Menuju konten utama

Umat Islam Diminta Hindari Pemborosan Selama Puasa Ramadan

Perilaku boros dan sia-sia sebaiknya juga dihindari karena hanya akan mendatangkan kemudaratan bagi diri sendiri dan orang lain, demikian yang disampaikan MUI.

Umat Islam Diminta Hindari Pemborosan Selama Puasa Ramadan
Sejumlah pelajar membentangkan tulisan menyambut Ramadan di Bundaran Tugu Adipura Bandar Lampung, Lampung, Jumat (19/5). ANTARA FOTO/Ardiansyah

tirto.id - Umat Islam diminta untuk meningkatkan toleransi dan menghindari pemborosan selama bulan Ramadan. Imbauan ini disampaikan langsung oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Amirsyah Tambunan pada Jumat mengatakan kaum Muslimin sebaiknya meningkatkan tenggang rasa, menghargai pihak yang memiliki paham dan pandangan berbeda dengan mereka.

MUI juga mengimbau kelompok-kelompok masyarakat menghindari tindakan kekerasan, termasuk main hakim sendiri dengan melakukan razia.

Dilansir dari Antara, Jumat (26/5/2017), Amirsyah menambahkan bahwa penegak hukumlah yang harus menindak pelanggaran hukum yang berkenaan dengan peredaran minuman keras dan prostitusi.

Perilaku boros dan sia-sia, Amirsyah melanjutkan, sebaiknya juga dihindari karena hanya akan mendatangkan kemudharatan bagi diri sendiri dan orang lain.

Selain itu, MUI mengimbau warga mampu meningkatkan bantuan bagi kaum lemah atau duafa melalui zakat, infaq, sedekah, wakaf, dan amal sosial lainnya.

Amirsyah mengatakan bahwa Ramadan seharusnya menjadi momentum kebangkitan spritual bagi umat Islam, masa untuk meningkatkan keimanan dengan memperbanyak ilmu dan amal saleh, mewujudkan kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial.

Kementerian Agama akan menggelar sidang Isbat, Jumat ini, untuk menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan 1438 Hijriah.

Sidang isbat ini akan digelar di Kantor Kementerian Agama Jalan MH Thamrin Jakarta mulai pukul 17.00 WIB.

Pertemuan itu, kata dia, akan dihadiri pimpinan ormas Islam, Ketua Majelis Ulama Indonesia, Ketua Komisi VIII DPR RI, perwakilan dari 22 negara sahabat dan sejumlah tokoh Islam.

Sementara itu, Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa jatuh pada 27 Mei merujuk hasil perhitungan astronomi ahli falak salah satu organisasi Islam terbesar Indonesia itu.

"Karena posisi hilal saat itu berada di sekitar tujuh derajat. Sudah tinggi," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti.

Dia mengatakan keputusan tersebut merujuk pada hasil "hisab hakiki wujudul hilal" Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Sedangkan Nahdlatul Ulama akan menunggu hasil rukyat dan sidang isbat untuk menentukan awal puasa 2017.

"Hisab membantu pelaksanaan rukyat. Apabila laporan pelaksana rukyat melihat hilal maka awal Ramadhan 27 Mei," kata Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ahmad Ghazalie Masroeri.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari