tirto.id -
Ia mengatakan, saat ini OVO sudah terfasilitasi di 115 juta perangkat dan bisa digunakan untuk mengakses pembayaran, transfer, top up dan tarik dana, serta manajemen aset dan investasi.
Strategi OVO untuk menyasar kalangan masyarakat yang belum terdaftar di bank membuat Fintech milik Lippo Grup tersebut bisa menyerap 28 persen masyarakat Indonesia yang termasuk kategori underbanked.
Strategi ekosistem terbuka yang dilakukan oleh OVO, klaim Karaniya, secara signifikan mampu memperluas adopsi serta pertumbuhan jumlah merchant, khususnya pengusaha mikro, kecil dan menengah yang sebelumnya tidak tersentuh layanan keuangan modern.
"Hal ini selaras dengan layanan keuangan Pegadaian dengan fokus pada segmen nasabah yang sama," kata dia.
Ia menjelaskan, pihaknya juga mencatat pertumbuhan jumlah nilai transaksi sejumlah 55 persen dan peningkatan jumlah pengguna aktif bulanan sebesar lebih dari 40 persen. "Kondisi tersebut menggambarkan bertumbuhnya adopsi layanan keuangan digital di masyarakat," ungkap dia.
Karaniya mengatakan bahwa sejak awal didirikan, OVO berhasil menggait pengguna aktif hingga mencapai 80 juta, meski yang aktif melakukan transaksi setiap bulan mencapai 12 juta.
Hal tersebut merupakan salah satu buah dari lewat bombardir promo yang dilakukan perusahaannya.
Meski demikian, ia menolak biaya promosi itu disebut "bakar uang" melainkan biaya edukasi. Strategi tersebut efektif, menurut Karaniya, karena perusahaan menerapkan beberapa parameter.
Kemudian jumlah uang yang dibelanjakan dengan OVO juga naik, yang terakhir yaitu adanya parameter dari semakin banyak orang yang menyimpan uangnya di OVO.
====
PEMBERITAHUAN
Pukul 20.15 WIB, berita ini mengalami perubahan judul dan bagian awal tulisan. Judul semula menyebut OVO mengelola transaksi Rp1 miliar. Kami memperbarui informasi dengan mengubah jumlah transaksi yang dikelola OVO, dari "Rp1 milar" menjadi "satu miliar transaksi". Ralat ini juga sekaligus menjadi permohonan maaf kami.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana