien positif virus corona baru atau COVID-19 di Indonesia menjadi 309 kasus per 19 Maret 2020: 25 di antaranya meninggal, 15 dinyatakan sembuh, dan sudah tersebar di 16 provinsi.

Update Corona di RI: 309 Positif, 25 Meninggal & Rapid Test Belum
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan penyemprotan cairan disinfektan pada gerai di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, Selasa (17/3/2020).ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz

tirto.id - Total pasien positif virus corona baru atau COVID-19 di Indonesia naik menjadi 309 kasus per Kamis sore, 19 Maret 2020. Dengan demikian jumlah kasus positif di RI melonjak 83 kasus dari sehari sebelumnya yang tercatat 227.

Jumlah kematian akibat pandemi corona ini juga melonjak menjadi 25 orang atau 8 persen dari total pasien yang dirawat, kata Juru Bicara Pemerintah Dalam Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto saat konferensi pers, di Kantor BNPB, Jakarta, Kamis (19/3/2020).

Kasus pasien meninggal kebanyakan berasal dari Jakarta. Berdasarkan data per 19 Maret 2020 yang dipaparkan Yuri, DKI ada tambahan 5 orang dan Jawa Tengah meninggal 1 orang.

Jika ditotal, maka jumlah pasien positif COVID-19 yang meninggal naik dari 19 orang menjadi 25 orang. Rinciannya: DKI Jakarta (17 kasus), Bali (1 kasus), Jawa Tengah (3 kasus), Banten (1 kasus), Jawa Timur (1 kasus), Jawa Barat (1 kasus) dan Sumatera Utara (1 kasus).

Yuri mengatakan, pasien yang meninggal berada dalam rentang usia 45 tahun-65 tahun. Hanya 1 kasus yang meninggal di umur 37 tahun.

Ia mengatakan, "Hampir seluruhnya memiliki penyakit pendahulu atau comorbid dan sebagian besar adalah diabet, hipertensi, dan kemudian penyakit jantung kronis, beberapa di antaranya adalah penyakit paru menahun," kata Yuri.

Sementara pasien yang dinyatakan sembuh, kata Yuri, total ada 15 orang. Empat orang tambahan baru yang dinyatakan sembuh ini berasal dari Jakarta.

Yuri berkata, ada penambahan kasus baru di Indonesia, antara lain: Banten (10 kasus), DIY (2 kasus), Jakarta (52 kasus), Jawa Barat (2 kasus), Jateng (4 kasus), Jawa Timur (1 kasus), Kalimantan Timur (2 kasus), Kepulauan Riau (2 kasus), Sumatera Utara (1 kasus), Sulawesi Tenggara (3 kasus baru masuk), Sulawesi Selatan (2 kasus baru) dan Riau (1 kasus).

Jika ditotal, maka ada 16 provinsi yang menangani perkara COVID-19. Rianciannya: Bali (1 kasus), Banten (27 kasus), DIY (5 kasus), Jakarta (210 kasus), Jawa Barat (26 kasus), Jawa Tengah (12 kasus), Jawa Timur (9 kasus), Kalimantan Barat (2 kasus), Kalimantan Timur (3 kasus), Kepualauan Riau (3 kasus), Sulawesi Utara (1 kasus), Sumatera Utara (2 kasus), Sulawesi Tenggara (3 kasus), Sulawesi Selatan (2 kasus), Lampung (1 kasus), dan Riau (2 kasus).

Berusaha Cepat Lewat Rapid Test, tapi Tetap Lambat

Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas bersama tim gugus tugas percepatan penanganan COVID-19, Kamis pagi (19/3/2020). Dalam rapat tersebut, Jokowi ingin rapid test untuk COVID-19 segera dilaksanakan disertai dengan penambahan lokasi rapid test.

"Saya minta alat rapid test terus diperbanyak, juga memperbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes," kata Jokowi saat memimpin rapat percepatan penanganan COVID-19 via teleconference dari Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/3/2020).

Namun eksekusi rapid test tampaknya akan sedikit lambat. Kepala Gugus Tugas COVID-19 sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letjen Doni Monardo mengatakan Indonesia belum memiliki alat tersebut. Ia justru mengaku pemerintah masih menunggu keberadaan alat itu.

“Sementara alat rapid test ini belum tersedia di tanah air. Sehingga kami harus mendatangkan dari beberapa negara," kata Doni usai rapat terbatas tentang gugus tugas penanganan COVID-19 di Jakarta, Kamis.

Doni mengatakan, pemerintah akan berhubungan dengan sejumlah negara yang menangani COVID-19 seperti Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Namun ia berjanji alat tersebut akan didatangkan lebih cepat meski dari luar negeri.

Doni memberi sinyal kalau alat rapid test tidak akan bisa dinikmati seluruh warga Indonesia. Sebab, kata Doni, "Kalau seluruh masyarakat harus mendapat rapid test ini, mungkin akan sangat sulit karena akan sangat banyak, penduduk kita jumlahnya 270 juta jiwa.”

“Jadi mungkin hasil koordinasi dengan tim medis di lapangan, dengan mereka yang tergabung dalam tim deteksi yang terdiri dari tim gabungan, ada unsur TNI, unsur Polri, ada juga unsur dari intelijen yaitu BIN, untuk bisa memeberikan masukan. Sehingga siapa kira-kira yang wajib melakukan rapid test," kata Doni.

Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Santo Darmosumarto mengaku pemerintah masih menunggu hasil penghitungan dari dalam dan luar negeri. Sebab, pemerintah sudah menerima tawaran dari sejumlah negara secara gratis untuk test kit penanganan COVID-19.

"Terkait test kit ini juga banyak yang sifatnya akan ada beberapa pihak yang menyampaikan kesediaan untuk menyumbangkan. Jadi tidak untuk dijual," kata Santo dalam press conference via virtual di Jakarta, Kamis (19/3/2020).

Oleh karena itu, kata Santo, saat ini pemerintah sedang berusaha untuk mengkompilasi berbagai tawaran atau kesediaan dari pihak-pihak asing untuk menyumbangkan test kit-nya.

“Pada saat bersamaan kita juga melakukan asesmen mengenai seberapa banyak sebenarnya yang diminta,” tutur Santo.

Sementara itu, Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengklaim alat uji cepat atau rapid test virus corona sudah masuk ke dalam negeri secara bertahap.

“Iya alat itu (rapid test) sudah bisa masuk per Kamis ini (19/3/2020),” kata dia seperti dikutip Antara.

Ia menambahkan alat uji itu nantinya akan didistribusikan ke rumah sakit rujukan yang menangani COVID-19 oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia Persero.

“Alat masuk secara bertahap dan sudah standar WHO,” kata dia.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz