tirto.id - Dalam wawancara bersama Rolling Stone, Peter Wolf, vokalis The J.Geils Band, mengisahkan pengalamannya berkawan dengan Tom Petty. Wolf pertama kenal Petty pada 1977. Sejak saat itu, mereka berkawan akrab hingga puluhan tahun berselang. Ketika Tom Petty and The Heartbreakers mengadakan tur memperingati usia 40 tahun, Wolf diajak serta menjadi pembuka.
Kenal sejak mereka masih muda, hingga kini berusia senja, Wolf hafal betul perubahan yang terjadi pada Petty, dan apa yang masih tetap melekat padanya. Petty, ujar Wolf, masih tetap punya visi, masih seorang pekerja keras, dan senantiasa punya gairah pada musik yang ia buat. Perubahannya hanya usia dan kondisi fisik yang menurun.
"Belakangan Tom punya masalah di pinggul, ia merasa amat kesakitan dalam tur musim panas ini. Kalau menuju panggung, ia harus diantar dengan mobil golf. Ketika menapak tangga, ia melakukannya perlahan. Tapi yang menakjubkan adalah...sekali dia memainkan gitar, terjadi keajaiban. Musik membuat rasa sakitnya sirna."
Petty adalah nama penting dalam sejarah musik rock. Bersama dengan nama-nama seperti Bruce Springsteen, Bob Seger, juga John Mellencamp, mereka melahirkan gagrak turunan (subgenre) yang disebut heartland rock. Jon Pareles dari The New York Times menyebut heartland sebagai, "cerpen dalam bentuk lagu. Reff dibuat untuk sing along, dengan tema masa-masa sulit."
Dalam The Cambridge Companion to Pop and Rock (2001), rock heartland digambarkan punya karakteristik romantis getir, merayakan kehidupan urban,berkisah tentang kelas pekerja kulit putih di kota-kota industri yang pernah terdampak pengurangan tenaga kerja. Temanya berkisar antara kehidupan pengangguran, kota kecil yang ditinggal penduduknya, juga nostalgia nan pahit. Musiknya punya elemen gitar listrik, tapi tetap menonjolkan bebunyian gitar akustik. Di area musikal itu, nama Petty menjulang.
Pada 20 Oktober 1950, Petty terlahir dengan nama Thomas Earl Petty. Kota kelahirannya, Gainesville, Florida, adalah kota dengan iklim seni yang meriah. Dari kota ini muncul banyak musisi, salah satunya adalah Don Felder yang jadi guru gitar pertama Petty. Felder kemudian dikenal sebagai gitaris band The Eagles.
Petty tumbuh dikelilingi musik Elvis Presley. Tapi ia sadar, Presley tak mungkin ditiru. Kesadaran itu membuatnya sempat mengurungkan diri jadi musisi. Hingga Beatles dan Rolling Stones muncul. Beatles membuatnya kagum karena, "para personelnya tampak seperti sahabat baik, dan mereka bersenang-senang." Namun Beatles, dengan para personel jeniusnya, membuat Petty kembali sadar: bikin musik persis seperti mereka adalah kemustahilan.
Baca juga:Berebut Makam dan Celana Dalam Elvis Presley
The Rolling Stones yang membuat Petty akhirnya mencapai pencerahan. Musik rock n roll ala Stones terdengar lebih simpel, lebih sederhana, namun tetap bertenaga dan membakar. "Musik mereka bisa dibuat," ujarnya dalam wawancara bersama Rolling Stone.
Baca juga:The Rolling Stones yang Terus Menggelinding
Musik adalah tempatnya bersembunyi dari segala mimpi buruk kehidupan nyata. Mulai dari nilai jelek di sekolah, hingga ayahnya yang pemarah dan ringan tangan. Terutama karena Petty dianggap terlalu halus dan terlalu menyukai seni. Dalam Petty: The Biography, musik membuatnya yakin untuk membeli gitar pertamanya pada 1962. Setelah kenal Beatles, ia menjadi-jadi. Rambutnya gondrong, gitar akustiknya berganti jadi gitar elektrik. Band pertamanya adalah The Sundowners, dibentuk pada pertengahan 1960-an. Mereka mulai manggung di Gainesville.
Karier musik lebih serius baru dilakoninya saat membentuk Mudcrutch. Pada 1974, band ini menandatangani kontrak dengan Shelter Records. Petty dan rekan satu band pindah ke Los Angeles, episentrum industri hiburan Amerika Serikat. Mereka merilis satu single, "Depot Street" pada 1975. Namun gagal populer. Band ini bubar.
Petty bersama Mike Campbell dan Benmont Tech membentuk grup baru, The Heartbreakers bersama dua orang rekan kampung halaman: Stan Lynch dan Ron Blair. Maka lahirlah Tom Petty and the Heartbreakers yang selanjutnya membuat nama Petty tenar dan menjadi salah satu figur penting dalam sejarah musik rock.
Mereka merilis album self tittled pada 1976. Melejitkan single "Breakdown", juga "American Girl" yang kemudian dikenal sebagai salah satu lagu purwarupa yang bisa menggambarkan karakteristik heartland. Gemerincing gitar yang dimaikan Petty dan Campbell di awal dan tengah lagu, begitu ikonik. Bagian aaa-aaaa-aaa di tengah lagu juga cocok dibuat sing along.
Begitu pula temanya. Petty menulis lirik: she was an American girl/raised on promises/She couldn't help thinkin'/That there was a little more to life somewhere else.
Album yang diterima cukup baik oleh publik ini terus mendorong band tetap berjalan. Mereka merilis 13 album studio, melahirkan banyak lagu gacoan. Mulai "Refugee", “Mary Jane’s Last Dance” (dari album kompilasi), "Breakdown", "Even the Losers", juga "A Woman in Love (It's Not Me)."
Sebagai seorang musisi, Petty juga dikenal punya proyek sampingan. Ia, misalkan, bergabung dengan band super bersama para 'senior', yakni George Harrison, Bob Dylan, Jeff Lynne, dan Roy Orbinson. Band mereka bernama Traveling Wilburys. Traveling Wilburys dibentuk dengan semangat bersenang-senang. Para personelnya sudah punya ketenaran dan uang banyak. Karenanya Wilburys—begitu mereka kerap dipanggil—cenderung lebih santai dan seolah tak punya ambisi apapun, kecuali ya itu: bersenang-senang dengan musik.
Baca Juga:Dua Nada Kemenangan Bob Dylan Meraih Nobel
Band ini berusia singkat, namun punya dampak kultural besar. Bayangkan ada lima orang bintang dengan kemampuan musikal dan penulisan lirik dahsyat, bergabung dalam satu band. Hasilnya adalah lagu seperti "Handle with Care" yang sering dipersepsikan sebagai keluh kesah para bintang dan selebriti, atau "She's My Baby" yang bertenaga dan berkisah tentang perempuan ugal-ugalan dan menyenangkan, lengkap dengan lirik: She can drive a truck, a train, an airplane, and she has the best pudding in the neighborhood.
Sebagai seorang musisi rock, karya-karya terbesar dan paling masyhur Petty justru berasal dari album solonya. Dari tiga album solonya, Full Moon Fever (1989) adalah yang paling azmat. Album ini dibuat saat Petty merasa jumud dengan The Heartbreakers. Maka ia membuat lagu-lagu yang kelak jadi abadi. "Free Falling", "I Won't Back Down", "A Face in the Crowd", juga "Yer So Bad". Lagu yang disebut pertama kelak dinyanyikan ulang oleh John Mayer, membuatnya terus dikenang oleh generasi yang berusia puluhan tahun di bawah Petty.
Sama seperti yang dikenang oleh kawan baiknya, Wolf, Petty masih terus bermusik dengan serius. Bahkan ketika usianya sudah melampaui 60-an. Ia masih terus melakukan tur, walau badannya sudah diserang berbagai penyakit. Namun ia harus menyerah.
Tom Petty, pria pematah hati itu, meninggal pada 2 Oktober 2017 karena serangan jantung. Ia ditemukan di rumahnya dalam kondisi tidak sadar dan tidak bernapas. Petty sempat dibawa ke UCLA Medical Center. Ia sempat bernapas, sebelum akhirnya benar-benar meninggal pada pukul 20.40 waktu setempat di usia 66 tahun. Bob Dylan, sosok yang dihormati oleh Petty, merasa amat hancur mendengar kabar ini. Sekarang tinggal ia dan Jeff Lyne yang masih tersisa dari personel Wilburys.
"Kabar itu mengejutkan sekali, membuatku hancur. Aku berpikir tentang dunia Tom. Dia adalah penampil yang hebat, penuh cahaya, ia seorang teman baik dan aku tak akan pernah melupakannya," tulis Dylan dalam pernyataan resminya.
Mungkin Petty dan kawan-kawannya di Heartbreakers sekadar berkelakar waktu membuat nama band. Namun kini, setelah Petty meninggal, nama itu menemui pembenarannya, juga takdirnya. Petty telah membuat banyak hati orang patah, remuk tak tertanggungkan.
Tak seperti lagu "Free Fallin," tidak hanya para gadis baik-baik yang patah hati karena Petty meninggal. Melainkan juga Dylan, Wolf, semua penggemarnya. Dan seperti seorang peramal ulung, Petty sudah menuliskan ucapan pamit sejak lama di lagu itu.
I'm gonna free fall out into nothin'
Gonna leave this world for a while
Selamat jalan, Petty!
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Maulida Sri Handayani