tirto.id - Harga tiket pesawat yang masih mahal dinilai menghambat laju pertumbuhan konsumsi sepanjang Januari hingga Maret 2019. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan hal itu terlihat dari melemahnya pertumbuhan beberapa komponen mulai dari konsumsi transportasi hingga jasa perhotelan.
Konsumsi masyarakat untuk transportasi dan komunikasi, misalnya, hanya tercatat tumbuh 4,91 persen di kuartal 1 tahun ini, melambat dibanding tahun sebelumnya 4,96 persen.
Sementara konsumsi restoran dan hotel tumbuh melambat dari 5,64 persen di kuartal I tahun lalu menjadi 5,42 persen di tahun 2019.
"Kami juga mencatat tingkat hunian kamar turun, sehingga tiket pesawat yang mahal berkontribusi ke penurunan konsumsi tersebut," kata Suhariyanto di kantornya, Senin (6/5/2019).
Jika dilihat dari perjalanan pesawat domestik pada periode Januari-Maret, BPS memang mencatat adanya penurunan jumlah penumpang sebesar 17,66 persen. Pada kuartal 1 tahun sebelumnya, total penumpang pesawat domestik mencapai 22,25 juta orang, sementara di tahun ini, jumlahnya susut menjadi 18,32 juta orang.
Meski demikian, Suhariyanto meyakini bahwa pertumbuhan konsumsi di kuartal II akan membaik karena faktor musiman. Sebab, memasuki masa Ramadan dan Lebaran Idul Fitri tingkat perjalanan dari ibu kota ke daerah biasanya akan lebih besar.
"Secara tren, bulan puasa dan Idul Fitri akan menaikkan konsumsi, jadi kami masih meyakini kuartal ini pertumbuhan konsumsinya akan jauh lebih baik," tutur Suhariyanto.
Lantaran itu lah, ia mengimbau pemerintah untuk fokus menurunkan harga tiket pesawat agar dampak negatifnya ke konsumsi bisa direm terutama menjelang mudik Lebaran.
Pada kuartal pertama 2019 sendiri, BPS mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di angka 5,07 persen. Hal ini ditopang oleh konsumsi yang kontribusinya mencapai 56,82 persen.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto