tirto.id - Timnas U-23 Indonesia akan memulai langkah perdananya di fase knockout untuk mengejar raihan medali dalam cabang sepak bola putra Asian Games 2018. Pada Jumat (24/8/2018) sore ini, Garuda Muda dijadwalkan menantang Uni Emirat Arab (UEA) dalam duel 16 besar di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang.
Dalam ajang Asian Games Korea Selatan 2014 lalu, Indonesia memang hanya mampu mempertahankan langkah hingga babak 16 besar. Usai menjadi runner-up grup, mereka tersingkir pada laga pertama knockout lantaran dilumat Korea Utara 4-1. Satu gol Fandi Eko Utomo seolah tak berarti banyak karena dibalas oleh aksi Park Kwang-ryong, Jo Kwang, serta brace Jog Il-gwan.
Terlepas dari riwayat buruk di Asian Games edisi sebelumnya, Indonesia bisa menatap laga kontra UEA sore ini dengan lebih optimis andai bersedia menengok catatan di tahun 1958. Saat itu, Indonesia yang berpartisipasi pada Asian Games di Jepang mampu meraih medali perunggu pada cabang sepak bola putra.
"Pemantik" yang dimiliki Garuda kala itu pun sesungguhnya tak berbeda jauh dari kondisi saat ini. Sebagaimana di Asian Games 2018, pada gelaran di Tokyo dahulu Indonesia juga mampu finis sebagai pemuncak klasemen fase grup. Capaian tersebut mereka dapat usai menghantam Myanmar (4-2) dan India (2-1) yang tergabung di Grup B.
Kegemilangan di tahun 1958 lantas berlanjut saat Indonesia dipertemukan dengan Filipina pada babak perempat final. Seolah tak kesulitan, Indonesia membantai negara yang juga berasal dari Asia Tenggara tersebut dengan skor 5-2.
Menghadapi Cina di babak semifinal, Timnas Indonesia harus melakoni duel ketat sebelum takluk dengan skor tipis 0-1. Namun, Garuda mampu mencari obat pelipur lara setelah menundukkan India dengan skor telak 4-1 pada perebutan medali perunggu.
Keberhasilan meraih perunggu tersebut menjadi yang terbaik dalam sejarah keikutsertaan Indonesia pada cabang sepak bola putra Asian Games. Sejak catatan tersebut, alih-alih menembus semifinal atau meraih medali, Indonesia bak tertidur. Lolos ke perempat final pun terasa seperti mimpi.
Kini, mimpi itu berpeluang terwujud. Indonesia pun masih mungkin menyamai catatan di tahun 1958. Tentu saja, ada syarat pertama yang wajib dipenuhi: menang atas Uni Emirat Arab hari ini.
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan