Menuju konten utama

Theresa May Kalah Telak dalam Pemungutan Suara Brexit

Theresa May kalah 230 suara dalam voting soal rencana Brexit yang digelar pada Selasa.

Theresa May Kalah Telak dalam Pemungutan Suara Brexit
Perdana Menteri Inggris Theresa May. ANTARA FOTO/Victoria Jones/Pool via Reuters

tirto.id - Perdana Menteri Inggris Teresa May mengalami kekalahan telak dalam pemungutan suara terkait Brexit di Parlemen Inggris pada Selasa (15/1/2019) malam.

May kekalahan sebesar 230 suara, dengan rincian 432 anggota parlemen menolak rencana Brexit dan 202 anggota parlemen mendukung rencana Inggris keluar dari Uni Eropa.

Ketika pengunjuk rasa di kedua kubu berkumpul di Lapangan Parlemen Inggris, May mengakui kekalahannya.

“Parlemen telah berbicara dan pemerintah telah mendengarkan,” ucap May. “Jelas Parlemen tidak mendukung kesepakatan ini, tetapi malam ini pemungutan suara tidak memberi tahu terkait apa yang telah didukungnya,” ujarnya.

The Guardian melaporkan, kekalahan pemerintah ini menjadi yang terbesar dalam sejarah politik Inggris sejak tahun 1924.

Ketika Perdana Menteri Ramsay MacDonald mengadakan voting terkait kasus Campbell, suara dukungan dan penolakan terpaut 166 suara dengan kemenangan dari pihak yang menolak.

Pemungutan suara Brexit di Parlemen itu dilakukan setelah Inggris mendapat desakan dari Uni Eropa atas posisinya yang belum jelas. Tanggal 29 Maret menjadi tanggal terakhir bagi Inggris memberikan keputusannya. Presiden Dewan Eropa Donald Tusk pun mendesak Inggris untuk menegaskan sikapnya.

"Saya mendesak Inggris untuk mengklarifikasi niatnya sesegera mungkin," katanya. "Waktu hampir habis,” tambahnya seperti dikutip dari BBC.

Jeremy Corbyn pemimpin Partai Buruh mengkonfirmasi pengajuan mosi tidak percaya. Dalam pernyataannya sebelum pemungutan suara, ia mengatakan Brexit merupakan bagian dari masalah Partai Konservatif, bukan masalah yang terkait dengan seluruh negara.

Corbyn menjelaskan, upaya pemerintah untuk mengarahkan Parlemen melakukan Brexit adalah salah satu proses parlementer paling kacau yang dia alami sepanjang 35 tahun kariernya di Parlemen.

Anggota Parlemen dan pemimpin Brexiteer (yang mendukung Brexit) Boris Johnson dari Partai Konservatif menyatakan, kekalahan telak memberi May "mandat besar" untuk kembali ke Brussels dan mencari kesepakatan yang lebih baik.

"Kita tidak seharusnya hanya mempertahankan bagian-bagian yang baik dari kesepakatan, lalu menyingkirkan jalan keluar, tetapi juga harus secara aktif mempersiapkan diri di tengah antusiasme yang semakin besar," katanya.

Kelompok Riset Eropa Pendukung Brexit (ERG) dan Partai Unionis Demokrat (DUP) mengumumkan mereka mendukung perdana menteri, sehingga tidak memungkinkan Partai Buruh bisa berhasil memicu referendum.

May menjelaskan rencana apapun yang muncul dari perundingan harus dinegosiasikan dengan EU27.

Baca juga artikel terkait ISU BREXIT atau tulisan lainnya dari Isma Swastiningrum

tirto.id - Politik
Reporter: Isma Swastiningrum
Penulis: Isma Swastiningrum
Editor: Yantina Debora