Menuju konten utama

Unjuk Rasa di Tengah Perayaan Anies-Sandi

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta minta Anies-Sandi konsisten menolak proyek reklamasi.

Unjuk Rasa di Tengah Perayaan Anies-Sandi
Puluhan warga yang tergabung dalam Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta turut hadir dalam agenda pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Balaikota DKI Jakarta, Senin (16/10/2017). tirto.id/M Faisal Reza Irfani

tirto.id - Aksi koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ) mewarnai pelantikan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 dengan demonstrasi. Koalisi meminta Anies-Sandi konsisten menolak proyek reklamasi sebagaimana janji kampanye yang telah diucapkan.

Berbagai poster dan spanduk mereka bawa. Di antaranya berbunyi: "Reklamasi Untuk Siapa?," "Kembalikan Pesisir Kami," "Reklamasi Rusak Ekosistem Laut," sampai "Menolak Reklamasi Menyengsarakan Anak-Anak Nelayan".

"Kami di sini, para nelayan, datang untuk mengingatkan kepada Anies dan Sandi agar senantiasa memegang teguh janjinya untuk menolak reklamasi. Sebagai wakil pilihan rakyat, Anies-Sandi harus mengutamakan rakyat," papar Iwan, Ketua Komunitas Nelayan Tradisional (KNT) Muara Angke kepada Tirto di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (16/10).

Iwan juga menyayangkan sikap pemerintah pusat yang mencabut moratorium Pulau C, D, dan G serta menganggapnya sebagai sebuah sikap yang gegabah. "Dengan dicabutnya moratorium itu, otomatis nelayan akan jadi pihak yang dirugikan," ujarnya.

Pendapat serupa juga diutarakan oleh Mang Sali, salah satu nelayan yang tergabung dalam KNT Muara Angke. Menurutnya Anies-Sandi adalah harapan terakhir untuk dihentikannya reklamasi.

"Harapan kami satu-satunya sekarang tinggal Anies dan Sandi. Karena yang lain, pemerintah pusat sudah jadi penjilat, mengumbar harapan kosong. Kami kecewa ketika moratorium Pulau G dicabut. Seakan mereka tidak memperhatikan nasib kami, para nelayan," jelasnya.

Baca juga: Anies-Sandi dan Tantangan Melunasi Janji Tolak Reklamasi

Mang Sali mengungkapkan, kerugian nelayan akibat reklamasi sudah banyak. Kondisi lingkungan menjadi rusak, mata pencaharian terancam hilang, hingga masa depan anak maupun cucu-cucunya yang berpotensi lenyap. Walaupun pemerintah kerap gembar-gembor perihal manfaat reklamasi, tetapi untuk para nelayan, reklamasi bukan solusi.

Saat ditanya kemungkinan Anies-Sandi akan mengikuti sikap pemerintah pusat untuk melanjutkan proyek reklamasi, raut muka Mang Sali sedikit berubah lesu."Mau gimana lagi? Itu tandanya mereka hanya mengumbar janji palsu. Nol. Sama halnya pemerintah pusat."

"Kami tidak butuh reklamasi. Kami tidak butuh uang kompensasi. Yang kami butuhkan adalah laut. Hanya laut."

Unjuk rasa menolak reklamasi menjadi pemandangan yang berbeda di tengah berbagai pertunjukan yang digelar di Balai Kota DKI Jakarta untuk menyambut Anies-Sandi sebagai gubernur dan wakil gubernur baru. Selain Komunitas Nelayan Tradisional, unjuk rasa juga diikuti Solidaritas Perempuan.

Baca juga: Anies akan Dikawal 7 Motor Patwal Menuju Tempat Pelantikan

Erna Rosalina, perwakilan Solidaritas Perempuan mengatakan reklamasi berdampak langsung terhadap kehidupan perempuan pesisir di Muara Angke. "Banyak dari mereka mengeluhkan sering sakit," ujarnya.

Sebagian besar dari perempuan tersebut terpaksa beralih profesi menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) dan buruh cuci. "Mereka harus bekerja double agar bisa tetap bertahan hidup membantu suaminya," ujar Erna.

Erna menyayangkan, sikap pemerintah yang luput melihat perempuan dalam proses pengambilan kebijakan reklamasi ini. "Padahal perempuan turut merasakan dampaknya. Jangankan buat dijual, untuk pangan saja sekarang susah," terang Erna di tengah riuh musik dari dalam Balai Kota.

Ia menjelaskan, ketika Mahkamah Agung (MA) sempat memoratorium proyek reklamasi ini, kerang hijau di Muara Angke menunjukkan panen yang lebih baik. "Sayang setelah diputus lagi moratoriumnya, ketakutan itu datang lagi," imbuh Erna.

Baca juga: Parade Nelayan Tolak Reklamasi

Sunenti, salah satu pengupas kerang hijau turut merasakan dampak menurunnya pertumbuhan kerang hijau dari proyek reklamasi ini. "Dulu saya bisa dapat sampai 500 ribu, sekarang hanya 100 ribu maksimal," tutur Sunenti.

Sampai saat ini, sebanyak kurang lebih 190 perempuan di Muara Angke terus bergerak untuk menolak reklamasi melalui aksi-aksi dan diskusi seputar reklamasi. "Ketika melawan saja, pemerintah masih terus memperluas proyek. Bagaimana jika kami tidak melawan?" Pungkas Erna.

Sementara Siman (53) seorang buruh nelayan di Muara Angke juga berharap besar pada Anies-Sandi agar konsisten pada janji kampanyenya untuk menolak reklamasi. Untuk memperjuangkan tolak reklamasi, Siman sudah 4 kali mengikuti aksi. "Kami sudah tua sulit mengambil pekerjaan lain jika kami digusur," ujar Siman.

Baca juga artikel terkait ANIES-SANDIAGA atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Politik
Reporter: M Faisal Reza Irfan & Diana Pramesti
Penulis: Rio Apinino
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti