tirto.id - Kabar-kabar miring terkait vaksin tampaknya masih jadi perbincangan dalam beberapa waktu ke depan. Setelah sebelumnya muncul teori konspirasi mengenai microchip yang ditanamkan ke tubuh manusia melalui suntikan vaksin, kali ini informasi yang muncul adalah terkait kontroversi bahaya vaksin.
Informasi ini diunggah oleh akun Instagram Dharma Pongrekun, @pongrekundharma88. Akun tersebut mengunggah video penjelasan dari pegiat anti vaksin, dr. Carrie Madej, D.O (arsip). Dalam video berdurasi 11:08 menit tersebut, Carrie mengutarakan beberapa klaim terkait vaksin virus corona, seperti:
- Vaksin tersebut menggunakan RNA yang dimodifikasi atau DNA yang dimodivikasi dalam vaksin. Menurut Carrie, hal tersebut akan membahayakan karena berpotensi mengubah genom manusia (yang membedakan manusia dengan hewan atau tumbuhan). Carrie mengklaim lebih jauh bahwa perubahan genom akan mengakibatkan cacat pada keturunan dan kelainan fisik.
- Teknologi ini disebut Carrie sebagai transfeksi. Teknologi ini digunakan untuk menciptakan organisme hasil rekayasa genetika. Ia mencontohkan makanan hasil rekayasana genetika yang tidak sehat, seperti tomat atau kentang hasil rekayasa industri. Carrie menyandingkan hipotesisnya ini dengan potensi vaksin tersebut diujikan pada manusia.
- Menurut Carrie, vaksin akan disuntikkan melalui micro needle dan menjadi chip yang dapat disebut Luciferase. Klaim Carrie, chip tersebut akan menjadi identitas bagi manusia yang sudah divaksinasi.
- Carrie juga menyebutkan Hidrogel, teknologi yang ditemukan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), dapat mengumpulkan informasi dari tubuh seperti riwayat kesehatan dan perilaku manusia.
Lantas, bagaimana fakta dari klaim-klaim Carrie?
Penelusuran Fakta
Dalam deskripsi singkat pada akun Twitter-nya, dr. Carrie Madej, D.O menuliskan bahwa ia adalah seorang "Osteopathic Internal Medicine Physician."
Carrie saat ini melakukan praktik di McDonough, Georgia. Dia adalah Direktur Medis di Phoenix Medical Group of Georgia. Di sini, dia menjalankan praktik di bagian penyakit dalam. Carrie merupakan seorang pegiat anti vaksin dan juga anti masker dari Georgia, Amerika Serikat. Ia pernah muncul di program antivaxxer Sherri Tenpenny, dan di program sejenis dari Mike Adams.
Di akun Twitternya, Carrie banyak menuliskan berbagai macam teori konspirasi mengenai COVID-19 dan pseudosains. Instagramnya, @fenixmeddr, juga berisi informasi menyesatkan mengenai COVID-19, vaksin, dan teori konspirasi mengenai Bill Gates. Sejumlah lembaga pemeriksa fakta, seperti Lead Stories dan Delfi, telah menandai sejumlah unggahan Instagram Carrie sebagai unggahan yang memuat informasi yang menyesatkan.
Carrie juga dapat ditemukan lewat situs Stop World Control dimana ia mengklaim, mewakili suara para dokter, ilmuwan, jurnalis, pemimpin pemerintahan, pemimpin agama dunia dan peneliti pemberani yang bangkit melawan korupsi dan tirani global.
Nama Carrie mudah ditemukan dalam mesin pencarian Google. Pada akhir Juni lalu, ia mengunggah video di YouTube mengenai vaksin mRNA. Ia menyatakan bahwa vaksin tersebut diuji coba pada manusia tanpa dites pada hewan. Video yang kurang lebih sama dengan narasi saat ini tersebut telah disaksikan sebanyak 409 ribu kali sebelum dihapus oleh YouTube.
Lebih lanjut, video Carrie yang dibagikan akun Dharma dibuat dari potongan-potongan gambar atau video tertentu untuk mengakomodasi klaim Carrie. Dalam video tersebut, Carrie bicara tanpa didasari oleh studi atau penelitian tertentu. Video itu tidak menampilkan wawancara pada siapa pun atau potongan berita dari lembaga pemberitaan yang terpercaya, untuk mendukung klaim yang disampaikan.
Terkait klaim pertama mengenai mRNA, lembaga pemeriksa fakta Health Feedback telah memberikan penjelasan. Saat ini beberapa kandidat vaksin yang tengah diuji memang menggunakan pendekatan baru, yakni lewat injeksi mRNA virus.
Vaksin akan terbuat dari mRNA yang mengandung informasi genetik untuk mendeteksi protein spesifik SARS-CoV-2. Vaksin berbasis mRNA ini tidak dapat memodifikasi genom seseorang yang menerima vaksin.
Singkatnya, masih dari Health Feedback, mRNA berumur pendek dan hanya akan bertahan sebentar di dalam sel tubuh mereka yang terkena virus, setelah itu mRNA didegradasi dan dikeluarkan dari sel. Selain itu, genom manusia terbuat dari DNA, yang secara kimiawi berbeda dari RNA. Perbedaan kimiawi ini mencegah mRNA berintegrasi langsung ke dalam genom manusia.
Catatan singkat, proses tersebut juga diterapkan pada vaksin mRNA oleh Moderna, dan juga Pfizer/BioNTech. Menurut CDC, Pfizer, BioNTech, dan juga Moderna, vaksin yang mereka produksi akan diinjeksi melalui jarum suntik, sebanyak dua kali. Bedanya, injeksi Pfizer yang kedua akan dilakukan setelah 21 hari, sementara Moderna setelah satu bulan kemudian.
Beberapa sumber terpercaya secara tidak langsung juga mengugurkan klaim Carrie. Salah satunya adalah artikel di jurnal Frontiers pada Maret 2019 yang menyatakan bahwa "vaksin tersebut aman dan dapat ditoleransi oleh hewan dan manusia."
Lebih lanjut, dalam artikel di Jurnal Nature pada Januari 2018 dituliskan bahwa vaksin mRNA dapat disebut sebagai bentuk vaksin yang relatif aman karena risiko infeksi atau integrasi virus ke dalam DNA sel inang tidak menjadi perhatian. Pembuatan vaksin mRNA juga dianggap lebih aman daripada pembuatan platform vaksin lainnya.
Kemudian, dikarenakan klaim mengenai vaksin mRNA yang dapat mengubah genom manusia bersifat keliru, klaim kedua terkait bahaya teknologi yang diberi nama oleh Carrie sebagai “transfeksi” juga dinyatakan menyesatkan.
Selanjutnya, informasi terkait klaim vaksin yang menggunakan microchip merupakan informasi yang menyesatkan. Dalam video itu Carrie menyebutkan terkait micro needle atau Luciferase yang ditempel di tangan dan dapat dipindai (scan) oleh smartphone. Boleh jadi yang dimaksud Carrie adalah quantum dot tags, alat pemindai untuk menandai vaksin apa saja yang diterima anak. Alat ini dikembangkan oleh Rice University di Texas, Amerika Serikat pada 2019.
Alat ini memang menggunakan jarum kecil yang ditempel pada kulit, seperti tato. Jadi tidak disuntikkan melalui jarum suntik vaksin. Fungsi alat ini adalah mendata anak-anak yang sudah mendapatkan vaksin di daerah berkembang, yang gunanya untuk mencegah kematian anak karena tidak divaksin.
Klaim terakhir mengenai vaksin berbasis implan Hydrogel juga disanggah oleh Health Feedback yang menyatakan bahwa implan Hygdrogel sudah banyak digunakan oleh apotek lokal di Amerika dan telah banyak digunakan. Sementara itu, vaksin mRNA yang dikembangkan oleh Moderna dan Pfizer-BioNTech tidak masuk ke tubuh menggunakan implan, melainkan lewat suntikan.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, klaim-klaim dalam video dr. Carrie Madej bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading). Masyarakat sebaiknya berhati-hati dalam menyerap informasi yang provokatif terkait vaksin, apalagi informasi ini berkaitan dengan kehidupan banyak orang.
==============
Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id.
Apabila terdapat sanggahan ataupun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca juga dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara