Menuju konten utama

Tips Mempersiapkan New Normal Bersama Anak di Tengah Pandemi Corona

Tips melakukan persiapan new normal untuk anak di tengah pandemi corona COVID-19.

Tips Mempersiapkan New Normal Bersama Anak di Tengah Pandemi Corona
Ilustrasi Anak Ngobrol dengan Orang Tua. foto/istockphoto

tirto.id - Kondisi pandemi virus corona COVID-19 mungkin membuat orang tua khawatir tentang kondisi anak-anak mereka. Apalagi saat ini, sejumlah negara, termasuk Indonesia sedang memasuki masa transisi menuju New Normal.

Protokol kesehatan harus tetap dijalani. Kebiasaan mamakai masker, selalu sedia hand sanitizer, mencuci tangan, tidak menyentuh area wajah menjadi kunci utama. Lalu bagaimana mempersiapkan anak-anak menghadapi new normal dan protokol kesehatan mencegah COVID-19?

Berikut beberapa tips dari UTHealth untuk para orang tua yang harus mempersiapkan new normal bersama anak-anak.

1. Membuat jadwal

Membuat jadwal rutinitas anak akan membuat kondisi anak lebih stabil dan mengurangi kecemasan. Jadwal juga meminimalisir rasa kebosanan dan frustasi pada anak.

Seorang profesor pediatri McGovern Medical School UTHealth, Cathy Guttentag mengatakan "Cara penting mempertahankan kebiasaan rutin adalah dengan menjaga jadwal tidur anak tetap konsisten," ungkapnya.

Cathy menjelaskan, selama belajar dari rumah, anak-anak cenderung tidur larut malam karena tidak perlu masuk sekolah dengan jadwal pagi seperti biasanya. Buat jadwal tidur, jadwal untuk sarapan, membaca buku, bermain, jadwal tidur siang, menonton tv, agar kondisi anak tetap stabil.

2. Tidak terlihat cemas di depan anak

Menghadapi pandemi COVID-19, seharusnya menjadi waktu yang tepat untuk saling belajar. Orang tua semestinya memiliki pengetahuan yang cukup, tidak terlalu cemas dengan segala ketidakpastian. Orang tua perlu mengelola tingkat kecemasan mereka sendiri untuk memberikan jaminan keselamatan kepada anak-anak mereka.

3. Batasi informasi tentang COVID-19

Membatasi paparan anak mengenai berita adalah cara lain untuk membantu meminimalisir kecemasan yang mungkin mereka rasakan.

Namun, penting agar orang tua dengan jujur ​​menjawab pertanyaan yang sesuai dengan usia anak mereka. Bukan berarti harus mengabaikan informasi, tetapi lebih jeli melihat berita, mana yang bisa dimengerti anak, mana yang tidak.

4. Tempatkan diri orang tua pada posisi anak

Physical distancing jadi salah satu penghambat kegiatan anak. Kemungkinan besar anak akan merasa kecewa dan marah. Sebagai orang tua penting untuk menjelaskan secara logis, tetapi tetap buat anak merasa nyaman.

Orang tua perlu menjelaskan mengapa kegiatan mereka harus ditunda. Namun Anda juga harus paham, cukup berat bagi anak untuk tidak jadi lagi melaksanakan ekstrakulikuler, piknik, dan perayaan ulang tahun dengan mengundang teman-temannya.

5. Mengajak anak melakukan gaya hidup sehat

Mengajak anak untuk hidup sehat dan bersih akan menciptakan kebiasaan baru yang baik. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air, menutup mulut dengan lengan ketika batuk dan bersin, serta menjaga jarak dengan orang-orang selain keluarga dekat.

Selain mengajaknya menjalankan hidup sehat, orang tua harus bisa meyakinkan anak, semua hal yang dilakukan itu bertujuan untuk menjaga mereka tetap sehat.

6. Buat anak-anak sibuk

Memberi anak tugas untuk membuat mereka sibuk dan aktif juga merupakan cara yang baik untuk meredakan ketakutan dan kecemasan. Mengajak mereka berpartisipasi membersihkan rumah, mencuci baju, merapikan baju dan kegiatan lain akan membuat anak merasa produktif dan memiliki keterampilan baru.

7. Jangan lupa relaksasi

Penting bagi orang tua untuk tetap beraktivitas, tetapi jangan lupa untuk santai dengan memberi pelukan, bernyanyi dan membaca bersama anak. Orang tua juga bisa menciptakan suasana hangat dengan bermain bersama.

Dr. Linda Nicolotti bersama Brenner Children's pada laman Wakehealth Edu juga menekankan pentingnya mendengarkan perasaan negatif anak di tengah kondisi ini.

Biarkan anak bercerita dan dengarkan keluh kesahnya. Mungkin ada unsur kesedihan yang dialami anak-anak karena tidak bertemu dengan teman, anggota keluarga, guru, dan pelatih, tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan hilangnya peluang.

Berbicaralah jujur, keadaan serupa juga dialami semua orang. Namun, jangan menjerumuskan anak untuk semakin pesimis. Pastikan orang tua tidak membebani anak-anak dengan masalah orang dewasa atau menanamkan perasaan bersalah.

Baca juga artikel terkait NEW NORMAL atau tulisan lainnya dari Meigitaria Sanita

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Meigitaria Sanita
Penulis: Meigitaria Sanita
Editor: Dipna Videlia Putsanra