Menuju konten utama

Terorisme Mengancam Dunia Pariwisata

Tanggal 27 September diperingati sebagai hari pariwisata sedunia. Ini untuk menggambarkan betapa pentingnya pariwisata untuk menggeliatkan perekonomian suatu negara. Sayangnya, dunia pariwisata kini sedang menghadapi tantangan berat terutama dari aksi-aksi teror di berbagai belahan dunia.

Terorisme Mengancam Dunia Pariwisata
Polisi Belgia berpatroli di stasiun metro Brussels setelah serangan bom Belgia. Antara Foto/Reuters/Yves Herman

tirto.id - Pada 1979, badan PBB yang membidangi pariwisata, UNWTO menetapkan 27 September untuk dirayakan sebagai hari pariwisata dunia. Tanggal tersebut bertepatan dengan dibentuknya UNWTO pada 27 September 1970. Pembentukan organisasi pariwisata ini merupakan batu loncatan penting pada sektor pariwisata.

Tujuannya guna mendorong kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pariwisata yang juga memberi kontribusi besar baik itu dalam segi ekonomi dan kebudayaan. Selain itu juga, untuk menjawab tantangan global yang digariskan oleh PBB dalam Millennium Development Goals atau MDGs.

Namun, seperti sektor lainnya, sektor pariwisata terus menghadapi berbagai macam tantangan. Salah satu tantangan global yang tengah dihadapi adalah memastikan para wisatawan bisa berlibur dengan aman dan nyaman.

Ini tak lepas dari banyaknya aksi teror yang terjadi akhir-akhir ini. Seperti yang terjadi pada Juli lalu di kota Nice, Perancis. Sekitar 84 orang tewas dalam serangan teror di pantai Promenade des Anglais yang merupakan salah satu tempat wisata terkenal di Nice, Perancis.

Teror yang dilakukan oleh Mohamed Lahouaiej Bouhlel seorang warga Tunisia berusia 31 tahun tentunya menimbulkan duka serta rasa takut bagi para wisatawan. Dengan brutal ia mengendarai sebuah truk dan menabrak orang-orang di pinggir pantai, yang terletak di Perancis Selatan di tepian Laut Tengah antara Marsille dan Genoa.

Jumlah wisatawan yang mengunjungi Perancis pun menurun tajam hingga 8,5 persen pada kuartal II-2016. Wisatawan lokal juga enggan mengunjungi daerah lain di Perancis sehingga tercatat penurunan 2,9 persen. Bahkan, menara Eiffel yang fenomenal juga beberapa kali ditutup dengan alasan keamanan.

Tak hanya Perancis, Turki yang dijuluki negeri 1000 Masjid ini pun ikut terpukul pada industri pariwisata. Aksi bom bunuh diri di Bandara Ataturk -pintu masuk para wisatawan- yang menewaskan 40 orang pada akhir Juni lalu berimbas pada sektor pariwisata.

Aksi teror bertubi-tubi yang terjadi di Turki membawa Turki mencapai titik terendah pada industri pariwisata sejak 20 tahun terakhir. Pada Juni lalu, data resmi dari pemerintah Turki menunjukkan penurunan tajam hingga 40,86 persen dari jumlah 2,44 juta wisatawan asing yang mengunjungi Turki pada 2015 lalu. Aksi teror juga terjadi di bandara dan stasiun Brussels.

Statista memproyeksikan pada 2016 ini pertumbuhan kunjungan wisata ke Eropa hanya akan mencapai 3,2 persen atau turun 1,3 persen dari tahun 2015. Namun, Asia Pasifik akan mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 0,6 persen menjadi 6,2 persen pada 2016.

Peningkatan di Asia dapat disebabkan karena para wisatawan yang kemudian lebih memilih Asia dari pada Eropa karena banyaknya serangan bom yang terjadi di wilayah tersebut. Sedangkan di Asia, misalnya Indonesia, Malaysia dan lainnya gencar mempromosikan berbagai destinasi wisata yang dimiliki.

Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara pada semester I (Januari-Juni) 2016 mencapai 5,29 juta kunjungan. Terjadi peningkatan sebesar 5,88 persen dibandingkan dengan kunjungan wisatawan mancanegara pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5 juta kunjungan.

Sedangkan pada Juni, kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia melalui 19 bandara. Sedangkan wisatawan mancanegara paling banyak masuk melalui Bandara Adi Soetjipto Yogyakarta yang mancapai 20,02 persen.

Tapi peningkatan pada kunjungan wisatawan mancanegara dapat terjadi ketika negara yang diserang aksi teror kembali pulih. Menurut penelitian World Travel & Tourism Council (WTTC) menyebutkan satu wilayah membutuhkan rata-rata 13 bulan untuk pulih dari serangan teror atau lebih cepat dari kawasan yang terkena bencana alam.

"Serangan teror cenderung sangat terlokalisasi, dan terjadi di satu tempat dan pada satu waktu," kata Presiden dan Kepala Eksekutif WTTC David Scowsill, dikutip dari New York Times.

Sama seperti yang pernah terjadi di Indonesia ketika Bali dihantam bom pada 2002 dan 2005 yang membuat penurunan tajam pada kunjungan wisatawan ke Indonesia. Namun, Bali sudah pulih. Bali kembali menjadi destinasi wisata favorit dunia.

Kenaikan atau penurunan pada sektor pariwisata erat hubungannya dengan sektor ekonomi global. Menurut laporan World Travel & Tourism Council yang berjudul Travel & Tourism Economi Impact 2015 menyebutkan pada 2014 sektor pariwisata menyumbang $7,5 triliun. Jumlah ini mencapai 9,8 dari produk domestik bruto (PDB) dunia. Kontribusinya meningkat pada tahun 2015 sebesar 3,7 persen.

Sektor pariwisata juga memberi 276 juta pekerjaan atau mencapai 9,4 persen dari total pekerjaan yang ada di dunia pada 2014. Ini kemudian meningkat 2,6 persen pada 2015 mencapai 283 juta pekerjaan pada sektor pariwisata.

Ada lagi di bagian investasi dimana sektor pariwisata memberi kontribusi sebesar $814,4 miliar pada tahun 2014. ini merupakan 4,3 persen dari total investasi global. Pada 2015, terjadi peningkatan mencapai 4,8 persen.

Kontribusi tersebut tentunya menempatkan posisi sektor pariwisata sebagai salah satu sektor penting dalam mendukung ekonomi global. Sedangkan, keberhasilan atau kegagalan pada sektor pariwisata sangat tergantung pada kemampuan untuk menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi para pengunjung atau wisatawan.

Itulah kenapa, keamanan sangat penting pada sektor pariwisata.

Baca juga artikel terkait SERANGAN BOM atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra