Menuju konten utama

Terapi untuk Atasi Insomia, Relaksasi hingga Akupuntur

Berikut ini beberapa jenis terapi untuk mengatasi insomnia, mulai dari relaksasi, hingga akupuntur. 

Terapi untuk Atasi Insomia, Relaksasi hingga Akupuntur
Ilustrasi Kurang tidur. FOTO/istockphoto

tirto.id - Insomnia membuat penderitanya mengalami masalah susah tidur di malam hari. Durasi tidur malam mereka tidak bisa panjang. Jika terbangun di tengah malam, penderita juga susah untuk memejamkan mata kembali.

Mengutip Antara, penurunan kualitas tidur ini dapat mengganggu aktivita sepanjang pagi sampai siang.

Rasa kantuk, malas, lesu, dan menurunnya konsentrasi menjadi akibat dari insomnia. Dengan efek samping seperti itu, sudah pasti berpengaruh pula pada produktivitas.

Penyebab insomnia secara umum dipicu oleh gangguan kecemasan seperti kecemasan dan depresi. Kendati demikian, ada pula penyakit lainnya yang juga bisa membuat penderitanya mengalami insomnia.

Terkait insomnia akibat gangguan mental, ada terapi yang dapat dilakukan antara lain terapi perilaku kogninitif dan akupuntur. Berikut ini beberapa tindakan untuk mengatasi insomnia.

Terapi perilaku kognitif (CBT)

Terapi perilaku kognitif kerap dipilih psikiater untuk membantu memulihkan kualitas tidur para penderita insomnia.

Tujuan terapi ini adalah meningkatkan kebiasaan tidur melalui identifikasi, melakukan perubahan, dan memengaruhi pikiran serta perilaku seseorang supaya mempunyai kualitas tidur yang baik.

psikiater akan melakukan asesmen dan wawancara terlebih dahulu kepada penderita untuk menemukan sumber pemicu insomnia. Setelah itu, baru diambilkan tindakan terapi perilaku kogniif yang jenisnya ada lima yakni:

1. Terapi kognitif

Terapi kognitif akan memberikan pasien edukasi agar mengoreksi diri terhadap keyakinan yang tidak akurat tentang tidur, seperti kekhawatiran berlebihan.

2. Terapi relaksasi

Terapi ini memiliki beberapa teknik seperti relaksasi progresif dan meditasi. Relaksasi progresif akan mengajarkan pasien untuk mengenali dan mengontrol ketegangan dalam dirinya lewat sejumlah latihan. Lalu, meditasi berguna mengajarkan pasien memusatkan perhatian pada target netral untuk menggantikan pikiran yang tidak tenang.

3. Sleep hygiene

Sleep hygiene dilakukan dengan mengacu pada pembiasaan terhadap aktivitas dan kebiasaan sehari-hari yang konsisten.

Misalnya sebelum tidur tidak boleh membawa ponsel di kasur, lampu harus mati, dan tidak mengonsumsi minuman berkafein.

4. Terapi stimulus kontrol

Terapi ini memengaruhi otak agar mengasosiasikan bahwa tempat tidur identitak dengan rasa mengantuk dan bukan tempat mata untuk terjaga.

Dengan mengasosiasikan seperti ini, penderita insomnia diajak untuk tertib dalam menerapkan kebiasaan. Contohnya tempat tidur hanya untuk aktivitas tidur dan bercinta dengan pasangan saja, serta tidak untuk kegiatan lainnya.

5. Terapi sleep restriction

Terapi ini menerapkan pembatasan tidur dengan mengacu pada fakta bahwa terlalu banyak tidur pun dapat membuat orang mengalami insomnia. Pembatasan waktu tidur akan mengarahkan perilaku tidur lebih efisian dan teratur.

Akupunktur

Akupunktur adalah terapi pengobatan dari China yang menggunakan jarum tipis sebagai sarana terapi. Terapi ini telah diakui manfaatnya dalam menangani berbagai jenis penyakit, termasuk insomnia.

Cara pelaksanaannya dengan menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh agar terjadi keseimbangan bioenergi (Yin Yang).

Mengutip Jurnal Bimiki Vol. 9 No.1 (2021), pengobatan yang telah berkembang lebih dari 500 tahun lalu tersebut mampu mengatur fungsi dari neuroendokrin melalui perangsangan di titik-titik akupunktur.

Contohnya pada kasus insomnia, akupunktur membantu meningkatkan pelepasan peptida opioid endogen untuk memperoleh efek analgesik.

Selain itu, terapi ini dapat meningkatkan ekspresi melatonin di kelenjar pineal yang bermanfaat meningkatkan efisiensi tidur.

Di samping itu, akupunktur turut membantu kualitas tidur penderita insomnia yang juga memiliki penyakit penyerta (komorbid).

Beberapa jenis penyakit yang dapat memicu insomnia antara lain penyakit kardiovaskular, penyakit sistem respirasi, penyakit musculoskeletal, hingga penyakit yang menyerang pencernaan.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yandri Daniel Damaledo