tirto.id - Pengamat Penerbangan Alvin Lie menilai, keluhan sejumlah pihak terkait mahalnya tiket pesawat perlu ditinjau ulang.
Sebab, keluhan yang kerap dikaitkan pada penurunan kunjungan pariwisata itu sepatutnya mempertimbangkan sektor bisnis lainnya seperti perhotelan.
Alvin pun mempertanyakan selama ini, sektor perhotelan jarang mendapat sorotan terutama bila harganya mengalami kenaikan. Namun kenyataannya kenaikan harga yang menjadi perhatian hanya tiket pesawat saja.
"Kalau kita mempermasalahkan kenapa wisata itu turun jangan hanya melihat biaya tiket saja. Liat biaya hotel bagaimana," ucap Alvin saat dihubungi reporter Tirto pada Selasa (9/4/2019).
"Saya heran kok harga tiket saja yang disorot. Harga hotel naik tidak disorot," tambah Alvin.
Menurut Alvin, kontributor jasa penerbangan sebenarnya tak terlalu banyak yang berasal dari pariwisata maupun perjalanan pribadi. Sebaliknya ia menyebutkan ada 4 aktivitas yang justru lebih banyak memberi pengaruh. Dari tertinggi ke rendah mereka terdiri dari (1) ASN yang sedang tugas, (2) pegawai BUMN dalam perjalanan dinas, (3) pengusaha, (4) profesional.
Sementara itu, penggunaan pesawat untuk wisata dan perjalanan pribadi menempati urutan paling bawah. Lonjakan baru akan terjadi bila terdapat efek musiman seperti liburan dan hari raya.
"Menpar dan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) mengeluhkan tiket domestik mahal ini menyebabkan pariwisata turun. Kan kenyataan yang gak gitu. Kontribusi pariwisata itu kecil bagi airline karena pengguna domestik ya itu tadi," jelas Alvin.
Dia menyebutkan, dalam sektor pariwisata ada banyak lini bisnis yang menyumbang pengeluaran masyarakat. Selain tiket pesawat, ia yakin bila pengeluaran untuk keperluan hotel, makan-minum, dan mobilitas di tempat tujuan juga cukup besar.
Sehingga masalah penurunan kunjungan pariwisata katanya tak dapat dialamatkan pada penerbangan saja. Ia menduga selama ini sorotan kepada industri penerbangan hanya bentuk pengkambingan hitam gagalnya pencapaian target kunjungan wisatawan oleh pemerintah.
"Kalau sektor wisata teriak-teriak ini akhirnya untuk cari kambing hitam gagalnya menteri Pariwisata mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara," ucap Alvin.
Adapun pada Minggu (7/4/2019), Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi berencana mengevaluasi harga tiket pesawat maskapai. Ia menambahkan bila dalam sekitar 1 minggu ke depan tidak ada penurunan, maka persoalan ini akan dibuatkan regulasi baru.
Lalu Pada Senin (8/4/2019), Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) juga mencatat adanya keluhan konsumen terkait tingginya harga tiket pesawat. Salah satu penyebabnya diduga karena ketidakefisienan bisnis sektor itu dan efek dari penerapan kebijakan tarif batas atas-bawah oleh pemerintah.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno