tirto.id - Tim Solidaritas Ebamukai mengembalikan uang beasiswa Veronica Koman kepada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) secara simbolis, yakni dengan menyerahkan bukti transfer dana. Namun rencana pengembalian itu gagal karena tidak berhasil menemui pegawai LPDP.
“Kami minta bertemu dengan pihak LPDP, tapi petugas keamanan bilang kalau pegawai LPDP tidak ada yang masuk karena COVID-19,” ujar Ambrosius Mulait, perwakilan dari tim solidaritas, ketika dihubungi Tirto, Rabu (16/9/2020).
Karena itu, ia dan ketiga rekannya menuju ke Kementerian Keuangan untuk menyelesaikan rencana.
Namun setibanya di depan gerbang kementerian, petugas keamanan menutup serta menggembok gerbang dan mereka tidak diperbolehkan masuk meski telah menjelaskan maksud kedatangannya.
Ambros dan kawannya kecewa diperlakukan seperti itu, sebab ia melihat orang lain diizinkan masuk dan berlalu lalang di halaman kantor tersebut.
“Orang lain saja bisa aktivitas (di sana), bisa bertemu dengan pihak kementerian. Sementara kami orang Papua mau antar apa yang diminta negara, tidak diberi akses. Mungkin karena kami berbeda. Rasis itu masih (ada), tadi terlihat sekali,” imbuh Ambros.
Namun kawan dia yang lain akhirnya memberikan bukti transfer tersebut ke Kemenko Polhukam, sebab institusi ini yang pada awalnya meminta agar beasiswa Veronica dikembalikan.
Ambros berujar, jika rakyat Papua telah melunasi utang yang diminta oleh pemerintah, maka pemerintah Indonesia wajib berlaku serupa. Seperti penuntasan kasus pelanggaran HAM, aneksasi oleh negara, dan permasalahan yang ada di Bumi Cenderawasih.
Begitu mengetahui kabar bahwa pemerintah Indonesia meminta Veronica mengembalikan duit beasiswa senilai Rp773.876.918, rakyat Papua segera menggalang dana sejak Agustus lalu. Mereka mendirikan posko, mengumpulkan uang di pasar dan perempatan jalan, maupun secara daring. Upaya penggalangan dana ini pernah dibubarkan paksa oleh kepolisian di Nabire dan Jayapura.
Markus Haluk, Direktur Eksekutif United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mengatakan rakyat Papua punya harga diri. Perempuan itu dianggap telah mempertaruhkan harga dirinya untuk membela harga diri dan martabat bangsa Papua.
“Di tengah situasi sulit, kami telah membuktikan selama satu bulan ini bahwa bisa berdiri bersama membela harga diri dan martabat Veronica Koman,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Rabu (16/9).
Veronica merasa terharu atas kejadian ini, namun ia juga merasa kerjanya demi kemanusiaan Papua dihargai. "Ternyata jalan saya sudah benar di mata kebanyakan rakyat Papua," ucap dia.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Abdul Aziz