Menuju konten utama

Untung Rugi Prabowo Pilih Somad Sebagai Cawapres di Pilpres 2019

Pasangan Prabowo-AHY dinilai bukan kombinasi capres dan cawapres yang ideal karena sama-sama berlatarbelakang militer.

Untung Rugi Prabowo Pilih Somad Sebagai Cawapres di Pilpres 2019
Dai Ustad Abdul Somad memberikan tausyiah pada Doa dan Tasyakuran Pilkada Damai di Masjid Assaadah Polda Sumsel, Palembang, Jumat (3/8/2018). ANTARA FOTO/Feny Selly

tirto.id - Nama Ustaz Abdul Somad Batubara sebagai kandidat bakal calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto terus menguat. Nama Somad juga dianggap bisa menjadi jalan tengah dari kebuntuan politik antara Gerindra dengan PAN dan PKS dalam mengusung cawapres Prabowo di Pilpres 2019.

“Kalau AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) yang dipilih kelihatannya PAN dan PKS resisten,” kata Adjie Alfaraby, peneliti politik dari Lingkaran Survei Indonesia Denny JA kepada Tirto, Rabu (8/8).

Adjie mengingatkan pasangan Prabowo-AHY bukan kombinasi yang saling melengkapi. Sebab keduanya sama-sama berlatarbelakang militer. “Kelemahannya, pertama ini paketnya militer-militer, tidak ada kombinasi yang variatif. Kedua, mereka juga kelihatannya imagenya nasionalis [...] jadi hanya satu warna jika pasangan ini (Prabowo-AHY) menjadi paket,” tutur Adjie.

Sikap resisten PAN dan PKS terhadap sosok AHY berpotensi membuat kedua partai membentuk poros ketiga, asalkan ada satu partai dari koalisi Jokowi yang mau diajak bergabung dengan kedua partai tersebut. “Peluang poros ketiga bisa muncul kalau ada salah satu partai di poros Jokowi yang keluar. Sepanjang tidak ada yang keluar, tidak mungkin,” kata Adjie.

Meski dalam survei nama Somad relatif belum berkibar, tapi Adjie mengatakan status Somad sebagai ustaz bisa memberi keuntungan bagi Prabowo. Menurutnya sosok seperti ustaz dan ulama tak bisa dipandang remeh lantaran masih memberi pengaruh signifikan untuk menggaet para pemilih religius di Indonesia.

“Beliau [Somad] ini ulama dan punya posisi penting jika dilihat dari berbagai riset di Pemilu. Meski secara elektoral Somad masih di bawah, tapi peluang Somad menjadi daya tarik elektoral cukup kuat karena dia ulama, populer bahkan di generasi yang mengakses media sosial,” ujar Adjie.

Selain bisa menarik pemilih religius, Adjie mengatakan sosok Somad juga bisa menjadi magnet politik bagi masyarakat yang mudah dipengaruhi sentimen keagamaan dalam politik. Hal ini tidak lepas dari keputusan Ijtima Ulama GNPF yang merekomendasikan nama Somad dan Salim Segaf sebagai cawapres.

Namun, dari segala kelebihan itu, bukan berarti tak ada cela. Menurut Adjie, kelemahan Somad adalah kemampuan logistik. Ia memandang Somad tidak akan memiliki logistik sebesar apa yang ditawarkan AHY dan pendukungnya. “Tapi potensi yang bisa diambil adalah menarik sumbangan sukarela, partisipasi dari 'umat' untuk kampanye," kata Adjie.

Di sisi lain, bukan berarti AHY tidak punya nilai lebih. Adjie mengatakan survei elektabilitas AHY masih unggul dibandingkan Somad. Selain itu, AHY yang lebih dulu berkecimpung di politik juga lebih menguntungkan Prabowo dalam mengkonsolidasikan mesin politik.

“AHY lebih dulu masuk ke dunia politik dengan kemarin di Pilkada DKI. Dia di Demokrat juga jadi Ketua Kogasma, artinya skill politik untuk bertarung memang AHY punya,” ujar Adjie.

Status AHY sebagai anak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga akan memberi nilai tambah bagi AHY. Adjie percaya SBY masih memiliki pendukung setia yang bisa dimanfaatkan di Pilpres 2019. Keuntungan lainnya adalah AHY dinilai lebih siap secara logistik ketimbang Somad.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Luky Sandra Amalia juga menilai Somad sebagai sosok yang layak dipertimbangkan Prabowo sebagai cawapres. Sebab menurutnya latar belakang Somad sebagai ustaz yang bisa melengkapi sosok Prabowo ketimbang AHY yang sama-sama berlatarbelakang militer.

“Kita tidak bisa mengabaikan sistem pemilihan langsung yang mensyaratkan calon memiliki basis massa yang kuat,” ujar Luky.

Luky mengingatkan Prabowo untuk memilih cawapres yang bisa menambah dukungan suara. Hal ini penting untuk mensiasati elektabilitas Prabowo yang cenderung masih ada di bawah Jokowi dalam sejumlah survei. “Bagaimanapun jika calon presidennya tidak bertambah maka memperluas perolehan suara harus menjadi prioritas,” kata Luky.

Infografik CI prabowo pilih siapa

UAS Menguat di PKS dan PAN

Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto mengatakan partainya masih konsisten mendukung Zulkifli Hasan dan Abdul Somad sebagai cawapres pendamping Prabowo. Permintaan itu menurutnya sudah disampaikan Zulkifli kepada Prabowo tadi malam (7/8).

“PAN masih minta Bang Zul dan Abdul Somad,” ujarnya.

Sampai saat ini PAN masih mendukung Prabowo sebagai capres. Namun pembicaraan tentang siapa cawapres yang akan mendampingi Prabowo belum mencapai titik temu. “Ya kami dukung Prabowo sepenuhnya, tidak dukung Jokowi pokoknya,” katanya.

Namun, bila Zulkifli tidak dipilih sebagai cawapres, Yandri mengatakan Prabowo sebaiknya memilih Somad sebagai cawapres. Menurutnya sosok Somad lebih baik ketimbang Salim Segaf yang ditawarkan PKS. “Abul Somad lah jelas. Dari popularitas, elektabilitas, jaringan akar rumputnya lebih dalam dan luas. Persentasenya lebih besar lah dari Salim,” katanya.

Direktur Pencapresan PKS Suhud Alyuddin menegaskan partainya hanya mendukung Prabowo apabila cawapres yang dipilih antara Salim Segaf Al-Jufri atau Abdul Somad. Hal ini menurutnya berdasarkan hasil Sidang Istimewa Majelis Syuro dan rekomendasi Ijtimak Ulama GNPF.

Suhud optimistis Prabowo akan mempertimbangkan kedua nama hasil Ijtima Ulama sebagai kandidat potensial pendampingnya. “Kami hanya menjalankan dan memperjuangkan amanat Majelis Syuro PKS. Tidak melihat semata-mata untung-rugi,” kata Suhud.

Wakil Sekjen PAN Soni Sumarsono mengatakan sikap politik partainya untuk Pilpres 2019 akan diambil dalam Rapat Kerja Nasional, Kamis (9/8/2018) esok. "Putusan akhirnya tentu akan diputuskan dalam Rakernas PAN sebelum masa akhir pendaftaran capres-cawapres. Rakernas PAN Insya Allah akan dilaksanakan di Kantor DPP PAN," kata Wakil Sekjen PAN Soni Sumarsono.

Gerindra Pertimbangkan Somad

Partai Gerindra terus menjalin komunikasi dengan Ustaz Abdul Somad (UAS) terkait wacana pencalonan sebagai bakal capres Prabowo Subianto. Gerindra mengirim tim ke kediaman UAS di Palembang. “Ya baik (komunikasi Gerindra dengan UAS) kemarin juga ada pertemuan tim yang bertemu di Palembang ke kediaman beliau (UAS),” kata Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono kepada Tirto, Rabu (8/8).

Ferry tak mengungkap apa respons Somad terkait tawaran menjadi cawapres Prabowo. Namun saat disinggung soal sikap Somad di media sosial yang ingin fokus di bidang dakwah dan pendidikan Ferry menganggap hal itu sebagai bentuk kerendahan hati seorang ulama. “Ya itu (menolak) sifat ciri keulamaan [yang] salah satunya sebisa mungkin menolak tanggung jawab itu [berada di kekuasaan],” ujarnya.

“Tapi itu ciri yang baik tidak menurut logika kekuasaan.”

Gerindra menilai UAS punya sisi positif untuk dijadikan cawapres Prabowo, meski tak berasal dari partai politik. Pertama, citra UAS di masyarakat yang relatif positif. Kedua, UAS merupakan salah satu nama yang direkomendasikan oleh Ijtima Ulama GNPF. “Sambutan masyarakat terhadap beliau luar biasa besar sekali. Beliau dikenal cerdas dan rendah hati,” kata Ferry.

Ferry percaya latar belakang UAS yang tidak berasal dari partai politik bukanlah hambatan membangun koalisi. “Ya bukan hambatan hanya harus dibicarakan dengan partai-partai,” ujarnya.

“Belum selesai masih ada dua hari lagi.”

Selain UAS, Ferry mengatakan Gerindra juga mempertimbangkan figur-figur nonpartai untuk dijadikan cawapres Prabowo. Ia percaya Gerindra akan mendapat dukungan PAN, PKS, dan Demokrat untuk mendukung Prabowo sebagai capres.

“Kami semua mempertimbangkan nama-nama yang diusulkan baik oleh partai politik maupun forum rekomendasi [Ijtima Ulama GNPF],” katanya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Muhammad Akbar Wijaya