tirto.id - Pertandingan Timnas U-23 Indonesia vs UEA dalam lanjutan babak 16 besar cabang sepak bola putra Asian Games akan berlangsung Jumat (24/8/2018) hari ini. Bertempat di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, laga ini bakal jadi penentu apakah Indonesia mampu memecahkan rekor penampilan di Asian Games dengan menembus perempat final atau tidak.
Secara umum, di level U-23 Indonesia bisa dibilang masih "buta" dengan kekuatan Uni Emirat Arab. Namun, situasi ini tentu tak bisa begitu saja dijadikan alasan untuk kalah. Pasalnya, hal sebaliknya pun berlaku. Uni Emirat Arab juga belum paham betul peta kekuatan Indonesia karena kedua tim belum pernah sekali pun bertemu dalam pertandingan kompetitif.
Walau demikian, sebagaimana diketahui, di babak penyisihan lalu skuat asuhan Luis Milla sempat berhadapan dengan Palestina. Indonesia bisa menjadikan laga kontra Palestina sebagai acuan. Banyak pihak menilai gaya bermain UEA tak berbeda jauh dengan Palestina, lantaran kedua negara memiliki karakter dan bekal fisik pemain yang sama.
"Tim-tim Timur Tengah memiliki tipikal tidak mudah menyerah dan punya kecepatan. Untuk tim UEA yang sekarang, saya melihat sayap-sayap mereka cukup cepat terutama bek kiri yang sering ikut membantu serangan," tanggap salah satu pelatih di GoJek Liga 1, Widodo Cahyono Putro seperti dikutip laman resmi Bali United.
Pertanyaannya adalah, apakah Indonesia bisa benar-benar memaksimalkan bekal dari laga kontra Palestina?
"Ketika meraih kemenangan saat melawan Taiwan, kami memiliki banyak opsi untuk menerapkan strategi. Namun, kali ini tim lawan [Palestina] memang lebih kuat sehingga opsi itu sulit diterapkan," tutur pelatih Luis Milla pada konferensi pers usai laga kontra Palestina.
Di laga kontra Palestina, Indonesia kalah 1-2. Luis Milla yang berupaya "main aman" menggunakan formasi false-nine dengan mengistirahatkan Alberto Goncalves justru menuai hasil buruk. Berniat menghilangkan Beto guna meminimalisir bola-bola atas, lini depan Garuda Muda justru terlihat ompong. Lilipaly yang saat itu jadi penyerang utama mendapat sejumlah peluang, namun kurangnya tandem di sektor penyerangan membuatnya kesulitan pula mengoyak jala lawan.
Kini, Indonesia tampaknya harus belajar. Milla tak boleh mengulang taktik sama. Menghindari bola-bola atas untuk meminimalisir risiko kekalahan faktor fisik dari lawan jelas hal baik. Namun hal ini bukan berarti harus dibarengi dengan menghilangkan pemain paling tajam di lini depan Indonesia, Alberto Goncalves alias Beto misalnya.
Justru akan lebih baik jika Milla mampu meminimalisir kans lawan memenangi duel, namun tanpa mengamputasi daya gedor di sektor penyerangan. Karena terbukti, di level klub pun Beto bisa tampil apik meski dengan bola-bola bawah saja.
Beto sendiri mengaku siap andai diberi kesempatan untuk tampil lawan UEA. Ia yakin, pengalamannya menghadapi bek-bek berfisik besar dan tinggi di kompetisi lokal bakal menyumbang andil besar dalam langkahnya meladeni perlawanan para pemain bertahan UEA.
"Di Liga Indonesia, beknya juga tinggi-tinggi-tinggi. Jadi, saya sudah biasa. Mereka pasti sudah melihat bagaimana kami bermain. Oleh sebab itu, penting kerja sama di dalam lapangan dan memaksimalkan keunggulan yang kami miliki," tutur Beto seperti dikutip Antara.
Di saat bersamaan, Asisten Pelatih Indonesia, Bima Sakti juga sempat memberi isyarat jika Indonesia akan lebih memilih memainkan bola-bola cepat sebagaimana saat melawan Hongkong, tinimbang tampil dengan formasi penuh kehati-hatian seperti ketika takluk dari Palestina.
"Mungkin strategi yang sama [dari lawan Hongkong] akan kami terapkan, yakni umpan pendek dan permainan cepat," beber Bima.
Namun, ia enggan membeberkan strategi secara keseluruhan. Bima juga mengingatkan bahwa meski Indonesia buta dengan kekuatan UEA, pelatih Luis Milla punya senjatanya sendiri. Milla memiliki pengalaman melakoni karier kepelatihan di negara tersebut, dan Bima yakin faktor itu bakal punya andilnya sendiri.
"Pelatih Milla punya pengalaman melatih di UEA, dia tahu betul karakter pemain negara tersebut, makanya ada instruksi khusus dari pelatih untuk tetap menjaga spirit dan kontrol emosi saat pertandingan," tandasnya.
Di lain pihak, Uni Emirat Arab diyakini telah menyiapkan antisipasi untuk menghadapi Indonesia. Jika Garuda Muda Memiliki bekal pengalaman saat berhadapan dengan Palestina, UEA pun punya. Sebelumnya, pada fase grup UEA sempat bertemu wakil Asia Tenggara lain, Timor Leste. Walau berbeda level dengan Indonesia, pertemuan kontra Timor Leste diyakini bakal bermanfaat sebagai bekal menghadapi Indonesia.
Saat itu UEA sendiri menang telak 1-4 atas Timor Leste. Dari kemenangan tersebut, justru pemain cadangan Zayed Al-Ameri yang mampu tampil impresif dengan memborong dua gol. Padahal, Al-Ameri baru masuk pada paruh kedua. Hal ini setidaknya membuktikan jika UAE punya sejumlah opsi alternatif dan kedalaman skuat yang tak dapat dianggap remeh.
Hasil Sebelumnya Timnas U-23 Indonesia di Asian Games 2018
20/8/2018 AG Indonesia U-23 3-1 Hong Kong U-23 Menang 17/8/2018 AG Indonesia U-23 3-0 Laos U-23 Menang 15/8/2018 AG Indonesia U-23 1-2 Palestine U-23 Kalah 12/8/2018 AG Indonesia U-23 4-0 Taiwan U-23 Menang
Tampil di hadapan pendukungnya, Timnas U-23 Indonesia membawa catatan cukup baik di babak penyisihan. Melakoni empat pertandingan, Garuda Muda hanya sekali kalah dan meraih tiga kemenangan.
Hasil Sebelumnya Timnas U-23 UEA di Asian Games 2018
19/8/2018 AG UEA U-23 1-2 China U-23 Kalah 16/8/2018 AG Timor Leste U-23 1-4 UEA U-23 Menang 14/8/2018 AG UEA U-23 0-1 Syria U-23 Kalah
Di lain pihak, Uni Emirat Arab membawa modal tak sebaik tuan rumah. Dari tiga pertandingan di Grup C, mereka hanya sekali menang, itu pun saat menghadapi tim lemah Timor Leste (4-1). Di luar hasil tersebut, Zayed Al-Ameri dan kawan-kawan menelan hasil memilukan. Dua kekalahan mereka derita, masing-masing dari China (1-2) serta Suriah (0-1).
Jika tak ada perubahan, kickoff laga Timnas U-23 Indonesia vs Uni Emirat Arab bakal dihelat Jumat (24/8/2018). Laga ini disiarkan langsung oleh SCTV dan Vidio.com pukul 16.00 WIB.
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan