Menuju konten utama

Tsunami 20 Meter Trending: Daryono BMKG Berikan Tanggapan

Tsunami 20 meter sempat trending di Twitter dan Daryono BMKG memberikan tanggapan terkait hal itu.

Tsunami 20 Meter Trending: Daryono BMKG Berikan Tanggapan
Ilustrasi Tsunami. foto/istockphoto

tirto.id - Tsunami 20 meter menjadi trending dan ramai diperbincangkan di media sosial beberapa hari terakhir. Informasi ini pun sempat membuat kekhawatiran di tengah masyarakat.

Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, informasi potensi gempa megathrust selatan Jawa jangan sampai justru membuat rasa takut dan kehawatiran di tengah masyarakat tetapi, justru sebagai upaya nyata perwujudan mitigasi gempa dan tsunami.

“Masyarakat pesisir selatan Jawa jangan resah, tetaplah beraktivitas seperti biasa, mari kita bersama bangun mitigasinya,” demikian tulis Daryono melalui akun resmi Twitternya @DaryonoBMKG.

Daryono mengatakan, masyarakat memahami informasi tersebut seolah-olah bakal terjadi besok pagi, dan hal itu merupakan masalah sains komunikasi. Padahal, menurutnya, para pakar menciptakan model potensi bencana dengan tujuan untuk acuan mitigasi.

“Para ahli dalam menciptakan model potensi bencana sebenarnya ditujukan untuk acuan upaya mitigasi. Tetapi sebagian masyarakat memahaminya kurang tepat, seolah bencana akan terjadi dalam waktu dekat. Padahal tidak demikian karena kapan terjadinya belum dapat diprediksi,” terangnya.

Permasalahan komunikasi sains, kata Daryono, masih terus saja terjadi, karena hingga saat ini masih ada gap atau jurang pemisah antara kalangan para ahli dengan konsep ilmiahnya, dan masyarakat yang menerima pun memiliki latar belakang dan tingkat pengetahuan yang sangat beragam.

Ia mengatakan, prediksi gempa yang diberikan pun hanya menggunakan gas radon dan air tanah saja, sama seperti memprediksi orang yang kena COVID-19 yang hanya dilakukan dengan mengukur suhu saja.

Padahal untuk data yang lebih akurat, jelasnya, sebaiknya harus terintegrasi dengan magnet bumi, Total Electron Content (TEC), suhu, air tanah, tiltmeter atau alat untuk mengukur kemiringan pada suatu struktur di permukaan, dan strain meter (instrument pengukur deformasi Bumi) pada tempat sama.

“Yang lengkap alatnya saja belum konsisten hasilnya, kita belum berani publish,” imbuhnya.

Karena itu, Daryono kembali mengimbau agar masyarakat bisa menyaring semua informasi yang beredar dan tetap bersikap tenang untuk menyikapinya.

“Saudara-saudaraku di pesisir selatan Jawa tetaplah beraktivitas seperti biasa,” tukas Daryono.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH