Menuju konten utama

Tingkatkan Prestasi Anak dengan Mengajak Mereka Berkebun

Anak Anda tak suka sayur dan buah? Coba ajak mereka berkebun.

Tingkatkan Prestasi Anak dengan Mengajak Mereka Berkebun
Ilustrasi kegiatan berkebun. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Air muka anak-anak di Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur mendadak sumringah. Mereka berhamburan keluar aula, berebut sekop dan pot. Siang itu, mereka akan menanam beragam pohon dan sayur-sayuran, mulai dari cabai, terong, jambu, dan mangga.

Seorang wanita memandu mereka menanam dengan cara menyelipkan benih di antara telunjuk dan jari tengah. Kemudian benih dibalik dan diletakkan ke tanah. Setelah itu, mereka bergotong royong mengisi air dalam bejana guna menyiram benih yang baru saja ditanam.

“Siapa di sini yang suka terong? Nanti kalau terongnya berbuah, dimakan ya,” ujar Dina Rahmawati, penggiat Komunitas Jakarta Berkebun kepada anak-anak di depannya.

Baca juga: Pangan Lokal di Hadapan Pangan Impor

Jakarta Berkebun merupakan komunitas yang bergerak untuk memanfaatkan lahan-lahan tak terpakai di perkotaan untuk dibudidayakan menjadi kebun. Sejak tahun 2011 mereka telah mengolah berbagai lahan di apartemen atau ruang-ruang hijau terbuka lainnya, termasuk sekolah-sekolah. Jika masa panen tiba, siapa pun boleh urun memetik hasil.

“Kita ingin masyarakat Indonesia pangannya mandiri. Lebih sehat juga diberikan ke anak dan keluarga, dibanding beli sayur yang mungkin disemprot pestisida.”

Selain lebih sehat, dengan aktivitas berkebun, para orang tua dapat mengajarkan cara menghargai makanan kepada anak. Efeknya, anak dapat melihat sendiri perjuangan untuk menghasilkan makanan yang sehari-hari mereka konsumsi.

Hasil tinjauan literatur di Amerika tentang manfaat berkebun bagi anak-anak menunjukkan efek positif berkebun terhadap perilaku makan anak dan nilai studi mereka di kelas. Bahkan, dalam 20 tahun terakhir agenda berkebun di sekolah telah menjadi gerakan nasional di Texas dan California. Kurikulum ini dibuat untuk mengurangi ancaman obesitas pada anak.

Baca juga: Obesitas Mengancam Anak Indonesia

“Berkebun di sekolah mengajarkan anak bagaimana tanaman berpindah dari biji ke piring. Mereka yang berkebun dari kecil pasti lebih suka sayur dan buah,” kata Dina.

Cara berkebun sejak dini akan mengenalkan anak ke sistem pangan lokal berkelanjutan. Karena kegiatan tersebut mengajarkan anak mengolah kompos dari kafetaria sekolah, lalu menanam benih, memanen, dan memakan lagi hasil panen mereka. Berkebun mengubah status makanan tidak lagi dipandang sebagai komoditas konsumsi belaka. Tapi juga ada hasil jerih payah manusia di dalamnya.

Selain lebih menghargai makanan, anak-anak yang berkebun cenderung memiliki nilai akademik lebih baik. Penelitian terhadap 17 sekolah menyatakan terdapat perubahan positif anak di bidang pelajaran, terutama masalah kesehatan dan gizi sebanyak 69 persen. Di bidang pendidikan lingkungan dan pembenahan konsep diri, efek berkebun mempengaruhi nilai mereka sebesar masing-masing 30 persen.

Baca juga: Sesat Pikir Soal Obesitas Anak

Berkebun Merangsang Saraf Motorik

Selain mendapat manfaat positif di dalam akademik dan kebiasaan makan, anak-anak yang berkebun akan menerapkan aktivitas serupa saat dewasa. Fakta ini ditunjukkan hasil survei sebanyak dua ribu responden yang berkebun semasa kecil. Saat mereka berumur 18-85 tahun, mereka tetap masih berkebun, meski hanya di pekarangan rumah.

Berkebun juga membuat kemampuan beradaptasi anak dalam suatu kelompok menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan dalam berkebun mereka diharuskan berinteraksi dan bergotong royong. Setidaknya kepada pengajar atau orang dewasa lainnya yang membantu menanam. Hal yang sama juga terjadi pada anak-anak difabel yang diajar berkebun.

Baca juga: Bahagiakan Istri dengan Beres-beres dan Mengasuh Anak

Infografik manfaat berkebun bagi anak

Kemampuan komunikasi nonverbal mereka meningkat, karena kegiatan tersebut mengembangkan keterampilan, ketertiban, dan hubungan positif dengan orang dewasa.

Tiara Ratnasari pernah meneliti pengaruh penerapan kegiatan berkebun terhadap perkembangan fisik motorik anak usia 5-6 tahun. Sampel penelitian adalah 29 anak usia 5-6 tahun di TK Bhakti 03 Karangpandan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penerapan kegiatan berkebun terhadap perkembangan fisik motorik anak

Dalam melakukan aktivitas berkebun, anak menggunakan beragam media, mulai dari hidrogel, tanah, pupuk, sekop, dll. Berkebun memberikan pengalaman anak mencampur sendiri tanah dan pupuk, menyirami tanaman, sampai memetik hasilnya.

Kegiatan tersebut berfungsi melatih gerakan-gerakan tangan, jari jemari anak akan berkembang secara optimal. Saat berkebun anak-anak akan memiliki banyak ruang untuk bergerak dan melatih tubuh dengan gerakan-gerakan skala besar seperti menggali, menggaruk, berlari dan membungkuk.

Jadi, ayo siapkan sekop dan benih dan mulai berkebun!

Baca juga artikel terkait PARENTING atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani