tirto.id - Empat negara Timur Tengah: Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab sepakat memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Dalam rilis Saudi Press Agency (SPA), disebutkan bahwa otoritas Saudi telah menutup perbatasan dan menghentikan lalu lintas udara dan laut dengan Qatar. Mereka pun mendesak perusahaan Saudi melakukan hal yang sama.
Kerajaan Saudi mengatakan pihaknya telah mengusir semua pasukan Qatar dari perang yang sedang berlangsung di Yaman. Tindakan ini dilakukan Saudi atas dalih apa yang disebutnya sebagai perlindungan keamanan nasional.
Beberapa jam sebelumnya, Bahrain pun mengeluarkan pernyataan sama. Kementerian luar negeri Bahrain mengeluarkan pernyataan akan menarik misi diplomatiknya dari ibukota Qatar, Doha, dalam waktu 48 jam. Semua diplomat Qatar diharuskan meninggalkan Bahrain dalam periode yang sama.
Mesir juga mengumumkan penutupan wilayah udara dan pelabuhan untuk semua transportasi Qatar "untuk melindungi keamanan nasionalnya", kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan.
Etihad Airways, maskapai penerbangan UEA, mengatakan akan menunda penerbangan ke dan dari Qatar mulai Selasa pagi.
Ketiga negara Teluk tersebut memberi waktu warga mereka yang berkunjung ke Qatar dan warga Qatar yang tinggal di negara mereka untuk meninggalkan negara dalam kurun waktu dua minggu ke depan.
Fake News yang Membuat Marah Saudi
Perselisihan antara Qatar dan negara-negara teluk Arab memanas setelah kantor berita Qatar (QNA) merilis ucapan kontroversial Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dalam sebuah pemberitaan di televisi pada Selasa (30/5) pekan lalu.
Isi pemberitaan itu menyebut, sang Emir mengatakan adanya ketegangan antara dunia Islam dengan pemerintahan Trump. Dia pun menggambarkan Iran yang notabene musuh Saudi cs sebagai kekuatan islam baru. "Tidak ada kebijaksanaan dalam menyembunyikan permusuhan terhadap Iran," katanya dalam laporan QNA yang telah dihapus.
Emir juga mengatakan hubungan dengan Israel berjalan "baik" dan bahwa Hamas adalah perwakilan resmi orang-orang Palestina. Seperti diketahui Hamas terafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi terlarang di Saudi dan Mesir.
Dalam rekaman video sebetulnya tidak terlihat sang Emir mengucapkan kalimat kontroversial itu. Klaim-klaim di atas muncul dalam sebuah running text dan caption rekaman ketika sang Emir hadir dalam sebuah wisuda militer.
Setelah ramai jadi perbincangan, pemerintah Qatar langsung membantah komentar sang Emir tersebut. Mereka menegaskan berita itu adalah palsu. Klaim Qatar, berita ini muncul di situs resmi tanpa diketahui oleh pihak redaksi. Tudingan peretasan siaran televisi pun muncul. "Situs Kantor Berita Qatar (QNA) telah diretas oleh entitas yang tidak diketahui. Sebuah pernyataan salah yang dikaitkan dengan yang mulia telah dipalsukan," ucap Kementerian Komunikasi Qatar.
"Ada hukum internasional yang mengatur kejahatan semacam itu, terutama serangan cyber. [Peretas] akan dituntut sesuai undang-undang," ungkap Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menteri luar negeri Qatar.
Untuk membuktikan mereka telah diretas, Qatar bahkan dikabarkan telah meminta AS mengirim tim dari FBI ke Doha. Hal ini diungkap seorang sumber di FBI kepada AFP. "Dukungan Amerika telah diminta dan sebuah tim telah dikirim ke Doha sejak Jumat lalu, bekerja dengan kementerian dalam negeri Qatar."
Saudi sepertinya tetap tidak terima dengan pembelaan Qatar ini. Mereka menilai ucapan sang Emir itu benar apa adanya. Aksi diplomatik pun disiapkan, menggandeng sekutu-sekutunya di Timur Tengah.
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti