Menuju konten utama

The Panturas Rilis Album Kedua, Ombak Banyu Asmara

The Panturas merilis album kedua setelah tiga tahun semenjak album perdana, Mabuk Laut.

The Panturas Rilis Album Kedua, Ombak Banyu Asmara
The Panturas. foto/The Panturas

tirto.id - Perlu waktu tiga tahun bagi The Panturas untuk merilis album keduanya, Ombak Banyu Asmara pada Jumat (10/9). Penantian tiga tahun ini terbayar dengan manis, mengingat betapa padat, luasnya eksplorasi, tapi tetap terikat pada akar musik yang mereka mainkan: surf rock.

Sebelum album ini dirilis, kuartet yang berasal dari ketinggian Jatinangor ini sudah melepas beberapa lagu baru, termasuk "Balada Semburan Naga" dan "Tafsir Mistik", dua lagu yang masuk di Ombak Banyu Asmara. Dua lagu itu paling tidak bisa memberikan sedikit gambaran bagaimana petualangan musikal mereka di album kedua.

Ombak Banyu Asmara digarap selama 13 bulan, dengan dibantu Lafa Pratomo yang bertindak sebagai produser. Penggarapan yang butuh waktu lama ini bisa dimaklumi, mengingat belakangan ini ada banyak aral yang tak bisa diduga dan diterka.

"Penggarapan album ini memang terkendala pandemi. Sempat mulai rekaman, terus PSBB. Kemudian Ijal (gitar) kena covid, sembuh. Terus Acin (vokal/ gitar) kena covid juga. Pas sembuh, eh ada PPKM. Banyak kendalanya, tapi alhamdulillah selesai,” ujar Bagus "Gogon" Patria, bassist The Panturas pada jumpa pers yang diadakan via Zoom (9/9).

Ada 10 lagu di album ini, termasuk empat lagu instrumental. Dalam menggarap album ini, selain menggandeng Lafa sebagai produser, The Panturas banyak menggamit bintang tamu di album ini. Ada Panji Wisnu yang mengisi keyboard; Windy Setiadi memainkan akordeon; Wendy Finza dan Faiz M. Fitrandika memainkan brass section; Rezki Delian menempati posisi pemain perkusi; hingga Adipati, Bilal Indrajaya, dan Nesia Ardi yang menyumbang suara.

Dengan banyaknya musisi pendukung, dan waktu penggarapan yang cukup lama, The Panturas terbilang sukses memaksimalkan potensinya. Eksplorasi musikal mereka makin luas, terdengar banyak nada dan langgam musik yang segar --termasuk nada Timur Tengah dan beat-beat rockabilly-- plus tema lagu yang makin beragam.

"Memang ada banyak hal yang kami tuangkan di album ini. Kalau dulu, lagu kami banyak cerita soal kehidupan di laut atau metafora laut. Cuma di album baru ini jadi lebih luas, di sini kami masuk ke ranah lain, cakupan liriknya lebih luas," tutur Gogon.

Lafa sebagai produser juga berjasa besar dalam menjadi benang perekat, sekaligus jadi "alarm" agar album ini sesuai dengan apa yang The Panturas inginkan sejak awal. Menurut Lafa, empat kepala berarti ada empat keinginan berbeda. Karena itu perannya di album ini adalah menjaga agar visi mereka sejak awal tidak berubah, kalaupun berubah tidak akan melenceng terlalu jauh. Meski demikian, Lafa tidak ingin membatasi eksplorasi The Panturas.

"Gue gak ngebatasin. Malah dari awal, gue nanya kalian pengen bikin album yang kayak gimana? Mau jadi kayak kemarin, atau mau yang bangor? Kebetulan anak-anak udah siap buat bangor, buat nakal secara musikal. Jadi akhirnya kami liar bareng," ujar Lafa.

Ombak Banyu Asmara sudah bisa didengar secara serentak di semua layanan music streaming pada 10 September 2021. Dan dalam waktu dekat, The Panturas akan merilis album fisik kemasan deluxe melalui La Munai Records. []

Baca juga artikel terkait THE PANTURAS atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nuran Wibisono