tirto.id - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25-5,5 persen. Ini adalah kenaikan suku bunga ke-11 dan membawa suku bunga ke level tertinggi sejak awal 2001.
"Indikator baru-baru ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi telah berkembang pada kecepatan yang moderat. Perolehan pekerjaan telah kuat dalam beberapa bulan terakhir, dan tingkat pengangguran tetap rendah. Inflasi tetap tinggi," kata Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), badan pengaturan kebijakan Fed, dikutip dari Antara, Kamis (27/7/2023).
Sementara itu, The Federal Open Market Committee [FOMC] akan terus menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter. Tidak hanya itu, The Fed juga menuturkan komite akan mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter secara kumulatif untuk pengendalian inflasi menjadi 2 persen.
"Untuk mendukung tujuan ini, komite memutuskan untuk menaikkan kisaran target suku bunga dana federal menjadi 5,25-5,50 persen," katanya.
Selain itu, FOMC mengatakan akan terus mengurangi kepemilikannya atas sekuritas pemerintah dan utang agensi serta sekuritas yang didukung hipotek agensi.
"Komite sangat berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target 2,0 persen," tambahnya.
Indikator ekonomi terbaru menunjukkan bahwa indeks harga konsumen AS melambat menjadi 3,0 persen tahun ke tahun pada Juni. Terendah sejak Maret 2021, tetapi masih di atas kisaran target bank sentral sebesar 2,0 persen.
The Fed menghentikan kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan lalu, setelah sepuluh kenaikan berturut-turut sejak Maret 2022.
Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali lagi hingga akhir tahun ini. Kenaikan dilakukan sekali di bulan ini sebesar 25 basis poin (bps), lalu pada September sebesar 25 bps juga.
"Fed fund rate akan berapa, baseline kami Juli ini naik 25 bps, September juga naik 25 bps. Sehingga fed fund rate akan jadi 5,75 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Editor: Intan Umbari Prihatin