tirto.id - Kabar terkait virus corona yang diklaim dapat menyebar melalui kentut tidak beredar kali ini saja. Pada akhir April lalu, klaim ini beredar luas di media sosial Facebook. Informasi itu, salah satunya, berasal dari artikel Daily Starberjudul "Coronavirus 'could be spreading across the globe through farts' claim doctors."
Menurut Daily Star, informasi itu diperoleh dari dokter asal Australia bernama Andy Tagg. Tagg pernah menjabarkan ulasan ini melalui cuitan di akun Twitternya. Salah satu referensi yang ia paparkan berasal dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, yakni COVID-19 dapat terdeteksi pada feses orang tanpa gejala (OTG) dan dapat bertahan selama 17 hari.
Namun, Dokter Paru dr Erlang Samoedro Sp.P, seperti ditulis Kompas, menyebut secara praktis sangat sulit terjadi penularan virus corona lewat kentut. Hal ini karena celana yang digunakan oleh pasien menjadi batasan yang efektif dalam mencegah penularan virus corona.
USA Today juga pernah memeriksa artikel Daily Star tersebut dan menyimpulkan bahwa judul artikel Daily Star tersebut bersifat menyesatkan.
Lebih lanjut, beberapa waktu terakhir beredar pula video yang memperlihatkan bahwa kentut dapat tertangkap oleh kamera termal (pendeteksi suhu). Potongan gambar dari video serupa juga disebarkan oleh akun Instagram @jrxsid (arsip).
Berdasarkan penelusuran Tirto, video serupa pernah dibahas oleh Gizmodo (arsip). Menurut laman tersebut, video viral tersebut merupakan merupakan video rekayasa.
Video yang asli dibuat pada 2016 oleh sebuah kelompok yang menamakan dirinya Banana Factory, sementara ‘tangkapan kentut’ tersebut ditambahkan melalui pengeditan digital. Video ini kemudian viral dan tersebar di LadBible, Reddit, hingga Tiktok.
Pihak Banana Factory juga mengklaim melalui akun YouTube mereka bahwa tidak ada kentut yang tertangkap melalui kamera termal. Pada deskripsi video, mereka menuliskan, “Kamera pencitraan termal FLIR tidak merekam satupun kentut. Mungkin orang tidak kentut di depan umum atau teknologi ini tidak terlalu sensitif untuk membuktikannya. Namun, setidaknya, kami ingin membuat orang tertawa, sehingga kami merekam rekaman termal di sekitar Praha dan mengedit kentut secara digital di bagian pos produksi.”
Video ini kembali disebarkan oleh situs Global Times, salah satu media di China, melalui akun Twitter mereka, @globaltimesnews pada 4 Februari 2020. Global Times menuliskan bahwa Lembaga Kesehatan China memonitor masyarakat lewat kamera pendeteksi suhu yang dipasang di sejumlah stasiun kereta dan bandara. Hingga Februari 2020, virus corona baru SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 telah membunuh 427 orang dan kasusnya mencapai sekitar 20 ribu.
Sebagai catatan, video yang dibagikan oleh Global Times merupakan video yang telah diedit. Tanda watermark Banana Factory dalam video itu telah dihapus.
Selain pemaparan di atas, akun Youtube Mythbusters juga membuktikan melalui eksperimen bahwa kita tak dapat menyaksikan kentut melalui kamera termal.
Terlepas dari informasi kentut dapat menyebarkan corona, penggunaan masker untuk menghalau merupakan hal krusial. Penularan COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona terutama terjadi melalui droplet atau percikan dari saluran pernapasan dan kontak dengan permukaan benda yang tersentuh penderita, seperti tombol lift, gagang pintu, keran air, pegangan tangan di mobil atau kereta, hingga tangan.
Menurut dokter Yonathan Heru Suhalim dan dokter Roy Panusunan Sibarani, Sp.PD-KEMD, FES yang menulis di laman Aido.id, droplet menempel di lantai atau kertas, virus dapat bertahan beberapa jam, jika menempel di logam atau plastik bisa bertahan hidup sampai 9 hari.
Ukuran transmisi melalui udara atau aerosol umumnya lebih kecil (< 10 mikron), sehingga penularan bisa dari jarak yang lebih jauh. Ukuran droplet terbesar saat bersin adalah 2000 mikron, 95% berukuran antara 2 – 100 mikron, 76% antara 80-180 mikron (Buckland & Tyrrell).
Kemudian, ukuran pori masker bedah (surgical mask) antara 16.90 mikron sampai dengan 146.60 mikron. Sehingga, untuk droplet ukuran lebih besar daripada 146.6 mikron sebagian akan tersaring oleh masker bedah. Sebagian kecil mungkin lolos lewat celah antara masker dan kulit. Droplet yang berukuran kurang dari 16.9 mikron sebagian besar akan lewat pori masker bedah, sebagian kecilnya mungkin menempel karena menabrak filter masker bedah.
Masker Respirator N95 dengan ukuran pori 0,3 mikron akan mampu menyaring semua droplet berukuran > 1 mikron yang mengandung virus atau bakteri yang berasal dari batuk dan bersin. Respirator N95 tidak dirancang untuk menangkap virus “telanjang” (Corona: MERS/SARS/SARS-CoV-2 penyebab COVID-19) dengan ukuran antara 0,15 – 0,2 mikron yang lebih kecil daripada pori N95 sendiri, tapi untuk menangkap droplet berisi virus, baik droplet besar maupun kecil (2-5 mikron) yang dikeluarkan saat batuk, nafas, berbicara atau bersin.
Oleh karena itu, masker saja tidak cukup untuk melindungi dari paparan virus corona. Kementerian Kesehatan juga menganjurkan beberapa langkah penting terkait pencegahan virus ini, yakni mencuci tangan dengan sabun; menggunakan masker apabila keluar rumah; konsumsi gizi yang seimbang, seperti memperbanyak konsumsi sayur dan buah untuk meningkatkan daya tahan tubuh; olahraga dan istirahat yang cukup; dan segera pergi ke fasilitas kesehatan jika mengalami batuk pilek dan sesak napas.
Kesimpulan
Belum ada bukti definitif yang menyatakan bahwa kentut dapat menyebarkan virus corona. Lebih lanjut, video yang banyak beredar di internet mengenai kentut yang tertangkap oleh kamera termal merupakan video rekayasa.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara