Menuju konten utama

Update Corona 3 Mei 2020 Indonesia & Dunia: Data Statistik Terkini

Update data statistik corona di Indonesia 3 Mei 2020: jumlah total kasus positif Covid-19 di tanah air kini telah melampaui angka 11 ribu pasien.

Update Corona 3 Mei 2020 Indonesia & Dunia: Data Statistik Terkini
Ilustrasi virus corona. foto/istockphoto

tirto.id - Data statistik terbaru menunjukkan jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia pada hari ini telah melampaui angka 11 ribu pasien. Jumlah ini melanjutkan level baru total angka kasus corona di Indonesia yang kini masuk ke hitungan belasan ribu.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada Minggu sore, 3 Mei 2020, ditemukan 349 kasus baru yang terkonfirmasi positif corona dalam 24 jam terakhir hingga pukul 12.00 WIB, hari ini.

Angka kasus baru tersebut lebih tinggi daripada data pada Sabtu, 2 Mei kemarin yang sejumlah 292. Data kasus positif baru pada 3 Mei 2020 juga melanjutkan tren fluktuasi naik-turun dengan interval satu hingga dua hari. Pada dua hari lalu, angka kasus baru tercatat melonjak hingga 433 pasien.

Penambahan 349 pasien baru membuat total jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia pada 3 Mei 2020 menjadi 11.192 orang. Belasan ribu kasus positif corona tersebut tersebar di 326 kabupaten/kota di 34 provinsi, dengan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur sebagai episentrum utama.

Sebanyak 8.471 pasien positif corona atau 75,7 persen dari total kasus di Indonesia, kini masih berstatus dalam perawatan. Mereka dirawat di ratusan rumah sakit dan ada juga yang menjalani isolasi mandiri.

Penambahan cukup signifikan terjadi pada jumlah pasien positif corona yang sembuh. Dengan ada tambahan 211 kasus kesembuhan baru, total pasien positif corona di Indonesia yang berhasil sembuh hari ini menjadi 1.876 orang. Namun, dibandingkan total kasus, angka itu baru setara 14,9 persen.

Sedangkan data kematian baru akibat Covid-19 di Indonesia hari ini sekitar 14 jiwa atau jauh lebih rendah dibandingkan angka penambahan pada Sabtu kemarin yang sebanyak 31 kasus. Saat ini, total pasien positif corona yang sudah meninggal di tanah air adalah 845 jiwa.

Data Gugus Tugas juga menunjukkan total jumlah warga dengan status Orang Dalam Pemantauan (ODP) masih terus bertambah hingga menjadi 236.369 orang pada hari ini. Sebagian dari ODP itu sudah selesai menjalani pemantauan.

Sementara total jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP), saat ini telah sebanyak 23.130 orang. Sebagian dari PDP tersebut masih menunggu hasil diagnosa Covid-19 melalui tes PCR.

Perincian data update kasus corona di Indonesia pada 3 Mei 2020 adalah sebagai berikut:

Jumlah kasus baru: 349

Total kasus positif: 11.192

Total Pasien Meninggal: 845

Total Pasien Sembuh: 1.876

Total Pasien Dirawat: 8.471

Total Jumlah PDP: 23.130

Total Jumlah ODP: 236.369

Jumlah spesimen diperiksa PCR: 112.965 spesimen

Jumlah kasus diperiksa spesimennya: 83.012 orang

Daerah terdampak di 34 provinsi: 326 kabupaten/kota

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto juga menyinggung prediksi soal akhir pandemi corona di Indonesia yang sudah disimulasikan sejumlah peneliti.

Menurut Yurianto, optimisme bahwa pandemi corona di Indonesia akan berakhir pada bulan Juni atau Juli 2020 bisa menjadi kenyataan apabila kedisiplinan masyarakat dalam mencegah penularan Covid-19 terus dijalankan, setidaknya hingga Agustus mendatang.

"Kuncinya di kita semua, ada di kedisiplinan kita semua untuk patuh tetap di rumah, patuh tidak mudik, patuh selalu mencuci tangan dan memakai masker," kata dia saat konferensi pers hari ini.

Saat bicara dalam rapat telekonferensi bersama Komisi VI DPR pada 2 Mei kemarin, Kepala Gugus Tugas Covid-19, Doni Monardo juga mengungkapkan, selain dengan metode medis, penanganan kasus corona perlu pendekatan psikologis. Keseimbangan praktik dua pendekatan ini, kata Doni, diperlukan mengingat tenaga medis dan infrastruktur kesehatan terbatas.

Oleh karena itu, Doni menyebut, perlu diupayakan agar masyarakat terpenuhi gizinya sehingga imunitas meningkat, sekaligus menggerakkan roda ekonomi. "Hungry man becomes angry man [Orang lapar akan marah]. Kami tidak ingin arahnya ke sana," ujar Doni.

Dia mencontohkan, sekitar 2,5 juta petani kini kesulitan menjual hasil panen karena dampak dari pandemi Covid-19. Masalah ini perlu diselesaikan dengan kolaborasi lintas-lembaga/kementerian.

Sebaran Corona di Indonesia & Episentrum Covid-19

Lebih dari 11 ribu kasus positif corona di Indonesia menyebar di 326 kabupaten/kota. Artinya, lebih dari separuh kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia telah terdampak pandemi.

Data Gugus Tugas menunjukkan ada tiga provinsi yang kini sudah mempunyai kasus positif corona lebih dari 1.000 pasien: DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Dua provinsi terakhir memiliki total 1000-an kasus, sedangkan di ibu kota sudah empat kali lipatnya.

Selain itu, tidak ada lagi provinsi dengan jumlah kasus corona di bawah angka 10 orang. Saat ini, tiga provinsi dengan jumlah kasus positif Covid-19 terendah adalah Nusa Tenggara Timur (10 pasien), Aceh (12 pasien) dan Bengkulu (12 pasien).

Dalam 24 jam terakhir hingga pukul 12.00 WIB, 3 Mei 2020, Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah kasus baru terbanyak, yakni 80 pasien. Angka ini melampaui jumlah kasus baru di DKI Jakarta yang mencapai 67 orang.

Selain dua provinsi itu, empat daerah lainnya yang melaporkan jumlah kasus baru lumayan tinggi, ialah Sumatera Selatan (29 pasien); Bali (28 pasien); Sulawesi Selatan (24 pasien); dan Nusa Tenggara Barat (19 pasien).

Daftar 10 provinsi dengan jumlah kasus positif corona terbanyak atau episentrum utama penularan Covid-10 di Indonesia per 3 Mei 2020 ialah sebagai berikut.

Update Corona di Dunia Hari Ini: Sudah Ada 3,5 Juta Kasus

Berdasarkan update data worldometers yang diperbarui pada pukul 17.37 WIB, Minggu sore, 3 Mei 2020, kini jumlah kasus positif corona di seluruh dunia telah mencapai 3.500.617 pasien.

Dari 3,5 juta kasus Covid-19 tersebut, 245.048 jiwa telah meninggal akibat Covid-19. Sementara jumlah pasien Covid-19 yang berhasil sembuh belum ada separuh dari total kasus, yakni sebanyak 1.128.447 orang.

Sebanyak 2.127.122 pasien corona di seluruh dunia saat ini masih menjalani perawatan ataupun isolasi mandiri. Dari 2,12 juta pasien itu, 50.736 orang di antaranya sedang kritis akibat menderita penyakit Covid-19.

Penurunan drastis jumlah kasus baru di China dalam sebulan belakangan membuat negara ini tidak lagi menghuni daftar 10 besar negara dengan jumlah kasus tertinggi di dunia.

Negara Asia yang masih berada di daftar 10 besar hanya Iran yang menemukan 976 kasus baru dalam sehari belakangan. Brazil, menjadi negara baru yang masuk dalam daftar 10 besar, dengan jumlah total kasus mendekati 100 ribu pasien.

Sementara Rusia masih terus mengalami lonjakan kasus baru. Sebanyak 10.633 kasus positif baru ditemukan di Rusia dalam sehari terakhir. Sementara angka kematian akibat virus corona di Rusia sudah mencapai lebih dari 1.200 jiwa.

Berikut daftar 10 negara dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi di dunia per 3 Mei 2020.

Saat angka penularan virus corona di seluruh dunia terus membengkak hingga menembus 3,5 juta pasien dan perekonomian banyak negara terpuruk, harapan vaksin Covid-19 ditemukan semakin membesar.

Upaya penemuan vaksin untuk virus corona kini digencarkan di banyak negara. Para pemimpin negara-negara Uni Eropa juga berencana menyiapkan dana senilai miliaran pound guna membiayai pengembangan vaksin dan obat Covid-19, demikian dilansir The Guardian pada 3 Mei 2020.

Pertemuan telekonferensi antara pimpinan negara-negara Uni Eropa akan digelar pada Senin besok untuk membahas alokasi dana 7,5 miliar Euro (6,6 miliar pound) guna mendukung penanganan pandemi corona.

Pimpinan sejumlah negara, seperti Perancis, Jerman, Italia, Norwegia dan sejumlah pejabat senior Uni Eropa lainnya menilai perlu ada "aliansi internasional" untuk penemuan vaksin Covid-19.

Sekalipun harapan terhadap penemuan vaksin Covid-19 semakin membesar, sejumlah saintis tetap memperhitungkan skenario pandemi yang terburuk. Skenario terburuk itu adalah jika vaksin Covid-19 tidak pernah bisa ditemukan.

Jika kemungkinan terburuk itu terjadi, masyarakat di seluruh belahan dunia terpaksa harus "hidup bersama" virus corona atau SARS-CoV-2. Kota-kota di banyak negara kemungkinan akan secara perlahan mulai dibuka, tetapi hanya untuk waktu singkat.

Tes untuk diagnosa Covid-19 dan penelusuran kontak mungkin pula menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan di banyak negara. Metode pengobatan Covid-19 bisa jadi akan berkembang, namun wabah virus corona masih berisiko terjadi setiap tahun dan menimbulkan lebih banyak korban lagi, jika vaksin tidak pernah berhasil dikembangkan.

"Ada sejumlah virus yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya. [Karena itu] Kita tidak bisa meyakini asumsi absolut bahwa vaksin [Covid-19] akan bisa dibuat, atau sekalipun vaksin bisa dibuat, belum tentu ia lolos tes, efektif dan aman dipakai," kata David Nabarro, profesor kesehatan global di Imperial College, London, seperti dilansir CNN.

Penasihat khusus Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam penanganan Covid-19 itu mengingatkan bahwa semua negara di dunia perlu bersiap menghadapi kemungkinan harus bertahan melawan ancaman pandemi corona yang konstan. Seluruh masyarakat pun perlu bersiap menjalani skenario harus melakukan aktivitas sosial dan ekonomi, di tengah risiko tertular virus corona.

Meski demikian, banyak ahli kesehatan masih optimistis vaksin Covid-19 dapat dikembangkan tak lama lagi. Salah satu alasannya ialah virus corona tidak bermutasi dengan cepat. Hal ini berbeda dengan HIV atau malaria. Bahkan, sebagian saintis optimistis vaksin Covid-19 bisa dikembangkan dalam kurun satu tahun hingga 18 bulan, meski hal seperti itu belum pernah terjadi.

"Kita belum pernah mengembangkan vaksin dalam tempo satu tahun hingga 18 bulan. Namun, itu bukan berarti tidak mungkin. Hanya saja, itu [penemuan vaksin] akan menjadi pencapaian yang heroik," kata Peter Hotez, ahli terkemuka bidang penyakit menular dan vaksinologi yang menjabat Dekan National School of Tropical Medicine di Baylor College of Medicine, Houston, AS.

Oleh karena itu, Hotez menambahkan, "Kita perlu Plan A dan Plan B," dalam penanganan pandemi corona.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH