tirto.id - Pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) pimpinan Presiden Donald Trump serius memindahkan kedutaan besarnya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Meski begitu, Gedung Putih pada Minggu (22/1/2017) waktu AS menyatakan wacana itu barulah pada tingkat awal.
Sebagaimana dikutip Antara, Senin (23/1/2017), Gedung Putih menyatakan baru pada tahap awal sekali untuk membicarakan upaya memenuhi janji Donald Trump memindahkan kedubes AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Jika ini benar dilakukan Trump, maka dunia Arab, bahkan dunia Islam, akan marah besar.
"Kami bahkan baru pada tingkat yang awal sekali dalam membahas subyek ini," kata Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer. Tak hanya itu, Spicer juga memastikan tidak akan tergesa-gesa memindahkan lokasi kedubes AS di Israel itu. Selama ini, seperti kebanyakan kedubes asing lainnya, kedubes AS terletak di Tel Aviv.
Israel menyebut Yerusalem ibu kota abadinya, namun Palestina juga mengklaim kota itu bagian tak terpisahkan dari Negara Palestina. Kedua pihak mendasarkan klaim mereka dari alasan keagaman, sejarah, dan politik.
Selama berkampanye, Trump berjanji memindahkan kedubes AS di Israel ke Yerusalem. Namun jika itu dilakukan pasti mengundang protes keras dari sekutu-sekutu AS di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Yordania, dan Mesir. Ketiga negara ini sangat diandalkan AS dalam memerangi ISIS yang dianggap Trump sebagai prioritas kebijakannya.
Untuk diketahui, Pada 1995 Kongres AS meloloskan undang-udang bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel dan tidak boleh dibagi dua. Namun para presiden AS baik dari Demokrat maupun Republik, sebelum Trump, mempertahankan kedubes AS tetap di Tel Aviv.
Mereka juga menyokong setiap negosiasi antara Israel dan Palestina menyangkut status Yerusalem.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari