tirto.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon memiliki pandangan yang berbeda soal "krisis" Qatar.
Secara terang-terangan Donald Trump menuduh Qatar menjadi salah satu donatur terbesar bagi teroris sehingga ia mengimbau agar negara Teuk itu untuk berhenti mendanai kelompok teroris.
"Tidak ada bangsa beradab yang mau menoleransi kekerasan ini atau membiarkan ideologi jahat ini menyebar," kata Trump dalam jumpa pers bersama dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis, seperti dikutip Antara, Sabtu (10/6/2017).
Di sisi lain, Pentagon justru lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan soal Qatar. Kehati-hatian itu tak lepas dari ketergantungan AS kepada negara tersebut mengingat operasi-operasi militer termasuk operasi udara khususnya dalam melawan ISIS dilancarkan dari Qatar.
Pentagon dalam pernyataannya juga menginginkan agar AS dan sekutunya melakukan pendekatan yang lebih bersahabat kepada Qatar, bahkan menyatakan blokade terhadap Qatar oleh Saudi cs akan menghambat kemampuan operasi militer jangka panjang dalam memerangi ISIS.
"Meskipun operasi militer saat ini dari Pangkalan Udara Al Udeid tidak terhenti atau terganggu, situasi yang tengah terjadi itu akan menghambat kemampuan kita dalam merencanakan operasi militer jangka panjang," kata Juru Bicara Pentagon Kapten Jeff Davis.
Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar adalah basis bagi 11.000 pasukan AS dan koalisi yang merupakan pangkalan penting dalam perang melawan ISIS. Tanpa menjelaskan operasi jangka panjang apa yang berdampak krisis diplomatik Qatar itu, Davis menyebut Qatar sangat penting untuk operasi udara melawan ISIS.
Perlu diketahui, empat negara Teluk yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada Senin (5/6/2017) dengan tudingan bahwa Qatar mendanai kelompok teroris. Negara-negara tersebut juga menutup transportasi darat dan udara menuju ke Qatar.
Qatar mendapat kritik dari negara tetangganya atas dukungannya terhadap kelompok Islam, terutama kelompok Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok politik Islam Sunni yang ditentang oleh Arab Saudi dan UEA.
Hubungan Qatar dan negara-negara Teluk itu juga semakin memanas setelah kantor berita Qatar (QNA) merilis ucapan kontroversial Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dalam sebuah pemberitaan di televisi pada Selasa (30/5) pekan lalu.
Isi pemberitaan itu menyebut, sang Emir mengatakan adanya ketegangan antara dunia Islam dengan pemerintahan Trump. Dia pun menggambarkan Iran yang notabene musuh Saudi cs sebagai kekuatan islam baru.
"Tidak ada kebijaksanaan dalam menyembunyikan permusuhan terhadap Iran," katanya dalam laporan QNA yang telah dihapus.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora