Menuju konten utama

Tim Debut Finlandia dan Makedonia Utara Merintis Mimpi di Euro 2020

Finlandia dan Makedonia Utara akhirnya membuat sejarah dengan tampil di Euro untuk kali pertama. Akan sampai mana perjalanan mereka?

Tim Debut Finlandia dan Makedonia Utara Merintis Mimpi di Euro 2020
Bek Austria Philipp Lienhart (kanan) bersama penyerang Makedonia Utara Goran Pandev (kiri) selama pertandingan sepak bola Grup C UEFA EURO 2020 antara Austria dan Makedonia Utara di National Arena di Bucharest pada 13 Juni 2021. (Foto oleh Justin Setterfield / POOL / AFP)

tirto.id - Format 24 tim dalam UEFA Euro yang mulai berlaku pada 2016 lalu memberikan kesempatan lebih luas bagi negara-negara kecil atau yang tidak punya sejarah sepak bola yang bisa dibanggakan--kompetisi ini hanya diikuti 16 tim nasional sejak 1996. Jika lima tahun lalu Albania, Irlandia Utara, Islandia, Slovakia, dan Wales berhasil tampil untuk pertama kalinya, maka tahun ini ada dua negara baru yang mendapatkan kesempatan.

Dari Semenanjung Balkan, Makedonia Utara besutan pelatih Igor 'Mrme' Angelovski menyusul negara-negara pecahan Yugoslavia lain yang telah lebih dulu hadir dan menjadi langganan Euro. Satu tim debut lain adalah Finlandia yang ditukangi Markku Tapio Kanerva. Mereka menjadi negara Nordik terakhir yang berhasil mendapat tempat di kompetisi internasional tertinggi Eropa ini.

Lynx Merah dari Balkan

"Kalau ada Makedonia Utara, berarti ada Makedonia Selatan dong, ya?" tanya seorang rekan kepada saya.

Sebelum Perjanjian Prespa berlaku pada 12 Februari 2019, dunia internasional dan penonton sepak bola mengenal tim ini dengan nama Makedonia. Bagi mereka yang punya pertanyaan serupa dengan rekan saya tadi dan mengetikkannya di Google, si mesin pencari akan menampilkan berbagai artikel dan berita soal sengketa penamaan ini. Singkatnya, Makedonia atau 'Makedonia Selatan' versi teman saya adalah kawasan administratif dari Yunani; sementara Makedonia Utara adalah negara merdeka yang terletak di utara Yunani dan yang sedang merayakan kiprah pertamanya di turnamen sepak bola besar dengan berlaga di Euro 2020.

Bila muncul pertanyaan, "apa yang kau ketahui tentang Makedonia?" Jawaban yang muncul selain "pecahan Yugoslavia" kemungkinan besar adalah "Goran Pandev". Sang legenda yang juga kapten tim itu bisa dikatakan sudah bersinonim dengan Makedonia Utara sebagai negara.

Nama pria kelahiran 27 Juli 1983 ini dikenal dunia berkat karier gemilang di Serie A Italia dengan memperkuat Lazio, Inter, dan kini Genoa. Selain sebagai pemain, Pandev pun mendirikan sebuah klub sepak bola bernama Akademija Pandev, yang kini berlaga di kasta tertinggi Liga Makedonia. Jugoslav Trenchovski, direktur olahraga klub tersebut, mengatakan kepada The Guardian bahwa Pandev selain "pemimpin tim nasional Makedonia Utara", juga "seperti pemimpin bangsa ini."

Tapi tim nasional berjuluk Risovi (Lynxes) bukan hanya tentang Pandev. Mereka juga memiliki Aleksandar Trajkovski, pencetak gol terbanyak kedua sepanjang sejarah Makedonia Utara (di bawah Pandev, tentu saja), yang berkiprah di La Liga bersama Real Mallorca. Ada pula Elif Elmas, gelandang muda Napoli yang sejauh ini telah mengemas tujuh gol untuk tim nasional. Elmas, yang September nanti baru berusia 22 tahun, berpotensi memimpin generasi pesepak bola Makedonia Utara berikutnya menggantikan Pandev.

Dalam pertandingan perdana melawan Austria 13 Juni lalu, Makedonia Utara tertinggal 0-1 sejak menit ke-18 berkat gol ciamik Stefan Lainer. Sepuluh menit kemudian, bola bergulir liar ke arah penjaga gawang Austria, Daniel Bachmann. Terganggu dengan pergerakan kapten Austria David Alaba dan Trajkovski yang juga berlari menyongsong bola ke arahnya, Bachmann kesulitan mengamankan situasi. Bola terpental ke kaki Pandev yang dengan gampang menceploskannya ke gawang kosong. Pandev mencetak gol pertamanya di Euro sekaligus menjadi pemain tertua kedua yang mencetak gol di kompetisi ini pada usia 37 tahun dan 321 hari.

Makedonia Utara akhirnya kalah 1-3 berkat gol tambahan Austria pada babak kedua oleh Michael Gregoritsch dan Marko Arnautović. Hasil yang bisa dimaklumi mengingat sang lawan konsisten bertengger di Liga B UEFA Nations League, dua tingkat di atas Makedonia Utara yang harus mengawali kompetisi dwitahunan tersebut di Liga D.

Sejak gagal total pada kualifikasi Piala Dunia 2018, perlahan Igor Angolevski membangun tim yang lebih kompetitif. Makedonia Utara lantas naik satu tingkat, promosi ke Liga C Nations League. Hasil itu diikuti dengan kemenangan di final play-off melawan Georgia dengan skor 1-0. Makedonia Utara memperoleh tempat di Euro 2020. Pencetak gol bersejarah tersebut? (Masih) Goran Pandev.

Pandev cs. bakal menghadapi Ukraina dan Belanda pada 17 Juni dan 21 Juni nanti, dan harus meraih hasil maksimal jika ingin memenuhi target mereka sendiri: lolos ke babak 16 besar. Jalan yang sama sekali tidak mudah, tentu saja.

Apa pun hasilnya, mereka sudah berada di jalur yang tepat dengan memberikan identitas baru yang membanggakan untuk Makedonia Utara, bukan lagi sekadar 'negara asal Goran Pandev, si penyerang tajam itu'. Barangkali kelak Makedonia Utara bisa meniru tetangga Balkan mereka, Kroasia, yang bisa dibilang sudah punya nama di peta sepak bola dunia.

Dongeng dari Utara

Banyak orang di Stadion Parken, Kopenhagen, Denmark menutup mulut dengan tangan, menahan tangis pecah tatkala melihat Christian Eriksen tak sadarkan diri di lapangan. Suasana mencekam turut menghinggapi para penonton dari layar kaca. Yang tersisa hanya suara komentator yang terus melontarkan harap saat tim medis berupaya sebaik mungkin menyelamatkan nyawa Eriksen.

Menit demi menit seperti berlangsung lebih lama daripada semestinya, sampai akhirnya muncul foto-foto dan kabar bahwa sang playmaker timnas Denmark itu telah dalam kondisi sadar dan stabil. Pertandingan pun dilanjutkan. Sepak bola menunjukkan wajah lain hari itu.

Laga Denmark kontra Finlandia memang akan diingat karena hal-hal lain yang berpangkal dari kolapsnya Eriksen. Ada keputusan UEFA untuk melanjutkan pertandingan yang menuai kritik, ada aksi suporter Denmark dan Finlandia di stadion yang sahut-menyahut meneriakkan nama Eriksen, dan Joel Pohjanpalo yang menolak merayakan gol kemenangan Finlandia.

Di luar hal-hal itu, kemenangan 1-0 di kandang lawan merupakan pencapaian monumental untuk Finlandia.

Kendati sudah bergabung dengan UEFA sejak 1957, Finlandia seolah bukan siapa-siapa di jagat sepak bola Eropa, bahkan jika dibandingkan dengan tetangga satu kawasan seperti Denmark, Swedia, atau belakangan Islandia. Maklum saja, sepak bola bukanlah olahraga nomor satu di negara bernama asli Suomi tersebut. Selain menghasilkan nama-nama pembalap F1 terbaik, Finlandia lebih dikenal dengan deretan olahraga musim dinginnya seperti hoki es. Beberapa nama pesepak bola populer seperti Jari Litmanen atau Sami Hyypiä sepenuhnya gagal mengonversikan kesuksesan mereka di klub ke tim nasional.

Prestasi terbaik Finlandia di sepak bola terakhir hadir nyaris seabad silam saat menjadi semifinalis Olimpiade Musim Panas 1912. Ketika itu mereka gagal meraih medali perunggu usai ditaklukkan Belanda 9-0. Selebihnya, Finlandia hanya pernah meraih gelar pada kompetisi minor seperti Nordic Football Championship dan medali perak di Baltic Cup.

Kegagalan lolos ke laga play-off Piala Dunia 1998 Perancis usai dikalahkan Hungaria menghantui orang-orang Finlandia. "Kami tidak sebagus itu di sepak bola, mungkin sebaiknya kami fokus saja di hoki es," kenang Tim Sparv, kapten Finlandia kepada Washington Post, yang ketika itu baru berusia 10. Robin Lod, sang gelandang, menambahkan: "sungguh menyedihkan menonton tim nasional".

Setelah sekian dekade hanya tampil di turnamen-turnamen regional dan menjadi penggembira di babak kualifikasi (baik Euro maupun Piala Dunia), Finlandia sukses menempati peringkat kedua Grup J di bawah Italia dan mengunci tempat di Euro 2020 usai menyingkirkan tim-tim seperti Bosnia & Herzegovina dan jawara Euro 2004 yang saat itu penuh dengan kejutan, Yunani.

Kesuksesan ini, yang diikuti kemenangan pada pertandingan debut di Euro melawan Denmark, sontak mengingatkan akan keberhasilan Islandia beberapa tahun silam. Sama-sama berasal dari utara Eropa, sama-sama tidak punya rekor bagus di sepak bola, tapi Islandia berhasil menembus turnamen besar pertamanya pada Euro 2016 bahkan melaju jauh hingga babak delapan besar. Dua tahun kemudian, Gylfi Sigurðsson dkk. tampil untuk pertama kalinya di Piala Dunia.

Infografik Tim Debutan Euro 2020

Infografik Tim Debutan Euro 2020. tirto.id/Fuad

Dalam urusan permainan, Finlandia juga menerapkan pertahanan yang disiplin dan terorganisasi plus serangan balik yang efektif. Ambil contoh pada laga melawan Denmark. Gol yang mereka hasilkan tercipta dari satu-satunya peluang sepanjang pertandingan.

"Tentu saja Islandia menginspirasi kami," ujar pelatih Markku Kanerva kepada BBC. 
"Untuk negara-negara yang bisa dibilang kecil, jika mereka percaya dan melakukan hal-hal yang tepat, impian mereka bisa jadi kenyataan."

Kanerva, yang juga pernah berprofesi sebagai guru semasa masih menjadi pemain sepak bola, mengambil alih tim nasional pada 2016. Pada 2009, ia membawa Finlandia menembus Euro U-21. Tim itu juga diperkuat Sparv, Teemu Pukki, dan Jukka Raitala, yang kini menjadi tulang punggung tim nasional senior.

Masih ada Rusia yang harus dihadapi di laga tandang, juga Belgia yang merupakan salah satu unggulan juara di pertandingan terakhir grup. Dengan lawan yang tergolong berat, Finlandia paling tidak sudah mengantongi tiga poin dari pertandingan pertama. Dan itu adalah modal yang besar. (Ingat, Portugal lolos dari fase grup Euro 2016 dengan hanya tiga poin di tangan berkat sistem jalur kelolosan peringkat tiga terbaik, dan terus melaju hingga juara.)

Entah benar-benar akan mengulangi perjalanan Islandia atau tidak, yang jelas Finlandia sedang menuliskan ceritanya sendiri. Bakal seberapa jauh mereka melangkah, atau apakah mereka mampu menjaga keberlanjutan setelah Euro, ada di tangan sendiri. Hari ini Sparv dkk. mungkin menginspirasi lebih banyak generasi muda Finlandia untuk bermimpi menjadi pesepak bola andal, tidak melulu atlet hoki es.

Baca juga artikel terkait EURO 2021 atau tulisan lainnya dari R. A. Benjamin

tirto.id - Olahraga
Penulis: R. A. Benjamin
Editor: Rio Apinino