tirto.id - Gangguan bipolar, disebut juga depresi manik, kondisi kesehatan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem yang meliputi emosi tinggi (mania atau hipomania) dan rendah (depresi).
Saat Anda mengalami depresi, Anda mungkin merasa sedih atau putus asa. Bahkan, juga kehilangan minat atau kesenangan saat beraktivitas.
Sebaliknya, saat suasana hati Anda berubah menjadi mania atau hipomania, Anda merasa gembira, rasanya seperti terbang ke langit, penuh energi. Tapi, Anda juga bisa dengan mudah tersinggung, demikian sebagaimana diwartakanMayoclinic.
Emosi pada gangguan bipolar sering dipandang sebelah mata oleh orang lain. Beberapa mempertanyakan apakah perasaan itu "nyata" atau karena penyakitnya.
Episode perubahan suasana hati dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Ada juga yang mengalami beberapa gejala emosional di antara episode yang lebih sering terjadi, bahkan setiap saat.
Perubahan suasana hati ini dapat memengaruhi tidur, energi, aktivitas, penilaian, perilaku, dan kemampuan berpikir jernih. Bahkan, juga dalam sebuah hubungan.
Pasangan dengan gangguan bipolar
Dapat dimaklumi, gangguan bipolar menghadirkan tantangan dalam sebuah hubungan. Kondisi ini, terkadang bisa memengaruhi hubungan asmara bahkan rumah tangga. Apalagi, bila pasangan tak memahami kondisi penderita bipolar.
Selain itu, kesulitan menemukan dan mempertahankan pengobatan yang efektif juga menjadi penyebabnya.
Laman Pyschology Today menyebutkan, perpisahan dua sampai tiga kali lebih umum di antara pasangan dengan pasangan bipolar.
Penyangkalan justru membuat bipolar tambah parah. Apalagi, saat episode mania atau depresi tengah tak terkendali.
Hal tersebut terkadang membuat pasangan merasa tidak berdaya, kesulitan untuk mendekat hingga berhati-hati.
Mengatasi Pasangan Bipolar
National Alliance on Mental Ilness menuliskan, komunikasi sangat penting untuk mendukung pasangan Anda yang mengalami bipolar.
Elizabeth dari British Columbia menyebutkan ceritanya mengenai perjuangan dirinya yang mengalami bipolar. Dia bersyukur pasangannya menerima kondisinya, dan memberikan dukungan penuh.
Dia mengatakan, berbicara dengan suaminya tentang gejalanya setidaknya sekali seminggu.
Seiring berjalannya waktu, dia juga mulai merasakan tanda-tanda saat tengah kumat. Biasanya, dia akan langsung memberitahu suaminya.
Hal yang dialami Elizabeth meruakan cara efektif untuk mengatasi bipolar. David Miklowitz, PhD, seorang profesor psikiatri di University of California, Los Angeles, Amerika Serikat, menyebutkan, terapi pasangan bisa menjadi cara yang efektif untuk mengatasi gangguan bipolar bersama.
Konseling harus membantu pasangan memecahkan masalah yang muncul, dan belajar untuk berkomunikasi secara efektif.
Meskipun gangguan bipolar adalah kondisi seumur hidup, Anda dapat mengelola perubahan suasana hati dan gejala lainnya dengan mengikuti rencana perawatan.
Dalam kebanyakan kasus, gangguan bipolar bisa diobati dengan obat-obatan dan konseling psikologis (psikoterapi).
Lebih lanjut, pasangan yang memandang bipolar sebagai gangguan bersama bias mengatasinya dengan baik.
Biasanya, mereka akan bertahan. Semakin banyak kedua pasangan tahu tentang gejala, perawatan, dan strategi mengatasi, semakin besar harapan untuk pemulihan dan hubungan.
Penulis: Desika Pemita
Editor: Yandri Daniel Damaledo