tirto.id - Wacana poros tengah atau poros ketiga kembali muncul jelang Pilpres 2019. Ada keinginan untuk membentuk poros ketiga di antara kekuatan Jokowi dan Prabowo.
Berdasarkan survei Polcomm Institute yang dirilis Minggu (26/3/2018) menyebutkan 30,45 persen responden menjawab ada peluang terbentuknya poros ketiga, 20,19 persen tidak yakin, dan 49,36 persen menjawab tidak tahu. Survei ini berlangsung pada 18-21 Maret dengan menggunakan metode multistage random sampling yangmelibatkan 1.200 responden di 34 provinsi.
Direktur Polcomm Institute, Heri Budianto menuturkan, selain menanyakan soal peluang poros ketiga, pihaknya juga melakukan survei terhadap tokoh yang dianggap cocok menjadi calon presiden (capres) alternatif, selain Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto yang selalu unggul di sejumlah lembaga survei.
Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 21 persen responden memilih Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang cocok diusung sebagai calon presiden. AHY mengungguli Zulkifli Hasan (Ketua Umum PAN) berada di urutan kedua dengan 15,33 persen.
Sementara di urutan ketiga dan seterusnya secara berturut-turut adalah mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (12,33 persen), Mahfud MD (10,25 persen), dan Ketua Umum PKBMuhaimin Iskandar di urutan kelima dengan elektabilitas 9,42 persen.
Dalam survei tersebut, AHY masuk dalam sepuluh besar menurut top of mind kandidat capres secara keseluruhan. AHY berada di urutan keenam dengan elektabilitas sebesar 0,83 persen.
Sedangkan untuk cawapres pendamping Jokowi, AHY juga berada di urutan teratas dengan elektabilitas sebesar 24,08 persen. Berbeda empat persen dari Zulkifli Hasan yang berada di urutan kedua dengan elektabilitas sebesar 20,08 persen.
Hasil survei yang dirilis Polcomm Institute, menambah deretan panjang daftar lembaga survei yang menempatkan AHY dalam 10 besar kandidat capres atau cawapres di Pilpres 2019.
Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 2 Februari 2018 misalnya, mencatat elektabilitas AHY berada di angka 71,2 persen sebagai cawapres berlatar belakang militer. AHY mengungguli nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang elektabilitasnya di angka 56,5 persen, dan mantan Panglima TNI Moeldoko sebesar 18 persen.
Rilis survei Populi Center pada 28 Februari 2018 juga menempatkan AHY dalam lima besar di angka 0,7 persen. Untuk bursa cawapres, AHY juga masuk dalam lima besar dengan perolehan elektabilitas sebesar 5,9 persen di bawah Gatot, Prabowo, dan Jusuf Kalla.
“Jadi kalau poros ketiga terbentuk, AHY paling berpeluang jadi capres ketiga,” kata Direktur Polcomm Institute, Heri Budianto, di Hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (25/3/2018).
Namun, apakah Demokrat berani bertaruh mencalonkan AHY sebagai capres poros ketiga?
Wakil Ketua Umum DPP Demokrat, Syarifudin Hasan menyatakan, pihaknya bersyukur dengan tingginya elektabilitas AHY dalam berbagai lembaga survei, terutama dalam survei Polcomm Institute.
Namun, Demokrat belum dapat memastikan apakah akan mengusung AHY sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2019. Alasannya, partai berlambang mercy itu masih butuh dukungan partai lain untuk berkoalisi.
“Itu semua tergantung koalisi yang terbentuk nantinya,” kata Syarifudin kepada Tirto, Minggu (25/3/2018).
Saat ini Partai Demokrat belum ada kesepakatan politik dengan partai tertentu untuk membentuk sebuah koalisi, termasuk koalisi dengan partai yang mendukung Jokowi, Prabowo, maupun poros ketiga.
"Kami kan tidak bisa maju sendiri. Jadi keputusannya tetap menunggu koalisi," kata Syarif.
Menurut Syarif, Demokrat berencana mendeklarasikan kandidat capres atau cawapres di Pilpres 2019 pada Juli 2018. Alasannya karena Majlis Tinggi Demokrat masih terus melakukan pembahasan untuk menentukan sosok yang pas.
“Kalau harapan pribadi, ya tentu saja Mas AHY jadi capres. Tapi kan tidak bisa hanya elektabilitas saja. Harus melihat koalisi,” kata Syarif.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Roy Suryo mengatakan koalisi masih menjadi persoalan serius bagi Partai Demokrat. Roy beralasan, ajang Pilpres 2019 mempunyai tantangan berbeda dengan Pilkada DKI 2017 lalu, sehingga butuh kalkulasi yang lebih matang.
Dalam Pilkada DKI 2017, Demokrat berkoalisi dengan PAN dan PKB mengusung AHY-Sylviana Murni. Namun, pasangan tersebut harus gugur di putaran pertama melawan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga Uno.
“PAN dan PKB kan pendukung pemerintah itu. Akan sulit mereka bergabung dengan kami. Setiap partai kan ingin mengusung calon untuk menang,” kata Roy di Hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (25/3/2018).
Demokrat Buka Peluang
Selain itu, kader Demokrat yang potensial tidak hanya sosok AHY. Beberapa nama seperti Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi, Soekarwo, dan Dede Yusuf. Menurut Roy, semua sosok tersebut tetap dipertimbangkan oleh majelis tinggi Partai Demokrat.
Roy membantah soal anggapan bahwa AHY dianakemaskan oleh Partai Demokrat. Ia juga tidak terima bila ada pihak yang menyebut elite Demokrat mengunci peluang kader lain di Demokrat.
"Semua punya peluang yang sama. Semua kader Demokrat dan kami bersyukur semuanya bisa dipertimbangkan lembaga survei. Kami lihat nanti keputusannya. Tidak usah terburu-buru,” kata Roy.
Anggota Komisi I DPR RI ini mengatakan usia AHY yang masih 39 tahun tentu memiliki cukup waktu untuk berproses menjadi pemimpin bangsa, baik sebagai capres atau cawapres.
“Bisa jadi di 2019, bisa jadi setelah era Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Lihat saja nanti,” kata Roy.
Namun, Ketua Umum DPP PPP Muhammad Romahurmuziy meragukan terbentuknya poros ketiga. Menurut pria yang akrab disapa Romy ini, saat Demokrat berhasil membentuk poros ketiga bersama PAN dan PKB misalnya, tetap saja akan sangat sulit meraih kemenangan pada Pilpres 2019.
“Berdasarkan berbagai survei mutakhir sulit membayangkan kombinasi AHY, Zulhas [Zulkifli Hasan] atau Cak Imin akan meraih kemenangan melawan Jokowi atau Prabowo,” kata Romy seperti dikutip Antara, Minggu (25/3/2018).
Romy menilai peluang poros ketiga hanya mungkin terbentuk oleh tiga parpol yaitu Demokrat, PAN, dan PKB. Ini karena dari 10 parpol pemilik kursi DPR RI, lima di antaranya sudah menyatakan akan mengusung Jokowi antaralain yakni PDIP, PPP, Golkar, Nasdem, dan Hanura. Sedangkan dua parpol lainnya, Gerindra dan PKS hampir pasti bakal mengusung Prabowo.
Berdasar perolehan kursi, Demokrat wajar mengunggulkan AHY untuk menjadi capres. Adapun PAN yang dipimpin Zulkifli Hasan dan PKB yang dipimpin Muhaimin Iskandar, salah satunya harus mengalah menjadi calon wapres.
“Problemnya, apa iya Zulhas dan Cak Imin yang sudah 20 tahun malang melintang di panggung politik nasional mau menanggalkan segudang pengalamannya kepada AHY yang sama sekali belum memiliki pengalaman manajerial sektor publik pada skala nasional?” kata Romy.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Abdul Aziz